Ekstra Chapter ( 3 )

761 88 5
                                    

Shikadai dan Inojin duduk di tempat yang sudah disediakan, luka Inojin juga sudah diobati dengan sangat rapi. Pria itu datang sambil tersenyum ke arah mereka "Kalian pasti haus, aku sudah membuatkan kalian susu strawberry, kalian mau kan ?"

Kedua bocah yang sedang menyamar sebagai gadis kecil itu mengangguk. Mereka mulai mencium aroma manis dari minuman itu dengan wajah berbinar.

'sialan, minuman ini ada racunnya, padahal aku sedang ingin meminumnya.' Inojin berbicara lewat pikirannya kepada Shikadai.

'obat tidurnya lumayan banyak, mereka gila memberikan dosis sebanyak ini kepada gadis gadis kecil' balas Shikadai.

'Jadi ? apa kita harus meminumnya ?'

'kau bodoh ? jangan lah ! cukup minum secukupnya dan tahan di leher.'

Inojin tersentak 'bagaimana caranya ?'

'baiklah begini saja, aku yang akan mengurus semuanya, kau hanya harus berakting dan melakukan rencana Okaa - san.'

'dimengerti, ketua !'

Shikadai memberi kode agar Inojin meminum susu itu. Bocah bermarga Yamanaka itu menuruti perintah Shikadai, ia sedikit mengenyit heran saat tidak merasakan setetespun rasa basah di kerongkongannya.

Mereka menegak susu sampai kira kira setengah gelas "Arigatou Jii - san." ujar kedua gadis kecil itu.

"Douita."

Shikadai dan Inojin memulai akting mereka yang sangat berkelas, keduanya pura pura mengantuk berat dan tertidur di sofa itu. Pria itu menyeringai dan memerintahkan anak buahnya untuk membawa kedua bocah itu ke penjara bawah tanah, tempat mereka mengurung anak anak yang lainnya. 

"Jangan sampai mereka terluka walau sedikit, mereka sangat cantik, harganya pasti mahal." pesan si pemimpin

Inojin membuka sedikit matanya saat merasakan chakra orang orang itu menjauh dari mereka. Ia mengubah posisinya menjadi duduk saat mendengar suara pintu yang ditutup dan digembok dengan keras.

"Hei, Shikadai, bangun." Inojin berbisik sedikit keras di telinga sahabatnya. Ia sedikit mengenyit saat tidak mendapat respon dari bocah bermarga Nara itu.

"Shikadai, jangan tidur disini ! bangun, dasar tukang tidur !" Inojin mengguncang guncangkan tubuh Shikadai sedikit kuat, tapi bocah itu tetap tidak membuka matanya.

"Hei, jangan seperti ini ! kau bisa tidur selamanya saat misi ini selesai, Shikadai !"

Bocah bersurai pirang itu menghela napas dan tersenyum jahil "Shikadai, Temari Baa - san menghubungiku."

Manik sewarna zamrud milik Shikadai langsung terbuka lebar, ia mengubah posisinya menjadi duduk dengan cepat dan menatap sahabatnya "Ada apa ?"

"Temari Baa - san menyuruhku untuk membangunkanmu, Shii - chan." jawab Inojin sambil mengerlingkan sebelah matanya, ia memasang senyuman jahil dan mimik tanpa dosa andalannya.

Bletak

Shikadai dengan ringannya menjitak Inojin, ia menatap datar sekaligus jijik ke arah bocah bermarga Yamanaka itu "Jangan menggodaku seperti itu, kau menjijikkan."

"Bukannya pekerjaan anak perempuan itu memang menggoda laki laki ?"

"Nyawamu bisa melayang jika para wanita itu mendengarnya, mendokusai."

Inojin tertawa pelan "Jadi ? selanjutnya apa ?"

"Kita harus membuat keributan dan kabur dari sini."

Inojin mengangguk, kemudian menoleh cepat ke arah Shikadai dengan wajah horor "Kalau untuk membuat keributan kenapa harus kita ?! bukankah Boruto lebih cocok ?!"

"Seperti perkiraan Okaa - san, mereka benar benar memakai obat tidur, makadari itu, kita tidak boleh memakai jutsu untuk penyamaran ! jika saja tadi Boruto dan Mitsuki yang datang kemari, penyamaran mereka pasti akan terbongkar." jawab Shikadai tenang. Ia mulai berdiri dan membersihkan debu di pakaiannya. Manik hijau itu menatap sekelilingnya tajam, menganalisis keadaan sekaligus memikirkan cara untuk membuat keributan tanpa menyakiti anak anak di sekitarnya, ditambah dengan pakaian gadis kecil yang mereka kenakan cukup sesak, pergerakan mereka jadi terbatas.

