lintang dan pelita hati🔞

566 49 19
                                    

⚠tw// sexual activity

Terkadang, segala sesuatu yang datang secara tiba-tiba menyebabkan kegugupan yang paripurna. Inilah yang dirasakan Aksa yang sedang menggendong Suratma dipunggungnya. Baik itu Warma, Wano maupun Sandhi meninggalkannya sendiri tanpa ada niat untuk membantunya.

Mereka pasti sudah tiba di penginapan. Aksa tak punya cara lain selain menggendong Suratma sendirian. Dalam kondisi ini, Suratma bisa dibilang sangat nakal. Suratma menyempatkan diri untuk menjilat telinga, leher atau meraba dada Aksa sambil mengaduh kesakitan. Suratma merasa lubangnya dibawah sana sedang berkedut meminta untuk dimasuki.

“Jangan jilat leherku. Tunggu sebentar lagi, kita akan sampai di penginapan.”

“Ugh... Cepat. Atau kita lakukan saja disini!”.

“Pantatmu. Aku tidak mau tiba-tiba menjadi selebriti dengan skandal pemerkosaan,”.

Dahi Aksa penuh dengan keringat, ia membaringkan Suratma di ranjangnya. Ia menggigit bibirnya, tidak tahu harus mulai darimana. Jujur saja, selama 27 tahun hidupnya Aksa bahkan tidak pernah melakukan hal semacam ini.

Ia duduk disamping Suratma yang tengah menggeliat, Aksa mengigat video seks yang ia tonton bersama Wano dan Sandhi pada usianya 15 tahun. Tapi pada saat itu, Aksa harus pulang lebih dulu karena Mae Bhanu menghukumnya. Aksa hanya sempat melihat beberapa adegan, itu saja masih dengan tangan sebagai penghalang matanya.

Apa ia harus bertanya pada Warma?.

Tapi disaat seperti ini, bukankah memalukan jika bertanya tentang seks?.

Tangan Aksa tiba-tiba ditarik oleh Suratma, “Cepat.” Pintanya. Dengan memberanikan diri Aksa membuka kancing baju yang menutupi tubuh Suratma. Setelah terbuka setengah, Aksa mulai menciumi dahi Suratma dan mengelus kepalanya. Setelah itu kedua pipi, hidung, dan bibirnya.

Seperti yang kita tahu, Suratma tidak handal dalam hal berciuman. Jadi ciuman yang kali ini hanya menempel saja, Aksa kurang puas. Ia memutuskan ciumannya, “Buka mulutmu,”. Suratma dengan patuh membuka mulutnya, lidah Aksa langsung memasuki area itu. Menelisik tiap-tiap gusi maupun gigi Suratma.

“Ugh...”

Lidah Aksa masih bermain disana, sembari tangan kirinya memainkan puting Suratma yang perlahan mulai mengeras. Secara tidak sengaja, Aksa menggigit bibir bawah Suratma sehingga mengeluarkan darah. Suratma meringis sebentar, lalu lidah Aksa menjilat bekas darah itu. Mencium Suratma hingga ia rasa bibirnya mulai membengkak.

Milik Aksa sudah menegang sejak ia mendengar desahan Suratma di Festival Octoberial. Setelah puas dengan ciuman bibir, Aksa mulai menciumi leher Suratma yang jenjang, sesekali memberi dua atau tiga tanda disana. Aksa memegang area sekitar jakun Suratma lalu menciumnya singkat.

Lalu dengan suara berat Aksa berkata di telinga Suratma, “Suratma, maukah kamu mendesahkan namaku?”.

Suratma tidak menjawab, hanya menangkap wajah Aksa. Dengan isyarat mata Suratma seakan berkata, “Lanjutkan apa yang sudah kamu mulai, Kapten Khun.”

Aksa merasa tertantang. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Menghisap kedua puting Suratma dengan buas, beralih ke perutnya. Lalu menciumnya lagi dan tangan kanannya mulai meraba milik Suratma. Aksa tidak ingin berada pada tahap itu dulu, ia kembali menerjang bibir Suratma yang sudah bengkak.

“Pakaianmu menggangguku, Kapten. Bisakah kamu melepasnya?”.

Aksa mengangguk dengan sedikit seringaian di wajahnya, “Dengan senang hati.”

Aksa mulai melepaskan semua yang menempel pada badannya, kali ini ia benar-benar telanjang bulat. Aksa mulai membuka resleting celana Suratma dan menurunkannya, melemparnya ke segala arah. Aksa tidak tahu bahwa badan Suratma akan jadi seindah ini.

aksasuratma✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang