BONUS STORY: Mengenang Lendra

336 23 2
                                    

SEKARANG, aku hanya bisa mengenangnya. Lendra hanya ada di dalam ingatanku, hanya berupa sosok yang muncul di latar belakang hitam ketika aku menutup mata. Dan saat kubuka mata, sosok itu menghilang, digantikan dengan sosok lain yang sama hangatnya dengan Lendra, sama berartinya dengan Lendra, sama indahnya dengan Lendra. Sosok itu adalah Farhan—yang menjanjikan kebahagiaan, ketenangan, juga harapan yang selama ini nggak pernah kurasakan.

Hari ketiga MOS adalah hari terakhir. Hari itu juga merupakan hari paling bersejarah dalam menentukan perasaan Lendra kepadaku. Aku sempat berharap Lendra mungkin menyukaiku—aku mempertimbangkannya dari cara dia menatapku, dari caranya melempar senyum lebih banyak kepadaku, dan dari caranya diam-diam memandangiku. Mungkin ini memang kepedean, tapi keyakinanku bahwa Lendra mungkin menyukaiku sangatlah besar.

Hari ketiga itu juga hari di mana Lendra harus memberikan dua cokelatnya ke kakak-kakak kelas yang menurutnya baik hati. Pemberian cokelat itu berlangsung di kelas X-3 setelah upacara selesai. Kak Tria memanggil Lendra maju ke depan kelas sambil membawa dua batang cokelatnya (cokelat beneran, ya. Bukan cokelat batang yang di bawah perut, hihi) dan kami para panitia juga ikut berdiri.

"Jadi, hari ini Lendra harus memberikan cokelat yang pernah kami berikan kepadanya untuk dia berikan kembali ke salah dua di antara kami berlima yang menurutnya baik hati. Kami ingin mengetahui di antara kami berlima, siapa yang menurut kalian paling baik hati dan tidak sombong," Kak Tria tertawa kecil ketika mengucapkan ini. Dia pasti berharap dirinya yang dipilih sebagai Kakak Kelas Baik Hati dan Tidak Sombong. "Nah, setelah Lendra memilih, kalian juga harus ikutan memilih. Caranya kalian harus menulis nama dua kakak kelas yang menurut kalian baik hati di selembar kertas, kemudian kumpulkan kertas-kertas itu kepada kami. Biar privasi kalian terjaga, kertasnya nggak usah dikasih nama, ya."

Semua anak baru di kelas mengangguk sambil menggumamkan kata-kata setuju.

"Nah, yuk," Kak Tria memegang bahu Lendra dengan dua tangan, kemudian memutar tubuh Lendra 180 derajat hingga dia menghadap ke kami—para panitia—dan membelakangi teman-teman sekelasnya. "Lendra, pilih dua kakak kelas yang mau kamu kasih cokelat."

Kak Tria masuk ke barisan kakak kelas, berdiri di sebelah Kak Panji yang mukanya datar-datar saja karena aku yakin dia pasti sudah tahu dirinya nggak mungkin dipilih oleh Lendra. Ekspresi yang sama juga aku lihat di mukanya Bimo, yang tampak bosan dan nggak peduli dengan cokelat itu—Bimo sudah pasti bukan kakak kelas yang akan dipilih Lendra. Selanjutnya, hanya ada tiga orang yang kemungkinan besar akan dipilih Lendra untuk dikasih cokelat itu: aku, Kak Tria, dan ...

Lendra menyodorkan cokelat di depan wajahku, dan kutatap cokelat di hadapanku, lalu menatap Lendra. Ada senyum indah di bibirnya, matanya yang cemerlang memantulkan senyum indah itu. Jantungku berdebar heboh ketika menatap matanya, juga ketika dia menyerahkan cokelatnya kepadaku sambil tersenyum dan berkata lembut, "Cokelat ini buat Kak Dino, karena udah jadi kakak kelas baik yang mau nemenin dan jagain gue ketika gue pingsan." Lututku rasanya mau patah ketika dia kembali melempar senyum manis lengkap dengan lesung pipinya kepadaku.

Aku menerima cokelatnya sambil tersenyum, lalu kuputuskan dalam hati bahwa Lendra mungkin saja memang menyukaiku karena kalau nggak, mana mungkin dia memberikan cokelat ini padaku, kan? Tapi, hanya saja aku masih belum yakin dengan konteks 'menyukai' itu, karena bisa saja Lendra menyukaiku hanya sebatas kakak kelas yang bersikap baik kepadanya, dan bukan sebagai Dino yang tampan dan memikat perhatiannya. Oh, aku nggak boleh besar kepala dulu karena aku masih belum yakin apakah Lendra gay atau bukan.

Beberapa siswa baru—terutama yang cewek—terdengar agak menggerutu saat Lendra memberikan cokelat kepadaku.

"Makasih," kataku, tanpa memedulikan gerutuan mereka.

Kamu & Aku #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang