special : kento arthur (II)

158 39 10
                                    

[still kentoarthur's story]

Siapa yang kalah dalam permainan lomba lari menuju kedai? Sudah jelas bahwa jawabannya adalah Kento. Mereka terengah-engah menuju kedai hingga semua orang melayangkan tatap mata yang tajam pada mereka. Kento menarik satu kursi, “Duduklah,”.

Arthur mengangguk, “Terima kasih,”.

Jika kalian bertanya, mengapa tidak ada seorangpun yang mengenali Kento bahwa ia adalah anak dari Pan Bade? Jawabannya adalah karena Pan Bade tidak pernah sama sekali mengekspos anaknya ke publik, maka dari itu hampir seluruh Jumantara tidak tahu siapa itu Kento Manggada. Yang paling banyak dikenal adalah ayahnya, Pan Bade.

“Biar aku yang pesan,” kata Kento. Kento mulai mengambil satu per satu menu yang ada di depannya lalu menyerahkannya pada Arthur. “Aku hanya ingin Sup Ikan saja dan teh hangat,” ucap Arthur. Kemudian, Kento berjalan ke arah kasir untuk mencatat makanannya.

Arthur sebenarnya ingin menanyakan hal yang berkaitan dengan Suratma, tapi entah kenapa hal itu terlalu aneh untuk ditanyakan. Sesudah Kento kembali, ia merasakan bahwa sikap Arthur aneh. “Ada yang ingin kamu tanyakan? Tanyakan saja,” bagai petir yang merambat langit, hal itu membuat gejolak kaget dalam diri Arthur.

“Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku ingin menanyakan sesuatu?”. Kento tersenyum dan mulai mengelus pipi kiri Arthur, “Bukannya terlihat jelas? Jadi apa yang ingin kamu tanya?”.

“Um... Tentang Suratma, apa kamu tidak berniat untuk berbicara pada Inggit agar tidak menghancurkan Suratma lebih lanjut?”.

Kento terdiam sejenak. Matanya kini menatap Arthur, “Aku sudah bilang padanya sebelum kita berkencan. Tapi dia tidak mau mengalah, kata Inggit, Aksa adalah cinta pertamanya. Dan tentang Suratma, aku tidak tahu harus bagaimana,”. Benar saja dugaan Arthur, bukan hanya pekerjaan yang dipikirkan Inggit. Tapi merampas kembali Aksa.

“Manggada, Inggit itu licik. Aku takut Suratma akan terkena akibatnya jika Inggit tidak berhenti sekarang,” ucap Arthur berusaha meyakinkan Kento. Namun Kento menggeleng, “Kalau aku memaksanya lebih lanjut, dia akan menceritakan semuanya pada Ayah. Bukankah dia berpikir ini aneh jika aku memberhentikannya tiba-tiba?”.

Perkataan Kento ada benarnya, perasaan Arthur semakin berantakan. “Kamu sungguh-sungguh berniat untuk mencelakai Suratma? Apa salah Suratma?”. Kento membuang muka lalu berkata, “Itu suruhan Ayah. Aku sangat menyayangi Suratma sebagai adik kecilku, tapi entah kenapa aku menjadi lebih egois karena sering bertemu Ayah,”.

“Manggada, bisakah untuk kasus Suratma kali ini cukup sampai disini saja?”.

“Itu tergantung kehendak Ayahku,”.

Arthur memijit pelipisnya dan mengetuk-ngetuk meja makan karena frustasi. “Apa kamu sadar jika kamu telah dicuci otaknya oleh Ayahmu?” tanya Arthur. Kento menaikkan sebilah alisnya tidak mengerti, “Maksudmu?”. Arthur menggigit bibirnya sebelum berkata, “Kento, kamu sudah dimanipulasi sejauh ini, dan kamu masih bertanya padaku, kenapa? Gila!”.

“Festival Octoberial, apa kamu tidak ingat apa yang terjadi?” tambah Arthur. “Aku tidak ingin ikut campur masalah keluargamu, tapi ini berkaitan dengan temanku dan juga temanmu, Suratma. Ayahmu adalah faktor utama mengapa terjadi kejadian Festival Octoberial. Kamu adalah bonekanya yang bisa beliau gerakkan, apa kamu masih tidak menyadari hal itu? Kalau Ayahmu bilang akan membunuhku, apa kamu juga akan membunuhku?”.

Kento masih terdiam. “Membunuh bukan perkara yang mudah. Biarkan Ayahmu yang idiot, mengapa kamu malah mengikutinya juga?” tatapan mata Arthur seperti ibu yang sedang marah kepada anaknya saat ini. Kento teringat pada kata-katanya yang akan membunuh 'mereka'.

aksasuratma✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang