Part 5

2.5K 287 14
                                    


"Ran, saya benar-benar akan menikahi kamu," Asgar kembali mengulang kata-kata nya.

"Tapi om ...," Asgar memang terlihat masih gagah walau berusia di atas empat puluhan, tapi Ran merasa mereka tidak pantas karena dia hanya orang biasa sedangkan Asgar dia dari keluarga terpandang. "Aku merasa kalau kita tidak pantas saja," ujar Ran.

"Karena usia kita?" Tanya Asgar. Ran menggelengkan kepalanya.

"Bukan itu," ujar Ran

"Lalu apa?"

"Saya hanya orang miskin om, ga pantas bersanding dengan orang seperti om." Ran menundukkan kepalanya.

"Siapa yang bilang begitu?"

"Ya aku ngerasanya gitu aja om."

"Dengarkan saya, bukan bermaksud sombong, soal harta Alhamdulillah saya punya harta yang cukup, jadi saya tidak butuh harta kamu Ran." Asgar menatap Ran yang masih menundukkan kepalanya. Saat ini mereka berada di dalam mobil menuju rumah Asgar.

"Entah mengapa selama ini saya tidak berniat sama sekali untuk menikah lagi, tapi sejak Ansara menyuruh saya menikahi kamu saya jadi kepikiran. Saya ingin melindungi kamu dari orang-orang yang ingin menyakiti mu."

"Om mendengar obrolan kita?" Asgar mengangguk.

"Saya ingin melindungi kamu Ran. Itu kata hati saya, dengan menjadikan mu istri saya, kamu aman, tidak ada yang bisa mengganggu kamu termasuk nenek sihir itu." asgar juga ikut memanggil ibu tiri Ran dengan sebutan nenek sihir. Emang dasar .

"Tapi saya tidak akan memaksa kamu, semua terserah kamu. Saya tidak ingin membuatmu merasa terpaksa menikah dengan saya."

Rania diam dengan sejuta pemikiran nya, sampai saat ini dia masih mencintai Jawad, tapi dia tahu Jawad tidak akan pernah kembali. Dia memang akan mencoba mencintai laki-laki lain. Tapi apakah Asgar laki-laki itu. Ayah dari almarhum kekasihnya.

"Apa om masih mencintai ibunya Ansara?" Tanya Ran ragu. Dia menoleh menatap Asgar yang sedang fokus menyetir.

"Ya masih," ujar Asgar tersenyum. "Dia akan selalu ada di hati saya selamanya," jawaban Asgar membuat Ran yakin jika mereka menikah tidak akan ada cinta di antara mereka.

"Dia sudah mempunyai tempat di hati saya dan akan selamanya tinggal di sana, tapi saya juga akan membuka hati saya untuk wanita yang mungkin di takdir kan menjadi pendamping saya. Mereka berdua akan tinggal di tempat masing-masing." Asgar menepikan mobilnya.

"Kalau itu yang kamu khawatir kan. Saya akan mencoba mencintai istri kedua saya kelak. Sama seperti kamu, saat ini kamu juga masih mencintai Za, 'kan?" Ran mengangguk. "Za dan ibunya akan tetap tinggal di hati kita berdua sampai kapanpun." Asgar menggenggam jemari Ran. Selama ini dia tidak menyentuh wanita setelah kepergian Dania. Kecuali dengan rekan bisnis nya saja.

"Pikirkan apa keputusan mu, saya tunggu jawabannya besok." Asgar kembali melajukan mobilnya. Tidak butuh waktu lama mereka tiba di rumah mewah Asgar.
Ansara sudah menunggu mereka di halaman rumah. Ran memang mengirim nya pesan jika dia dan Asgar akan segera tiba di rumah.

"Rannnn!" Ansara berhambur memeluk Ran. Padahal mereka baru berpisah beberapa jam saja. Tapi lihat mereka seperti dua orang yang baru bertemu setelah bertahun-tahun terpisah.

"Bawa Ran masuk, biarkan dia istirahat Ann," ujar Asgar lalu masuk kedalam rumahnya terlebih dulu.

"Ciye...ciye perhatian nih ye," Ansara menggoda ayah dan sahabatnya.

"Apaan sih," ujar Ran merona.

"Gimana di terima ga duda karatan itu jadi suamimu?" ujar Ansara yang masih di dengar Asgar.

"Siapa yang kamu maksud duda karatan?" Asgar kembali mendekati dua remaja itu.
Ansara hanya nyengir. "Jadi selama ini kamu nganggep daddy duda karatan gitu?" Sebenarnya Asgar tidak marah pada putrinya. Tapi apa benar dia sudah karatan.

"Canda dad. Daddy itu duda terkeren di dunia, duda ter_cool pokoknya." Ansara langsung bergelayut manja di lengan ayahnya. Dia tidak mau jika uang jajannya di potong bulan ini.

"Ya sudah ayo masuk, sudah sore," ujar Asgar. Ran yang melihat Ansara bermanja-manja dengan ayahnya membuat dia teringat mendiang sang ayah, dulu juga ayahnya sangat memanjakan Ran, walau harus sibuk bekerja tapi dia sering menyempatkan diri bermain dengan Ran.

*****

Hari ini Ran harus memberi jawaban pada Asgar. Semalam dia sudah memikirkan matang-matang apa yang harus dia lakukan. Ansara juga tidak memaksa Ran jika memang dia tidak mau menikah dengan ayahnya.

"Selamat pagi om," sapa Ran, Asgar sedang sarapan sebentar lagi dia harus pergi kerja.

"Pagi. Ansara belum bangun?" tanya Asgar karena tidak melihat putrinya turun dengan Ran.

"Aku disini dad," ujar Ansara turun dari tangga.

"Ayo kalian sarapan dulu." Sebenarnya Asgar juga sudah tidak sabar menunggu jawaban Ran. Semalam juga dia tidak bisa tidur memikirkan apa Ran mau menikah dengannya atau tidak.

"Aku mau ngasih jawaban yang kemarin om," ujar Ran. Ansara dan Asgar menghentikan aktivitas sarapan mereka.

"Saya mau menikah dengan om Asgar," ujar Ran lagi. Ansara langsung memeluk sahabatnya yang sebentar lagi akan jadi ibu tirinya.

"Terimakasih Ran," Ansara sampai menitikkan airmata haru. Akhirnya sang ayah menikah kembali.

"Terimakasih Ran kamu mau menerima saya." Asgar menghela nafasnya lega, seandainya Ran menolaknya dia mungkin tidak akan menikah lagi. Dia juga tidak tahu kenapa mau menikah dengan Ran, padahal selama ini banyak wanita yang mendekatinya tapi tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik.

"Nanti kita bicarakan soal pernikahan kita dengan Mommy saya." Ran mengangguk mengerti. Kemudian mereka melanjutkan sarapan nya.

Sebelum mereka selesai sarapan terdengar suara keributan di luar rumah.

"RANIA keluar kamu," teriak seseorang dari luar.

"Ibu!" Ran tahu itu suara ibu tirinya.

"Kalian tetap di sini biar Daddy melihat nya."

Bersambung

28 Juni 2021
THB

My Twins Daddy ( Aldama Family seri 7) ( Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang