13 : nasi kuning

1.4K 231 39
                                    

"dilan?" madhiva menyipitkan matanya untuk memastikan apakah yang berada di bawah pohon adalah benar mahasiswanya.

"masuk lan, maghrib" ajak madhiva dari teras rumah.

dilan yang tadinya bersandar di batang pohon pun berjalan mendekat ke teras rumah. wajahnya pucat, ia juga tak mengucapkan sepatah katapun.

"kamu sakit lan?" tanya madhiva.

"bapak manggil saya?" madhiva langsung menoleh kebelakang nya.

"astaghfirullah!" sontak madhiva terkaget.

"kenapa pak?"

madhiva kembali membalikan badannya lagi ke arah pohon yang sebelumnya jadi tempat dilan bersandar, ia tak menemukan sosok dilan yang pucat disana.

"engga, engga papa sumpah ga papa" jawab madhiva sambil menggeleng geleng dengan wajahnya yang masih terlihat shock ketakutan.

"di prank mpok kunti pasti, iyakan?"

"bapak ga percaya sih" lanjut dilan.

madhiva tak menggubris dilan. dia kini merinding, bahkan bulu hidung nya pun ikut terjun bebas. ia memilih masuk ke rumah daripada berlama lama diluar, takut sawan.

tapi baru saja madhiva melangkah masuk kini malah mahasiswanya asik mengabsen isi kebun binatang.

"weh doggie, tadi siang gua liat lu tiduran deket tas gua ya. pasti lu kan yang ngambil sarung gua pas gua lagi ke kali?!" tanya injun dengan emosi.

"piggie koe, nyong pake sarung punya nyong dewek!" balas hechi.

"alah tai kucai, ga usah iseng napa sih lu chi!"

"nyong bilang not nyong wedus!"

"mau berhenti ga lu berdua atau mau gua pentung pake gagang sapu?" ucap ryujin datang sambil mengangkat sapu tinggi tinggi. dirinya tak habis pikir dengan 2 manusia pancaroba ini. kadang akur kaya cinderella dan ibu perinya, kadang pula ribut layaknya tom dan jerry.

injun dan hechi pun langsung kicep, ryujin mah bukan tandingannya. ga berani mereka mah sama ibu tiri.

"oh! sarung wadimor warna hitam putih yang ada tambalan kuda nil gendutnya?" tanya ningning.

"njir moomin dikata gendut" mata api nya kembali menyala lagi seakan mengajak ningning untuk baku hantam namun dengan cepat ryujin memukul lengan injun dengan gagang sapu.

"iya ning, sekarang dimana?" tanya juleha.

"di jemuran, tadi siang kan ningning bawa kekali buat nangkep ikan cere nya"

injun berada di puncaknya, emosi nya sudah berada di ujung tapi lagi lagi ryujin malah melototinya. jadilah injun hanya menaik turunkan bahunya untuk meredam emosinya.

"njun, pake sarung saya aja" ujar madhiva pada mahasiswa nya.

"terus bapak pake apa?"

"ya gantian, kamu dulu sama yang lain solat berjamaah. baru bapak"

"yahhh ga seruu" ujar somi, hanjis, haje, juned dan lele kecewa karena perseteruan yang telah usai.

jangan tanya felix dimana, ia lagi dikamar mandi sedang berwudhu. antara berwudhu dengan bersemedi saja author juga tidak tau, soalnya felix kalo wudhu terlalu menghayati. jadi curiga tiap huruf doanya dia panjangin 5 harakat.

"jun, proposal lancar?" tanya madhiva pada juned selaku ketua kelompok.

"lancar pak, masih dalam proses"

[✓] KKN di desa janda [ jisung harem ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang