xvi | makan malam

638 143 31
                                    

Keesokan harinya, Calandra terbangun lebih telat dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Calandra terbangun lebih telat dari biasanya. Selain karena cukup lelah sebab semalaman berada di luar ruangan (seperti kata Tama, Calandra mudah masuk angin) juga karena tidak ada masakan pagi yang membuatnya semangat untuk bangun. Sudah menjadi kearifan lokal keluarga Calandra bahwa tidak ada siapapun di rumah itu yang terbangun lebih pagi untuk sekedar memasak.

Daniel sempat menyambangi kamar Calandra untuk mengajak sarapan di luar, yang hanya Calandra balas dengan racauan setengah sadar. Alhasil, Daniel keluar sendirian, dan tampaknya kini sudah kembali untuk menyambung tidur.

Calandra baru benar-benar bangun sejam kemudian ketika Daniel kembali ke kamarnya untuk mengabari bahwa Tama dan Bundanya ada di bawah.

"TAMA SAMA BUNDANYA? NGAPAIN?" Calandra berteriak panik dengan posisi berdiri. Menurut Daniel itu sedikit horror, bagaimana bisa Kakaknya refleks berdiri sementara tadi masih terkapar nyenyak?

"Ya mana gue tau. Cepetan mandi lo, apa kata Bundanya bang Tama lo baru bangun jam segini?" Daniel mendesak dengan mendorong-dorong tubuh Calandra.

Calandra yang belum mengambil waktu untuk memulihkan kesadaran pun bersungut di dalam kamar mandi sebelum keluar pada 20 menit setelahnya, dengan tambahan waktu selama 10 menit untuk berpakaian. Ketika dia ke bawah, dia mendapati kedua orangtuanya sudah duduk berhadapan dengan Tama dan Dian, mereka tampak berbincang serius, namun raut mereka langsung berubah menjadi santai begitu mendapati Calandra yang berjalan mendekat.

"Pagi, Tante." Calandra menyapa Dian. Lantaran tak tau ingin berbuat apa, dia pun mengambil posisi duduk di sebelah Ibunya sebelum melempar pandangan pada Tama yang hanya tersenyum kecil.

"Cal, kok kamu nggak bilang kalau pacar kamu mau datang terus ngajakin makan malam, nak?" tanya Ibu, tampak menyesal.

"Saya sama Bunda saya memang belum mengabari Calandra buat datang ke sini kok, Bu." Tama menyambar. "Tadi saya sekalian lewat dan saya berfikir kayaknya lebih baik saya datang kesini lebih dulu. Dan berhubung saya sedang bersama Bunda saya jadi beliau berinisiatif mengikut."

"Ooh begitu, terima kasih sudah mau mampir, Bu."

"Omong-omong, nak Tama udah lama pacaran sama Calandra ya? Yang satu SMA itu bukan?" Ayah Calandra menyambung.

"Iya benar, Om."

Ibu Calandra menatap suaminya canggung, sebelum berinisiatif angkat bicara lagi. "Sebelumnya maaf, Ibunya Adya. Sejujurnya bagi kami ini terkesan mendadak, mungkin saya boleh tau alasan kenapa tiba-tiba kalian mengundang kami untuk makan malam bersama?"

"Nggak papa, Ibunya Calandra, saya paham kok. Sebenarnya sudah dari kemarin-kemarin saya berencana untuk mengundang kalian untuk makan bersama. Apalagi, Calandra ini sudah sering ke rumah saya. Dan ya, ada baiknya keluarga laki-laki saja yang mengundang."

Ibu Calandra mengangguk paham. Lantas dalam sekejap, mereka berdikusi untuk memutuskan waktu yang tepat agar masing-masing keluarga bisa menyiapkan diri.

TAMANDRA, SUNGHOON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang