lengkungan langit berpendar

308 59 65
                                    

Mari melihat dari sisi antagonis kita, Kento dan Ayahnya serta kawan-kawannya. Saat ini, Kento berjalan menuju ruangan ayahnya bersama dengan Arthur dan Inggit. Arthur dan Inggit adalah rekannya dalam menjalani permainan busuk di Jumantara.

Sesaat setelah Kento sampai di depan pintu kantor ayahnya, ia mengetuk pintu dan masuk. "Ayah. Ini Arthur dan Inggit," katanya memperkenalkan temannya. Arthur dan Inggit membungkuk untuk menghormati Pan Bade. "Silahkan duduk,".

"Kalian sudah tahu tugas masing-masing, kan? Kento, sudahkah kamu memberitahu mereka?".

"Ya. Aku sudah memberitahunya,".

Singkat saja, tugas Inggit dan Arthur adalah untuk memisahkan Aksa dan Suratma. Inggit setuju dengan pekerjaan ini karena ia hanya peduli dengan uang, berbeda dengan Arthur. Arthur masih memiliki perasaan, jadi ia tidak yakin dengan pekerjaan ini. Tetapi uang yang ditawarkan oleh Kento begitu besar sehingga ia terpaksa menyetujuinya.

"Ayah, apakah teman Suratma sudah melaporkan perkembangan antara dia dan Aksa?". Pan Bade menoleh ke arah Kento lalu menghisap cerutunya, "Oh, perempuan itu. Dia bilang kalau Aksa dan Suratma semakin dekat. Aku juga mendengar kabar bahwa Aksa dan Jenardana sudah melakukan pergerakan,".

"Kita harus berhati-hati. Mereka bekerja sama dengan kepala kepolisian dan detektif,".

Ayahnya mengangguk, menghembuskan asap dari cerutunya. "Inggit dan Arthur, kalian bisa bekerja sekarang. Laporkan perkembangan disetiap minggunya, aku ingin melihat bagaimana kira-kira ekspresi jelek Kapten itu," setelah mengatakan itu, Pan Bade tertawa lalu meneguk cola yang berada di atas mejanya.

"Kalian bisa melaporkannya padaku atau pada Kento. Kalian boleh pergi,". Segera setelah itu, Arthur dan Inggit keluar ruangan mulai menyusun rencana untuk melanjutkan tugasnya. "Hei Kento," panggil Pan Bade.

Kento yang hendak duduk lalu menoleh pada Pan Bade. "Ya, Ayah?" Ia berjalan mendekati meja ayahnya dan mulai duduk di kursi yang sudah disediakan. "Apakah kamu tidak ingin bermain sedikit dengan Suratma?". Kento menaikkan alisnya, senyuman pada wajahnya kian melebar. "Maksud Ayah, aku boleh menyentuhnya?".

Pan Bade tertawa, anaknya memang cerdas. "Kenapa tidak? Bukankah itu membantu rencana kita agar semuanya lancar? Aku bahkan memberi izin temanmu untuk menyentuhnya juga,". Seringaian di wajah Kento semakin berapi-api, "Bahkan Abu, Loka dan Ferdinand boleh menyentuhnya?! Oh, Ayah! Rencanamu ini sangat.. Perfecto!".

Mereka, Ayah dan anak yang sama-sama gila.

Kento mengeluarkan rokok dari dalam saku celananya, mengambil satu lalu menghidupkannya dengan bantuan ayahnya. "Arigatou Ayah,". Pan Bade mengangguk, "Melihatmu seperti ini, aku jadi merindukan Ibumu,". Ibu Kento berdarah Jepang, itu sebabnya Kento merupakan anak campuran. "Aku bahkan belum pernah melihatnya sejak aku lahir. Tidak apa-apa, aku ada disamping Ayah,".

"Oh ya, bagaimana dengan bisnis narkotika dan senjata milikmu?".

"Semuanya berjalan lancar. Aku bahkan membawakan uang ini untuk Ayah," Kento mengeluarkan 15 amplop uang. Ayahnya tersenyum dan menepuk pundak Kento sekilas, "Benar-benar anak yang handal,". Mendengar pujian itu, Kento juga ikut tersenyum.

"Aku harus memberitahumu ini, kita akan menerima uang dan sejumlah narkotika lagi dari rekanku. Mungkin kita akan melakukannya pada malam tahun baru,".

"Bukankah malam tahun baru semua polisi berjaga?".

Pan Bade terbangun dari duduknya, berjalan sambil menjelaskan tentang rencana pada tahun baru mendatang, "Ya, tapi itu bukan kepolisian Jumantara. Jenardana pasti sudah mengetahui rencanaku karena aku sudah pernah bersaing dengannya 12 tahun yang lalu. Aku yakin dia kembali lagi untuk membalaskan dendamnya padaku,".

aksasuratma✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang