"Put your hand in mine, you know that I want to be with you all the time." — PUBLIC, Make You Mine
ADA rasa sakit yang sangat menyesakkan dada ketika aku bangun tidur keesokan harinya. Farhan, yang tidur di sampingku, memelukku dari belakang. Tangannya yang kuat melingkar di pinggangku, memberi kehangatan yang menyebar dari pinggang, ke seluruh tubuhku. Napasnya yang teratur mengenai leherku. Hangat. Nyaman. Dan terasa aman. Rasa sakit yang menyesakkan dada itu seketika menghilang mengingat usaha kerasnya untuk menjagaku, dan selalu berada di sampingku.
Farhan selalu ada untukku di saat-saat aku sedang terpuruk seperti sekarang ini. Dia memaksaku untuk membiarkannya tidur bersamaku malam ini. Dia selalu ingin berada di sampingku saat semua orang mulai menjauh dari hidupku. Dia selalu ingin melindungiku. Sekarang cuma Farhan yang selalu ada untukku. Dan aku nggak bisa menolaknya, karena aku membutuhkannya untuk menemaniku, berada di sampingku, menjagaku dari mimpi-mimpi buruk yang selalu menghantui.
Pelan-pelan aku membalikkan badan hingga mukaku berhadapan dengan mukanya. Kupandangi wajahnya dengan puas. Farhan punya wajah yang sangat sempurna: mata agak sipit dengan tatapan teduh seperti air hujan ketika kelopaknya itu terbuka; hidungnya mancung dan kuat seperti dipahat oleh tangan-tangan malaikat terbaik; bibirnya penuh dan merah muda alami. Dengan lembut, kuusap bagian wajahnya yang masih bengkak akibat tonjokan Egy tadi malam, lalu kucium bengkaknya dengan selembut mungkin. Aku mencintai Farhan. Aku nggak pernah berhenti mengucap syukur karena memilikinya. Dan nggak ada sedikit pun keraguan akan hal itu.
Lalu kucium pipinya yang akan selalu bersemu merah tiap kali aku menggodanya. Kehangatan kulitnya menjalari bibirku yang sejak bangun tadi kedinginan. Lalu ciumanku turun ke bibirnya. Bibirnya terasa lembut, kenyal, dan menggoda. Aku menciumnya pelan supaya nggak membangunkannya. Tapi Farhan sudah keburu bangun. Dia membuka matanya dan melihatku yang mencium bibirnya.
"Selamat pagi," katanya. Bau napasnya sangat khas. "Kamu cium aku?"
Aku tersenyum dan mengusap wajahnya yang selalu bisa mengalihkan duniaku. "Rasanya aku selalu pingin gigit bibir kamu yang seksi ini." Kusentuhkan jari-jariku ke bibirnya yang indah.
"Oh, jangan," katanya, menyingkirkan tanganku dari bibirnya. "Aku butuh bibirku untuk melakukan hal lain yang lebih berguna."
Aku tahu dia bercanda, tapi kata-katanya merusak mood-ku. Tiba-tiba kata-kataku berubah jadi sinis. "Oh, jadi maksudnya dicium aku bukan hal yang berguna?"
Farhan menyejajarkan kepalanya ke kepalaku, membuat hidung kami bersentuhan. Napasnya beraroma pagi. "Kamu masih marah."
Aku mengembuskan napas. "Aku cuma takut, Farhan."
"Kamu takut Bimo dan Egy nggak akan maafin kamu?"
Aku menggeleng. "Bukan cuma itu. Aku juga takut kita harus pisah. Aku takut Lendra meninggal dunia." Ada banyak hal yang aku takuti di dunia ini. Hidupku yang dulu aman bersama sahabat dan orangtuaku, sekarang jadi banyak masalah semenjak aku pacaran dengan Farhan. Tapi aku juga nggak bisa menyalahkan Farhan untuk semua masalah yang terjadi dalam hidupku. Farhan hanya sial karena sudah mencintaiku dengan segenap jiwanya.
Farhan memelukku lagi, menenangkanku. Pelukannya masih terasa sama seperti yang kemarin. Hangat, wangi, dan menenangkan. Seperti yang pernah kukatakan, wangi parfumnya selalu tercium di kondisi apa pun, seolah-olah wangi itu memang berasal dari tubuhnya dan sulit dihilangkan. "Kali ini aku nggak akan bilang semuanya akan baik-baik aja," katanya. "Aku cuma mau bilang, sekeras apa pun masalah menimpamu, selalu ada aku di sini yang akan menjagamu."
Dan kata-katanya berhasil membuat mood-ku bagus lagi. Aku balas memeluknya dan menciumi bahunya. "Makasih, ya. Maafin aku karena terlalu sensitif dan marah-marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu & Aku #2
RomanceKamu harus baca cerita pertamanya dulu sebelum baca yg ini. *** Lendra sakit hati, dan Miko nggak ada kabar. Dino uring-uringan karena merasa bersalah, sementara Farhan mati-matian membuat Dino kembali ceria.