(27) began again

362 54 1
                                    

Bel berbunyi, menandakan pelajaran hari ini telah usai. Para siswa mulai memberesi buku-buku mereka dan guru mulai keluar dari kelas. Beberapa dari mereka sudah terlihat keluar dari kelas masing-masing, dan beberapa masih berada di dalam kelas. Seperti Jaehyun dan kamu, yang tiba-tiba saja mendapat notifikasi secara bersamaan. Kalian saling memandang satu sama lain karena terkejut, sebelum akhirnya fokus pada ponsel masing-masing. Jaehyun yang mendapat telefon dari sang ayah dengan berat hati menerima panggilan tersebut, sedangkan kamu yang mendapat pesan dari seseorang yang tadi menemuimu di koridor.

“Jaehyun tidak mau, appa!”

Pandanganmu seketika tertuju kearah Jaehyun saat mendengar suaranya tiba-tiba meninggi. Beruntung dikelas hanya tersisa kamu, Bona dan dirinya saja. Kalau masih banyak siswa yang lain, pasti bisa jadi gosip.

“Pokoknya–” Jaehyun terdiam kala sang ayah memberi ancaman kepadanya. Kali ini ancamannya tidak main-main, Jaehyun benar-benar dibuat tak berkutik saat ayahnya langsung mengakhiri panggilan telefonnya.

Kamu dan Bona saling bertukar tatapan cemas kala melihat ekspresi wajah Jaehyun yang kesal bercampur marah. Entah apa yang dikatakan ayahnya di telfon tadi, pasti itu sesuatu yang menjadi alasan Jaehyun marah saat ini.

“Ada apa, Jae?” Tanyamu khawatir padanya.

Jaehyun menghela nafas kasar sambil mengacak rambutnya asal. Padahal ia sudah berencana untuk pergi dari rumah ayahnya itu, tetapi sialan dengan ancaman yang diberikan sang ayah kepadanya. Yoon Joo mengancam Jaehyun tidak akan bisa bertemu dengan ibu dan kamu lagi apabila ia tidak kembali ke rumahnya. Maka dari itu, daripada Jaehyun tidak bisa bertemu dengan sang ibu dan kamu lagi. Jaehyun memilih untuk menuruti sang ayah, walau itu tandanya ia perlu melakukan perintah ayahnya lagi. Jaehyun sudah menebak pasti dibalik ayahnya menelfon karena Sooji.

“Sooji,” Jaehyun menatapmu. “Dia menelfon appa lagi, pasti dia minta appa untuk menyuruhku menemuinya.”

“Aigoo, gadis itu benar-benar tidak ada bedanya dengan...” Bona menengok ke belakang untuk melihat situasi, apakah ada seseorang yang ingin dibicarakannya atau tidak. “...Rosé.”

“Bona.”

“Memang benar, y/n.”

Kamu menggeleng kepala, meminta Bona untuk berhenti membicarakan Rosé. Sekarang kamu kembali menatap kearah laki-laki yang berada di sebelahmu ini. Kamu bertanya-tanya apakah Jaehyun akan pergi ke menemui Sooji atau tidak, tapi itu hanya kamu sematkan di dalam benakmu saja. Karena saat ini kamu juga perlu pergi ke suatu tempat yang siapapun termasuk Jaehyun tak boleh ketahui.

“Kalau begitu, kamu lebih baik pulang dulu Jae.”

Tapi Jaehyun tak mau. Ia tak ingin kembali ke rumah yang penuh kenangan buruk itu lagi. Kamu yang melihat adanya keraguan di wajah Jaehyun kemudian mengusap bahunya untuk membangkitkan semangatnya. Memang kejadian kemarin juga menjadi alasan utama, Jaehyun sangat marah pada ayahnya.

“Hey, kamu akan baik-baik saja.”

Jaehyun menatapmu yang memberikan senyum terbaik padanya. Sadar jika disini ada gadis yang selalu berada disisinya setiap saat, membuat Jaehyun ikut senang dan kembali tersenyum. Jaehyun tak pernah sesuka ini pada seorang perempuan, ini adalah kali pertama baginya menyukai seorang perempuan sederhana sepertimu. Rasa ingin memelukmu begitu menggebu dalam batin Jaehyun, tetapi ia tak berani untuk memelukmu jika di depan orang. Ia terlalu gengsi dan malu untuk memelukmu di depan temannya.

“Jae, kalau kamu butuh teman. Ajak saja si Mingyu,” sahut Bona, membuyarkan lamunan indah Jaehyun.

“Tidak,” Jaehyun menolak. “Lebih baik kamu dan Mingyu antar y/n pulang, Bon.”

F BOY (JAEHYUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang