x | lala's birthday

2.2K 648 142
                                    

Kekuatan cinta memang luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kekuatan cinta memang luar biasa.

Bagaimana tidak? Hanya karena cinta, sosok masa bodoh seperti Adya Wiratama saja bisa dibuat gila hanya dalam waktu satu bulan. Lelaki itu bukan lagi lelaki pendiam yang kerap bikin Jay mengeluh karena sikap cuek. Meski terlihat masih mempertahankan citra dinginnya, Tama tentu bisa dibilang berubah total hanya karena seorang Mia Calandra.

Calandra sendiri memang tampak punya perasaan yang sama. Namun entah kenapa, gadis itu seakan tidak pernah mengakui bahwa Tama bukan miliknya.

Terus kenapa mereka tidak menjalin seucrit hubungan? adalah tanya yang selalu keluar dari bibir lambe Jay dan Cecil tiap hari.

Kala pertanyaan itu terlontar pada Tama, lelaki itu pasti akan mengambil waktu merenung untuk beberapa saat. Bukannya ingin menggantungi Calandra atau membuat gadis itu menjadi sadgirl. Namun setiap saat Tama menilik pasang mata milik gadis itu, ada sesuatu yang bikin Tama berfikir kalau Calandra hanya milik Calandra, dia bukan milik siapa-siapa. Tidak jarang rasa takut itu membuat Tama di cap sebagai lelaki payah, dan tidak jarang juga alasan yang tak kunjung ia tuturkan itu bikin Jay mendadak jadi penceramah internasional.

Selain di bidang bandar judi dan dukun, Jay juga punya bakat menjadi ustadz.

Jay berfirman, perempuan tidak akan menolak cinta lelaki yang memiliki hatinya, terkecuali jika dia punya otak udang.

"Calandra bukan otak udang." Ujar Tama datar saat ia dan Jay menuju parkiran. Bel pulang sudah terdengar 10 menit lalu.

"Nah tu tau, makanya tembak." Sambar Jay dengan tangan yang bergerak mengenakan helm.

"Lo tau sendiri, gue kayak gini bukan takut ditolak, gue cuma nggak mau bikin Calandra seakan kehilangan dirinya yang lama."

Jay berekspresi malas. "Oh man, c'mon. Masa pikiran lo kuno kayak gitu? Semuanya tergantung waktu, Calandra nggak setolol itu buat nolak lo."

Tama menunduk, "Gue tau."

Jay hanya menatap sahabatnya itu lalu menepuk pundaknya pelan. "Hadeh, gue jadi pengen ngasih Calandra pelajaran karena udah bikin lo jadi kehilangan arah gini." perkataannya bikin Tama melotot, Jay hanya terkekeh. "Nanti malem lo jadi kan datang ke ulang tahun Lala?"

Lala adalah murid yang sekelas dengan Cecil, gadis itu tenar di seantero sekolah. Tidak heran, undangan ulang tahunnya bisa disebar untuk seluruh murid sekolah.

Usai mengangguk, Tama pun menaiki motornya untuk pulang dan bersiap-siap. Seperti kata Jay, malam ini mereka akan menghadiri ulang tahun Lala. Tama menggandeng Calandra, sementara Jay sendirian (padahal Calandra sudah mati-matian menyuruh Jay untuk mengajak Cecil, tetapi lelaki itu tetap kekeuh untuk datang sendirian)

Malamnya, Tama rasanya ingin membenturkan jidatnya ke tembok terdekat melihat bagaimana cantiknya Calandra dalam balutan gaun.

Sama seperti Tama, Calandra belakangan ini jadi seringkali berdandan. Rambutnua digulung tinggi sehingga menyisakan sedikit anak di sisi kanan dan kiri wajahnya, tubuhnya dibungkus gaun selutut dengan bagian bawah yang mengembang, kakinya berseluk heels berwarna senada, ditambah bibir yang dipoles kilap dengan cairan matte berwarna cherry. Elegan, namun tidak mengurangi cantik khas gadis SMA yang melekat pada diri gadis itu.

Tama jadi ingin menjotos habis bibir tante di club om Juna yang berkata bahwa Calandra tidak cantik.

"Lo kenapa? Demi apa, kalau ada yang jelek di diri gue bilang aja, Tam." Calandra berujar galak karena melihat Tama yang selalu menghindari pandangannya, gadis itu tidak tau saja bahwa Tama sedang mati-matian menutup rasa enigma di dalam hatinya.

"Nggak ada." Tama berkilah.

Calandra dan Tama malam ini begitu stand out. Bukan hanya penampilan yang terlewat menawan, juga karena keduanya memang jarang terlihat di sekolah. Melihat bagaimana adanya murid rupawan di sekolah mereka, jelas seluruh murid dibikin kalap.

"Berhenti liat-liat Tama." Calandra melotot pada gadis-gadis yang menatap Tama dengan lekat. Tama tergelak sendiri. Oh ayolah, hanya orang bloon yang berkata bahwa Tama tidak tampan. Dilengkapi jas kelabu yang terkesan ringan dan polesan minyak rambut, sukses bikin Tama jadi urutan pertama sebagai pakuan perhatian tamu yang menghadiri acara itu.

"Hai kalian! Makasih banget udah datang." Lala berseru ketika melihat Tama, Calandra, Jay, dan Cecil menemuinya di salah satu meja. Jake sudah hadir, tentunya. Lelaki itu tidak kalah rupawan dengan setelan serba hitam. Membuat Tama langsung menggidik iri kala menyadari bahwa pakakan Calandra dan Jake serasi.

Jika boleh percaya diri, Calandra baru menyadari bahwa semenjak ia dan Jake berpisah, lelaki itu tidak pernah terlihat bersama perempuan lagi dimanapun. Lihat saja dari caranya yang mengambil seat yang jauh dari kerumunan perempuan—ah oke maaf, seharusnya Calandra hanya fokus pada Tama.

"Gue mau nyamperin MC nya dulu ya, enjoy Jay, Cil, Tam, Cal." Lala melangkah ke arah panggung ketika Jay dan Cecil memisahkan diri entah kemana. Jika ditebak, sudah pasti Jay akan berburu wanita sementara Cecil pasti akan mencari partner gibahnya.

"Suka jeruk apa latte?" Tama menawarkan diri untuk mengambilkan minuman.

Calandra sempat berdeham. "Latte aja deh, biar nggak ngantuk."

Tama terkekeh sebelum tubuhnya hilang dimakan kerumunan.

Disaat itu, Calandra menerima sebuah pesan singkat dari Daniel. Hanya 5 kata, namun mampu bikin dia resah sampai mampus.

daniel, adek.
| ayah wasted, dia pulang ngamuk2

Tama kembali dalam 3 menit dengan sepasang gelas kembar berisi cairan latte yang diatasnya dihiasi love art. Lelaki itu langsung menyadari perubahan air muka Calandra, namun ia memilih untuk tidak bertanya karena para tamu telah dipersilahkan untuk berdansa singkat sebelum acara inti dimulai.

"Cal?" Panggil Tama. Tangannya melingkar di pinggang Calandra, sedangkan lehernya dikalungi oleh lengan gadis itu. Mereka berdansa seperti kebanyakan tamu. Tanpa disadari Jake telah berdiri lama dibelakang mereka, lelaki itu menghiraukan banyak wanita yang memintanya untuk menjadi rekan dansa.

"Iya, Tam?"

Tama menatap Calandra dalam, sukses membuai Calandra. "Sorry udah bikin lo di ambang nggak kejelasan gini."

Calandra menggeleng pelan. "No. Don't be."

Tama tersenyum tipis. "Still."

Sebelah tangan Tama beralih memegang lekukan leher Calandra. "Gue... gue senang bisa ngelihat lo setiap hari."

Calandra tersenyum dengan mata yang menutup, ia menikmati setiap gerakan kaki mereka yang mengiringi irama musik rhythm and blues yang diputar. Jangan lupakan bahwa kulit tangan Tama yang juga mengusap pelan leher jenjangnya.

"Jadi, karena kita udah dekat, bisa ceritain apa yang menganggu pikiran lo sekarang ini?"

Pertanyaan Tama bikin Calandra terdiam untuk beberapa saat.

"I guess, my mom is in danger." Akhirnya Calandra mencicit.

Tama menghentikan gerakannya. "K-kenapa?"

Calandra menunduk. "G-gue takut... gue takut ayah gue melampiaskan kekerasan lagi ke ibu gue malam ini." Kekhawatirannya seketika memecah.

"Hei, girl. Mau pulang?" Tanya Tama pelan, dengan maksud menenangkan.

Calandra mendongak, "Nggak papa?"

Tama mengangguk, cukup bikin Calandra yakin. Dan sejak itu hanya satu yang perempuan itu pikirkan; ibunya.

—————

duh lucu banget kalian, pas di warning in bakal di unpub baru muncul tu para sider. memang spt nya harus aku embel-embel in begitu di tiap chapter ya wkwkwk :D

TAMANDRA, SUNGHOON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang