balada di atas awan

421 88 44
                                    

Pagi hari ini, Suratma dibuat kesal oleh Aksa perihal sarapan yang dibawakan oleh Suratma. “Aku tidak makan kacang,” kata Aksa sembari menjauhi nampan makanannya. Suratma mengepalkan tangannya dengan erat, berharap ia bisa meninju Aksa.

“Lalu anda ingin makan apa, Kapten?”.

“Bagaimana dengan kamu? Bisakah aku?”.

Mata Suratma melebar dengan keras untuk ke sekian kalinya. Ia dengan spontan memegang tubuhnya lalu terdengar gelak tawa dari Aksa, “Apa yang kamu pikirkan? Mesum,” Suratma sudah lelah untuk memaki Aksa. Tolong siapa saja, bantu Suratma untuk mengutuk Kapten ini.

“Anda ingin makan apa? Saya akan membawakannya untuk anda,”.

Kalau bukan karena uang, Suratma tidak akan hidup seperti ini. Hidup seperti ini bukan gayanya, ia ingin menjadi saudagar kaya yang bisa memberikan perintah pada siapapun, itu pasti seru.

“Aku tidak ingin makan sekarang. Bisakah kamu mengantarku lancong mengelilingi Jumantara?”.

“Jumantara itu luas kalau anda lupa,”.

Aksa menaikkan sebilah alisnya dan tangannya dengan sigap mengambil buku kuno dan membacanya lagi tanpa memperdulikan Suratma yang hendak memakinya. “Bisakah saya pergi, Kapten? Saya mempunyai pekerjaan lain yang harus diselesaikan,”.

Tanpa melihat Suratma, Aksa berkata, “Apa maksudnya pekerjaan lain? Pekerjaanmu hanya untuk melayaniku,”. Perlahan, Suratma mencoba untuk mengatur emosinya. Ia menarik dan menghembuskan nafas dengan tenang.

“Kemana anda ingin pergi? Saya akan mengantar anda,”.

“Ke hutan belantara Sayong Bhagawan,”.

Suratma keluar dari kamar Aksa dengan nampan makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suratma keluar dari kamar Aksa dengan nampan makanan. Wajahnya semakin terlihat frustasi, ia ingin secepatnya mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain tapi sayangnya itu tidak mungkin.

Nampan itu ia bawa ke sebuah ruang cuci yang terbuat dari kayu sederhana. Ia tidak mencuci nampan itu, melainkan menaruhnya dan segera mengambil air untuk diminum. “Mengapa dia senang sekali menggodaku?! Rasanya aku ingin menusuknya dengan pecahan gelas ini!”.

Ia tidak suka dengan cara Aksa memperlakukannya, setidaknya kalau tidak bisa sopan, kau harus bisa menghargai siapa yang sudah melayanimu. Selesai memuaskan dahaga, Suratma berjalan menuju ruangan atasannya, Kru Gor.

Tepat dihadapan pintu ini Suratma berdiri, meskipun ia tahu Kru Gor adalah orang yang baik, tapi kalau masalah menawar pekerjaan, mata elangnya akan memicing tajam. Suratma memberanikan diri untuk mengetuk ruangan Kru Gor.

“Siapa?”.

“Kru Gor, saya Suratma. Bisakah saya bertemu dengan anda?”. Pintu tersebut dibuka oleh salah seorang pelayan, lalu pelayan tersebut keluar karena perintah dari Kru Gor.

aksasuratma✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang