17 : bulan pintu

1.5K 207 52
                                    

langit sudah mulai gelap menandakan sebentar lagi masuknya maghrib. lapangan yang sebelumnya digunakan untuk festival pun sudah rapi dan bersih. namun injun dan dilan masih saja asik berbincang. ini pertama kalinya injun melihat dilan begitu terbuka dan lepas. ia memang tau kondisi hubungan dilan dan kedua orangtuanya buruk, hechi dan juned pun cukup tau. tapi tak pernah sekalipun mereka mendengar dilan bercerita tentang keluh kesahnya berada di posisi keluarga seperti ini.

hari itu injun merasa menjadi orang yang paling berguna bisa melepaskan sedikit beban dilan dengan menjadi tempatnya bercerita.

setelah puas, dilan dan hechi kembali ke posko tanpa beban. mereka berdua seperti nya belum sadar akan sesuatu, makanya langkahnya sangat ringan saat kembali ke posko.

padahal dilan baru saja menampakkan diri dari pintu rumah tapi sudah dapat tatapan tajam dari manik dpl nya.

"duduk lan" ucap madhiva dengan suara dinginnya, dilan meneguk saliva nya. tiba tiba dirinya gugup saat suara dingin madhiva menyapa indra pendengaran nya.

dengan cepat dilan duduk disebelah teman-teman nya yang terduduk didepan madhiva.

"bikin keributan di festival dan ga bantuin anggotanya beresin peralatan acara. maksudmu apa dilan?"

dilan menunduk. bukan hanya dilan, tapi teman temannya juga ikut menunduk karna merasakan aura yang berbeda dari madhiva. ini kali pertama dpl nya sangat menakutkan untuk ditatap.

"maaf pak.." ucap dilan

"kenapa minta maaf sama saya? memangnya saya yang kamu pukul? memangnya saya yang kerepotan gara gara kamu ga ikut bantu bersihin lapangan?" ucap madhiva dengan suara yang lebih tenang namun tetap menusuk jiwa dan raga dilan.

dilan pun berdiri, sebenarnya ia gengsi. namun apa buat? dpl nya sedang dalam mode maung sekarang, kan tak lucu kalo ia kena patok manja sang dpl.

"kawan kawan maafin dilan ya karna tidak ikut bantuin beresin acara di lapangan"

"iya tidak apa apa dilan" balas mereka kompak.

injun pun ikut berdiri "kawan kawan maafin injun juga ya"

"iya tidak apa apa injun" balas mereka kompak lagi.

kini dilan beralih menatap juned "juned, dilan minta maaf ya udah mukul juned"

"juned juga minta maaf ya udah narik kerah dilan" balas juned dan mereka pun berpelukan.

bukannya terharu, madhiva malah merinding dengan suasana nya yang tiba tiba seperti tadika mesra. iya mesra doang jadian mah engga.

acara berpelukan mereka pun harus berakhir karna adzan magrib sudah berkumandang.

madhiva membubarkan mereka dan menyuruh mereka untuk segera mengambil wudhu lalu sholat berjamaah dengan madhiva sebagai imamnya. tadinya madhiva menyuruh hechi sebagai imam namun ditentang keras oleh injun dengan alasan takut doa nya di remix pake bahasa sansekerta.

jarum jam menunjuk pada angka 8 malam. mereka yang berada di posko sudah asik dengan kegiatannya masing masing.

dilan menghampiri madhiva yang sedang menyeruput kopi diteras.

"pak"

"eh lan, ngopi?"

dilan menggeleng sambil duduk dikursi panjang sebelah madhiva.

"udah berhenti ngerokok?" tanya madhiva yang sudah tau kebiasaan mahasiswa bandungnya.

dilan mengangguk sebagai responnya.

"susah ya?"

"engga, gampang pak karna saya dibantu ka jui"

madhiva bergumam sambil mengkerut kan keningnya "kamu, hechi, injun sama juned kayanya deket ya sama jisung"

[✓] KKN di desa janda [ jisung harem ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang