xxi | summer escape

540 142 91
                                    

Sepanjang perjalanan menuju Bandung, Tama dan Calandra tak sekalipun bertukar ujar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang perjalanan menuju Bandung, Tama dan Calandra tak sekalipun bertukar ujar. Tensi di antara keduanya terasa amat dingin, yang jika diilustrasikan sebagai scene film mungkin akan muncul smoke gelap nan suram di seluruh latar setting yang tertangkap kamera.

Di balik kelopak matanya yang tertutup, Calandra tahu bahwa mobil yang ditumpanginya sudah terparkir sedari tadi di depan rumahnya. Tapi seolah enggan beranjak, dia tetap bergeming dalam tidurnya, menerka-nerka dalam hati apa yang tengah Tama lakukan sekarang. Apakah laki-laki itu berduka? Apalah dia merasa serba salah? Apakah dia menyesal telah mengakhiri hubungan mereka?

Di kursi supir, Tama menarik nafasnya sembari beberapa kali mencuri pandang pada Calandra yang tengah terlelap. Mulutnya terbuka, seakan ingin mengucapkan sesuatu, namun apapun itu, tidak ada kata yang keluar karena Calandra telah terlebih dahulu membuka matanya.

"Thank you." perempuan itu diam sejenak. "Udah ngantarin."

"Iya."

Lagi-lagi, tanpa sempat mengutarakan kata-katanya, Tama ditinggal Calandra yang sudah bergerak menuju kursi belakang untuk mengambil tas bawaannya lalu setelah menutup pintunya, dengan langkah tanpa irama, gadis itu berjalan ke dalam rumah, bersandar di balik pintu sembari menghela nafas berat berulang kali.

Jejak suara mesin mobil Tama sudah terdengar menjauh, tetapi Calandra masih berdiri disana, tatapan matanya tertuju pada kursi panjang di ruang tengah seolah ada fragmen yang tertampil disana. Apa yang dia lihat adalah bayang-bayang wajah penuh kecewa Tama ketika lelaki itu mengatakan bahwa dia sudah lelah berjuang untuknya. Calandra enggan meminta kepastian setelah itu karena entah kenapa, jika diibaratkan pernikahan, kalimat itu seperti talak, yang mana menegaskan jika hubungan mereka sudah berakhir.

Boleh dikatakan, Calandra terlalu sedih untuk menangis.

Menit demi menit terlewati, Calandra sudah merasa dirinya mulai tenang. Masih di posisinya tadi, dia pun mulai mengetikkan sebaris pesan.

calandra
we're nothing now? |

tama
| i told you kalau hati juga punya batas kesabaran

calandra
then, yes? |

tama
| yes. if you agree.

calandra
stupid tama |
putus tapi minta izin |
lo ga punya pendirian? |

tama
| maafin gue.

Calandra tau bahwa dia sudah seharusnya  menangis atau setidaknya cursing saat itu, tapi apa yang dia ingat justru adalah kata yang pernah Tama janjikan padanya.

TAMANDRA, SUNGHOON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang