Darren hanya diam tak mau menanggapi obrolan kedua temannya. Apa yang ia pikirkan memang benar.
Yang dilakukan Tama temannya itu memang salah. Untuk menyalahkan Nayu atas semua yang telah terjadi. Meskipun mereka semua tau bahwa Nayu adalah korban tak bersalah dari kejadian ini.
Semua orang seolah mencari dimana gadis yang menjadi bahan ejekan Bianca dan teman-temannya ia menghilang. Dan yang perlu diketahui semua orang itu tak tau keadaan Nayu yang pasti.
"Gue denger-dengar lo udah putus sama Audrey?!"
"Atas dasar apa lo bicara gitu?"
"Seharusnya gue nggak perlu nunggu untuk lo ngomong itu Ma."
Benar juga kata Reno, untuk apa hal ini dirahasiakan. "Semenjak kejadian itu nggak berapa lama dia minta putus ke gue. Gue enggak tau kenapa bangsat. Kalian tau kan, gue suka dia udah dari lama."
Darren dan Reno tau sifat Tama yang satu ini. Tama adalah sosok yang ambisius atas apa yang ia inginkan. Ia rela melakukan apa saja demi mendapatkan sesuatu yang ia inginkan tersebut. Termasuk Audrey.
Reno teringat sesuatu saat pandangannya terarah pada Audrey baru saja masuk ke kantin. "Gue udah lama enggak lihat Audrey sama Nayu, kira-kira gimana ya keadaan itu anak?"
"Dia di usir dari rumah."
"Makanya dari itu dia udah enggak pernah kelihatan lagi bangsat. Tuh temen-temen Audrey apa enggak jadi gila enggak ada yang jadi bahan bullyan lagi?"
"Lo mau kemana?" tanya Tama saat Drren tiba-tiba pergi tanpa sepatah kata pun meninggalkan keduanya.
"Udahlah biarin aja tuh orang. Bingung gue dari kemarin diam mulu kalau enggak ya marah marah."
"Tapi...soal...Satria yang sampai meninggal itu. Apa bener lo yang..."
BRAK.
"Jaga omongan lo bangsat!" Semua pasang mata tertuju ke arah mereka. Dengan emosinya yang memburuh Kini giliran Tama yang meninggalkan Reno sendirian
***
"Jadi...tongkat kamu belum ketemu?" Dengan gelas ditangan. Wanita itu bersandar pada pintu. Adanya Nayu, ia jadi tak perlu susah-susah membayar orang lain untuk mengurus pekerjaan dirumah ini.
"Belum Bu." Ujar Nayu mengusap dahinya. Mencuci baju semua orang di rumah ini sendiri sungguh tidak akan pernah habisnya.
"Terus kamu gimana? Kamu akan terus-terusan jalan sambil nyusahin orang di sekitar kamu gitu?"
Nayu terdiam tak tau harus bagaimana. Ia juga tak mau menyusahkan orang lain seperti apa yang dikatakan wanita itu.
Ia tau ini salah namun- "Kalau Nayu pinjam uang ibu dulu..."
"Tunggu. Maksud kamu?!" wanita itu menyela.
"Beli tongkatnya pakai uang ibu dulu. Nanti kalau Nayu udah ada uang Nayu-"
"Kamu kamu mau hutang dulu ke Ibu gitu? Enggak nggak ibu nggak mau."
"Pakai mau utang segala! Ibu yakin bayar utang itu cuma omongan kamu belaka. Dapat uang dari mana kamu coba!"
Nayu menghela nafas memilih melanjutkan cucianya. Memang salah berharap pada wanita satu ini.
"Nyucinya cepet jangan lelet. Bentar lagi hujan. kamu pikir kerjaan kamu cuma itu doang! Itu di dalam masih banyak yang belum kamu kerjain!"
***
"Tunggu di situ. Mama papa mau bicara penting sama kamu."
Aksara urung beranjak dari kursi meja makan. Kedua orang tuanya menuruni tangga. Mereka sama-sama sudah rapi dengan stelan kerja mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
How The World Treats Us
Teen FictionKarena kesalahan fatal yang Aksara perbuat. Seorang gadis harus menerima keadaan hidupnya yang tak sama lagi. Hidupnya yang terpuruk karena orang-orang sekitarnya otomatis kesalahan yang Aksara perbuat makin memperparah keadaan. "Lo nggak boleh nye...