Rencananya, mereka akan menyusup ke atas dan membuat keributan disana, jadi anak anak yang terkurung di bawah tanah tidak akan terkena dampak terlalu besar. Dinding dinding tanah begitu kokoh sehingga pasti bisa menahan serangan kedua bocah itu sampai mereka memancing para penjahat menjauh dari markas mereka ke tempat yang sudah ditentukan.

"Inojin, buka kunci ini." 

Bocah bermarga Yamanaka itu hanya bisa mengangguk dan mengikuti pemikiran Shikadai. Ia menggambar seekor burung di kertas gulungan yang sedang ia bawa dan membuat segel. Burung berwarna kuning hijau itu keluar dari kertas, masuk ke lubang kunci dan membukanya tanpa menimbulkan suara. Mereka berjalan keluar setelah memastikan tidak ada penjaga. Di pintu kedua, lebih tepatnya pintu keluar dari bawah tanah, Inojin kembali menggunakan jutsunya.

"Lalu ? bagaimana ? kita tidak punya jutsu untuk membuat keributan besar !"

"Kalau dengan jutsu kita, memang tidak mungkin, aku juga tidak bisa menggunakan Fuuton dengan maksimal karena chakraku tidak memungkinkan,"

"Kalau begitu apa kau punya jalan keluar ?"

"Tentu saja ada. Kita bisa membuat keributan yang cukup besar dengan.... ini." Shikadai mengangkat tangannya sedikit, menunjukkan kumpulan pasir yang bergerak entah darimana. 

Mata Inojin terbelalak karena terkejut "KAU BISA-"

"Shhht pelankan suaramu, merepotkan."

Bocah Yamanaka itu menutup mulutnya lalu berbisik "Kau bisa menggunakan elemen magnet ? sejak kapan kau bisa mengendalikan pasir seperti Kazekage ?!"

"Aku akan jelaskan nanti, yang penting sekarang, apa kau bisa melukis beberapa burung yang bisa diledakkan ?"

"Tentu saja."

----------------------000--------------------

"Uhh mereka lama sekali." gerutuan yang entah sudah keberapa kalinya kembali keluar dari bibir bocah bermarga Uzumaki itu.

"Kau itu berisik sekali ! tunggu saja !" omel Sarada, ia sudah tidak tahan mendengar keluhan rekannya sejak tadi.

"Sarada benar, mereka pasti sedang berusaha di dalam sana." tambah Mitsuki.

Keributan kecil terdengar dari anggota tim 7 itu. Temari yang sedang bersembunyi di balik pohon hanya bisa menghela napas melihatnya, sedangkan Chouchou terlihat tidak peduli dan terus memakan keripik kentang di tangannya.

Temari mengarahkan pandangannya kembali ke arah markas para penculik yang tak jauh dari tempat mereka. Batinnya sebagai seorang ibu terasa bergejolak, ia memasukkan putranya sendiri ke sarang musuh. Ia sangat khawatir, ingin rasanya kakinya berlari masuk dan menggeret putranya keluar dari sana, tapi jiwanya sebagai Kunoichi mencegah hal itu. Ia harus percaya dan hanya bisa percaya, mau bagaimanapun ia dan putranya adalah Shinobi.

'semuanya pasti akan baik baik saja, aku sudah menyuruh Shikadai memakain 'benda itu', semuanya pasti akan berjalan lancar.' batin Temari, mencoba menguatkan dirinya sendiri. Ia kembali menghela napas, membuang semua pemikiran buruk yang menghantui. Jujur saja, hidup bersama dengan para pria jenius yang sangat ahli membuat strategi membuatnya sedikit minder dengan kemampuannya, ia merasa jadi pion bukannya menjadi pemain selama ini.

DUARR

Suara ledakan keras membuat atensi mereka teralih ke arah markas para penculik itu. Para penjaga yang tadinya berkeliaran di luar rumah, berlari masuk dengan wajah panik dan terkejut.

"Bersiaplah, kita akan menjalankan bagian kita setelah ini." titah Temari. Semuanya mengangguk dan mulai mengeluarkan kunai mereka, memasang pose siaga. Rumah yang terbuat dari kayu itu hancur berkeping keping, bersamaan dengan pasir yang menyebar dari dalam sana.

"HEE APA ITU ?!"


Temari - SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang