desir angin manggala

323 62 37
                                    

Sore ini, Aksa, Wano dan Sandhi berada pada ruangan Walikota Jenardana untuk menginformasikan sesuatu. Baik itu yang didapatkan Aksa, Wano ataupun Sandhi. Mereka berpakaian lengkap dengan pakaian kapalnya.

Aksa merasakan sesuatu pada Jumantara yang tak bisa ia jelaskan. “Walikota, kemarin aku sempat mendengar dua orang petinggi berbicara. Bisnis illegal terjadi disini, para pekerja bahkan tidak mendapatkan upah mereka. Dan mereka membawa namaku didalamnya,”.

Wano dan Sandhi mengerutkan alisnya, mencoba menelisik tiap-tiap perkataan aksa yang dirasa rancu. “Siapa dua orang itu Kapten?” tanya Wano. Aksa menggeleng, yang ia lakukan kemarin hanyalah bersembunyi tanpa mencoba untuk melihat siapa dua orang itu. Sedangkan Sandhi hanya menghembuskan nafasnya, ia tak menyangka kalau berada di Jumantara akan sesulit ini.

“Selain itu, kau mendengar apalagi?” tanya Sandhi sembari memainkan dasinya. “Kru Gor. Penginapan ini akan diambil keuntungannya tanpa menyisakan uang untuk pekerjanya, bukankah itu aneh?”. Walikota Jenardana menghisap cerutunya, wajahnya sangat tertekan dengan informasi baru ini. “Aku tidak tahu itu Pan Bade atau malah Che Ry bersama anak buahnya. Tapi kita kesulitan untuk mencari tahu karena Kapten Khun tidak mengenal keduanya,”.

“Aku menanyakan Pan Bade dan Kento melalui Suratma. Ia mengatakan bahwa Kento akhir-akhir ini sibuk dengan pekerjaannya. Menurutmu apakah ia sibuk dengan bisnis bersama ayahnya?” Aksa berdiri, menuju tempat minum untuk mengambil air. “Walikota, jika mereka membawa nama Kapten Khun, bukankah itu artinya mereka sudah mengetahui pergerakan kita?”.

Pernyataan Sandhi juga ada benarnya, Pan Bade sudah mengetahui alasan Walikota Jenardana datang ke Jumantara dengan membawa awak kapal serta polisi. Walikota Jenardana mengangguk, “Inilah alasanku meminta kalian untuk berhati-hati. Pan Bade bukan tandingan kalian, ia tidak akan membiarkan kita keluar dari Pulau ini secara hidup-hidup,”.

Mata Wano membelalak kaget, “Lalu bagaimana rencana selanjutnya? Apakah kita hanya akan mengawasinya saja?”. Walikota Jenardana memijat pelipisnya, harusnya ia tahu kalau Pan Bade mempunyai banyak mata-mata. “Kita tidak bisa gegabah untuk menyusun rencana, Wano. Pan Bade adalah orang yang sangat jenius, kita harus berhati-hati,”.

“Tapi kita harus secepatnya menyelesaikan masalah ini! Kau harus merencanakan sesuatu, Walikota. Bersama kepala kepolisian. Kepala Kepolisian Warma berada disini, kan?”.

“Wano, aku mengerti tujuanmu. Tetap saja kita tidak akan menyusun rencana gegabah! Aku lebih tahu, Wano. Aku sudah pernah mengalami cacat karena mengurus kasus ini 12 tahun yang lalu,”. Walikota Jenardana lalu membuka celananya, memperlihatkan bahwa kaki kirinya buntung dan memakai penyangga.

Aksa yang melihat itu merasakan bahwa bahaya semakin menuju ke arahnya. “Pan Bade belum menjabat saat itu. Ia masih menjadi asisten petinggi. Kalaupun kita bisa keluar dengan keadaan hidup, aku tidak yakin kalau anggota tubuh kita kembali dengan keadaan utuh,”. Walikota Jenardana tahu, ia membahayakan nyawa teman-temannya, tapi kalau kasus ini tidak ditanggapi, kerugiannya akan menjalar ke Pulau mereka.

“Tunggu sebentar lagi. Kalian harus mengawasi Kento, Pan Bade, Che Ry dan istrinya serta Prita. Oh, Kapten Khun, aku ingin kamu membawa ini,”. Aksa berjalan menuju meja Walikota dan mengambil 1 foto yang berisi tulisan. “Itu foto milik Pan Bade dan Kento. Kamu bisa mengenalinya, kan?”.

Aksa mengangguk. “Ya. Aku akan membicarakan hal ini dengan Kepala Kepolisian Warma dan Kepala Detektif Arjun,”. Wano tersenyum, kombinasi ketiga Kepala ini sangatlah keren. Ia ingin bergabung juga, tapi sayangnya ia hanya juru masak.

“Aku pergi dulu. Ingin menemui Suratma,”.

“Hei! Hei! Aku ingin ikut! Aksa— Sial! Dia hanya memikirkan Suratma tanpa memikirkan temannya!” Wano mengerucutkan bibirnya, Walikota Jenardana hanya tertawa melihat itu. “Kapten Khun menyukai Suratma?” tanya Walikota. Wano dan Sandhi hanya mengangkat bahunya, tidak tahu.

aksasuratma✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang