sweet moments

4.6K 591 53
                                    

"Ren—mmhh"

Renjun mengacuhkan erangan Haechan, ia berdiri diatas Haechan, dengan tangan yang menangkup pipi si manis. Renjun tetap melanjutkan melumat bibir yang dari dulu ia inginkan dengan lembut, sesekali ia menggigit bibir bawah Haechan, agar lelaki itu memberinya ruang untuk melanjutkan kegiatan mereka lebih dalam.

"Reennnnnn......"

Plakkkk






















"Makanya jangan napsuan." Omel Haechan sambil mengompres pipi Renjun. Omong-omong Haechan tadi menampar pipi Renjun lumayan keras karena Renjun tak mau menyudahi ciuman mereka.

Renjun mendengus kesal, dia kan hanya mencium, garis bawahi hanya mencium pacarnya, apa yang salah??

"Tapi juga jangan ditampar...."

"Salah sendiri mesum." Selesai mengompres lebam di pipi Renjun, Haechan langsung berdiri, ia berbalik menghadap ke arah Renjun, "Mumpung disini ayo temenin gua ijin ke mama."

"Yaudah...." Renjun berdiri lalu mengikuti Haechan yang sudah pergi duluan dengan patuh.

"Mama...." Kata Haechan lirih, ia melihat sang mama tengah memasak kue didapur, ragu-ragu Haechan mendekat.

"Ma—"

"Kenapa??"

"Ikut kemah... Boleh ga??" Pinta Haechan, sedangkan Renjun hanya berdiri dibelakang Haechan tanpa berkata apa-apa.

"Dulu kamu kena DB gara-gara kemah, mau kena lagi???"

Haechan menggeleng, Haechan emang beneran takut sama emaknya, galak, kaya maung. "Tapi mah, ada Renjun, temen yang lain juga...."

"Emang Renjun kelambu? Penangkal nyamuk?? Gini ya nak, nyamuk itu tak pilih mangsa, yang penting dia kenyang, mama bukannya ngebatesin kamu, tapi mama khawatir kamu kenapa-napa."

Yang penting dia kenyang? Batin Renjun, ia melirik Haechan, pria itu menunduk, mendengarkan ceramah sang ibunda tercinta dengan hati dongkol. Sudut bibir Renjun naik, kalau gua jadi nyamuk, yang gua makan itu cuma lo.

"Mama.... Echan bakalan jaga diri baik-baik kok, echan cuma punya pengen kenangan sama temen-temen, katanya masa SMA masa yang paling indah, kok masa SMA echan datar kaya dada mama...." Diakhir kalimat tentu saja Haechan memelankan suaranya, bisa-bisa dia akan dipasung.

"Hah...." Taeyeon mengusap dahinya, memperhatikan wajah sok dramatis anaknya. Walau galak sebenarnya Taeyeon tipe ibu yang tidak tega kalau anaknya menangis, sekalipun ia tau itu pura-pura.

"Ya udah, boleh."




















"Terus fungsi gua kesini apa ya?"

Haechan tergelak. Saat ini keduanya tengah berjalan-jalan di komplek Haechan, sore yang tenang dengan bergandengan tangan dan 2 buah es krim. Kencan.

"Cuma nemenin aja, aku gak berani ngomong kalau sendirian."

Renjun menoleh, memperhatikan gerakan mulut Haechan yang tengah menikmati es krim rasa vanillanya, Renjun meneguk air liurnya, bukan karena pengen minta es krim tapi karena pertahanannya mulai goyah.

"Gua harus belajar ngomong aku-kamu?"

Haechan menggeleng, "Kalau belum bisa, gak usah dipaksain, lagian ju–

"Pengen cium lagi." Ceplos Renjun asal-asalan yang membuat leher Haechan berputar 180° secara tiba-tiba.

"Brengsek lo jun!!"

"SEREM!"

"Ya lo pikirannya — makan nih!!!" Teriak Haechan sambil menendang pantat Renjun. Renjun hanya bisa meringis kesakitan. Jujur, ini sakit sekali.

"Udah wei, sakit!!"

"B-bodo amat!!"

"Aku salah apa sih??" Protes Renjun dengan alis yang menyatu, sungguh pemandangan yang indah ya jika saya melihatnya secara langsung.

"Ya kamu—!!" Umpatan yang tadinya hendak keluar dari bibir tipis Haechan tiba-tiba tertelan kembali. Dan wajah Haechan seketika seperti orang yang tidak boker setahun.

"Kenapa?"

"Ngga." Ucap Haechan kemudian.

"Kamu lemah jantung ya?"

"Gak."

"Beneran? Aaa so cute babeee......"

"Udah ih!!"




nge-gas  , renhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang