"I know I can't keep chasing after you if you don't feel some way or feel the same about me." — Finding Hope, Love
DUA hari berikutnya kegiatan kami cuma diisi dengan bangun tidur, sarapan, berenang di laut, tidur siang, menikmati sunset, makan malam ditemani lilin, dan tidur berpelukan sampai besok pagi. Ya, selalu seperti itu.
Tapi di malam kedua aku terbangun dari tidur dan membuka mata lebar-lebar karena mendadak aku mendapat mimpi buruk kehilangan Farhan. Setelah melihat Farhan masih tidur seperti bayi di sampingku, kuembuskan napas lega dan bersyukur karena Farhan belum dipisahkan dariku.
Karena nggak bisa tidur lagi, kuputuskan untuk pergi ke luar tanpa membangunkan Farhan. Jalan-jalan di pantai lewat jam tengah malam memang kedengaran sangat konyol dan aneh, tapi akhirnya kulakukan juga. Sambil memasukkan tangan ke kantung depan hoodie untuk menghalau udara dingin, aku berjalan di sepanjang garis pantai, menyeret kakiku di atas pasir yang lembut, merasakan air laut yang dingin menyentuh telapak kakiku, membiarkan angin laut membelai wajah dan menerbangkan rambutku.
Langit indah malam ini. Bintang-bintang bertaburan. Bulan bersinar terang memberikan cahaya yang cukup untuk membuatku merasa aman. Dan laut tampak tenang—bergelombang, tapi aman. Ini yang aku suka dari alam, mereka selalu bisa membuatku tenang di saat aku lagi banyak pikiran.
Seperti yang kita semua tahu, akhir-akhir ini aku selalu banyak pikiran. Memikirkan Lendra, memikirkan hubunganku dengan Farhan, memikirkan kebahagiaanku akan direnggut paksa, dan pertengkaran kami kemarin siang membuatku jadi tambah mikir yang macam-macam.
Aku melangkah ke dermaga kayu kecil tempat kami berciuman dilatarbelakangi sunset kemarin sore. Membayangkannya saja membuatku jadi senyum sendiri. Di dermaga ini aku dan Farhan berbaikan sambil membuat janji jari kelingking untuk nggak ada lagi rahasia di antara kami.
Kurapatkan tudung di kepalaku karena angin dingin tiba-tiba membuatku merinding. Kumainkan kakiku di permukaan air laut yang sekarang lagi pasang-surut sehingga dermaga kecil ini nggak tenggelam.
Ombak memecah di dermaga di bawah kakiku. Angin bersemilir lembut, pelan dan menyejukkan. Bintang-bintang dan bulan memperhatikan sementara aku duduk di ujung dermaga ini sambil memikirkan semua tindak-tanduk yang telah kulakukan.
Mencintai Farhan, merasakan sakit hati dan cemburu yang nggak beralasan, ditembak tiga cowok yang tampan-tampan, melihat sahabat baik yang menyukaiku kesakitan, dan sekarang hubunganku dan Farhan terancam dipisahkan. Kenapa aku nggak pernah punya satu hari tenang? Oke, mungkin aku sudah punya. Kemarin, dua hari yang lalu, juga saat-saat aku bercinta dengan Farhan. Tapi tetap saja, masalah-masalah ini berputar dalam kepalaku, membuatku jadi ketakutan.
Aku menatap langit di atas sana. Aku tahu hubunganku dan Farhan ini terlarang. Tapi, apakah cinta kami juga terlarang? Apakah yang dilakukan Farhan untuk membahagiakanku itu terlarang? Kugelengkan kepala. Percuma saja bertanya-tanya seperti ini, karena nggak ada siapa pun yang akan menjawabnya. Ini bukan sesuatu yang menuntut untuk dijawab, tapi sesuatu yang dituntut untuk dicari jalan keluarnya.
Derap langkah kaki terdengar di belakangku dan aku buru-buru menoleh ke belakang. Farhan. Dia berjalan mendekatiku, membawa selimut yang tersampir di bahunya, dua cangkir keramik putih, dan tas gitar berada di punggungnya.
Farhan melepas dan meletakkan gitarnya di sampingku. "Nggak bisa tidur?" tanyanya, kemudian duduk. Dia menyerahkan cangkir berisi kopi panas padaku, dan dengan penuh perhatian dia membungkus tubuhku dengan selimut yang dibawanya, membuatku merasa lebih hangat.
"Aku kebangun," kataku, "dan nggak bisa tidur lagi." Aku menyesap kopi yang dibawakannya, dan langsung mengernyit ketika merasakan pahit yang nggak enak menjalari kerongkonganku. "Kamu nggak kasih gula?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu & Aku #2
RomanceKamu harus baca cerita pertamanya dulu sebelum baca yg ini. *** Lendra sakit hati, dan Miko nggak ada kabar. Dino uring-uringan karena merasa bersalah, sementara Farhan mati-matian membuat Dino kembali ceria.