"Isn't that feeling a part of life?"
-Deon
Yoora dan Leon saling menautkan pandangan, mata Yoora sembab. Leon yakin gadis ini pasti menangis semalam.
"Kenapa ngga bilang?" Tanya Leon tenang
"Aku takut kamu marah"
Jemari Leon terangkat, mencoba menghapus jejak air mata yang menetes di pipi Yoora.
"Harusnya cerita, biar aku ngga salah paham""Maaf"
"Jangan ulangin ya. Aku ngga suka" Yoora mengangguk lalu memeluk Leon.
"Aku janji bakal jauh-jauh dari Deon. Aku juga janji bakal cerita kalo ada apa-apa"
"Aku ngga nuntut kamu buat lakuin hal itu, aku cuma mau kamu nyaman jalanin hidup kamu sekarang. Aku bakal terus sayang sama kamu"
Leon, pria ini sangatlah manis. Bahkan setelah kejadian kemarin malam tak membuatnya merubah perasaannya pada Yoora.Karna Leon tau, Yoora hanya menyukainya.
Leon yakin itu."Gue tau perasaan lo kaya apa. Tapi lo juga jangan egois kaya gini, Deon. Ini bukan masalah gue tapi gue cuma pengen nyampein ke elo kalo tindakan lo salah." Jason mendekat lalu menepuk pelan pundak Deon.
"Om Jake tetep bokap lo, dia lakuin kesalahan bukan karna maunya, lo tau itu, kan? Gue yakin dilubuk hatinya yang paling dalam, dia sakit hati denger omongan lo. Lo ngomong kaya gitu sama bokap lo sendiri, tapi seolah lo ngomong sama orang lain. Lo boleh nyampein uneg-uneg lo, tapi harus punya rem. Jangan selalu mojokin dia"Deon tertunduk, sepertinya apa yang diucapkan Jason ada benarnya. Dia sudah keterlaluan pada Jake. Dia tak memikirkan omongannya dua kali, bahkan Jake pun sampai tak bisa berkata-kata.
Deon tau Jake selalu salah dimatanya, tapi bagaimanapun juga Jake adalah orang tuanya. Jake melakukan kesalahan tapi tak pernah meninggalkan anak-anaknya.
Deon mencoba menetralkan nafasnya, dadanya sesak sejak tadi mengingat kejadian akhir-akhir ini.
"Gue bakal minta maaf sama Papi" Deon menghela nafas berat"Gue yakin lo juga punya hati, lo ngga mungkin tega sama bokap lo. Gue bakal selalu disamping lo buat ngasih support"
Pria yang lebih tua beberapa bulan dari Deon itu pun tersenyum hangat pada Deon. Jason adalah satu-satunya teman yang dekat dengan Deon, wajar saja mereka sudah berteman sejak kecil."Makasih, lo selalu ngasih gue semangat selama ini. Gue yakin tante Tiffany bangga punya anak kaya lo"
Jason terkekeh, "Bukannya tante Kaira yang harusnya bangga punya anak-anak yang kuat kaya kalian"
"Iya juga sih, harusnya Mami bangga punya anak kaya gue"
"Eh tapi kayanya Mami emang bangga deh punya anak-anak yang ganteng dan cantik"
Mereka berdua tertawa kecil bersama."Joya!"
Joya berhenti melangkah, dia membalikkan badannya dan menatap Deon didepannya.
"Kenapa, Deon?" Tanya Joya. Dari nadanya, Deon tau gadis itu masih kecewa padanya.
"Soal kemaren, ummm.."
KAMU SEDANG MEMBACA
T H E P E R F E C T D A D [Sequel "MY HUSBAND"]
Nonfiksi- The deepest wound and regret at the end of a father-