18
[LEX]
MAMA, APA STACE benar-benar membenciku?
Wanita itu pun tertawa begitu mendengar pertanyaan polos dari putranya. Kau tahu? Dia selalu bertanya-tanya pada mama, apakah dia harus minta maaf padamu atau tidak. Dia hanya malu, Lex.
Lex tersenyum miris begitu mengingat kenangan lamanya setelah bermenit-menit Stacy dan Greg hilang dari mata.
Dia sudah menggenggam pistolnya sedari tadi. Tapi dia tak sanggup untuk mengarahkannya pada kepalanya. Dia masih ingin bernapas, masih ingin mengarungi masa lalunya, masa lalu yang begitu indah di mana keluarganya masih bersama, memetik jagung di rumah kakek-neneknya yang tinggal di Yelwid, memanggil Stacy dengan nama Stace dan Stacy yang memanggilnya dengan Lexy.
Tubuhnya lemas dan kepalanya terasa sangat menyakitkan seperti digerogoti. Apakah otaknya sedang beralih fungsi dan mengalamai mutasi? Lex tidak tahu. Dan tidak mau tahu. Tak lupa dengan rasa nyeri pada cakaran dan gigitan di tubuhnya, Lex jadi ingin merengek untuk segera dicabut saja nyawanya.
Tangannya perlahan mengangkat pistol yang sudah tidak dingin lagi di tangannya. Benda itu kini terasa berat atau karena Lex yang sudah kehilangan energi. Ia menempelkan moncong pistol yang dingin itu pada pelipisnya dan bersiap menekan pelatuknya.
Tetapi ia mengalami vertigo berat sampai tangannya kembali terkulai dan tak mampu digerakkan sedikit pun. Dia mengeluh pelan dan ingin sekali memarahi sesuatu. Namun baru ia sadari ... kenapa gejala terjangkit virus yang ia alami berbeda dari yang lain? Dia tidak batuk berdarah. Dia juga tidak merasakan mulutnya membusuk atau ada sedikit perubahan hasil mutasi sel baik di dalam maupun di luar.
Apa dia akan berubah jadi wujud zombie yang berbeda?
Sial ... aku mati rasa. Aku telat membunuh diriku sendiri.
Lama-kelamaan, seperti rasa kantuk yang menerjang, matanya tertutup dengan damai. Dengan suara terakhir yang bisa dia dengar ... rintihan zombie serta langkah basahnya sudah terdengar mendekat.
***
Mata Lex kembali terbuka, sangat pelan. Butuh waktu lama baginya untuk melihat dengan jelas wujud besar yang ada di depannya .... Postur bagai pegulat dengan kulit kemerahan dilapisi baju kulit.
Lex lagsung tersentak bangun dan menyeret tubuhnya ke belakang. Sadar-sadar pangkuannya sudah diselimuti oleh kain kasar dan berat, sedangkan si mutan berkepala tanpa kulit itu hanya menoleh dan mendengus padanya. Sementara di sisi kiri, Lex melihat cahaya kemerahan dan terasa sedikit menyengat kehangatannya.
Ia menoleh, mendapati sosok yang tidak bisa dia percaya sedang duduk di depan api unggun yang memasak sepanci sup yang digantung sedemikian rupa.
"Halo Lexy," sapanya dengan wajah datar, duduk menyila dan menopang dagunya. Tatapan tajamnya itu kembali beralih pada api unggun di depannya seakan untuk menyapa Lex itu merupakan bentuk formalitas belaka.
Lex termangu dan tak mampu menyebut namanya padahal benaknya sudah berkali-kali menjeritkan namanya.
"Heh. Mukamu jelek kalau begitu," komentarnya.
Lex kemudian dikejutkan lagi oleh seorang zombie yang berdiri di depannya dan mengajaknya bicara menggunakan bahasa zombie. Ia menyodorkan sebuah mangkuk kecil berisi sup yang masih mengepulkan uapnya.
Dengan tangan gemetar Lex meraih mangkuk itu lalu menatap sup dan zombie itu satu per satu. Alih-alih siapa tahu isinya ternyata jeroan dari tubuhnya sendiri. Tapi justru sup itu malah terlihat menggiurkan, padahal isinya hanya sedikit daging sapi dan sayur, kuah lebih mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Age of Undead 89 [2015]
خيال علميLex dan para tentara adalah orang-orang realistis. Mereka tidak akan percaya pada makhluk-makhluk fiksi hasil mutasi berkat kecanggihan yang disalahgunakan pemilik otak genius di muka bumi. Tetapi keadaan membalik ketika makhluk-makhluk itu hadir. S...