Yibo tidak lagi tinggal dirumahnya, kini dia tinggal dirumah Xiao Zhan, sebagai calon Istri sekaligus Ibu dari anaknya.
Yibo dari tadi mondar-mandir, dia bingung mau pakai baju apa di depan calon mertuanya.
Yibo ngelus perutnya yang sedikit membuncit. "Sayang, mama bingung, Nak," gumam Yibo.
Yibo mulai merasa lelah jadi memutuskan untuk duduk di lantai dan menatap lemari pakaiannya. Dia ingin bundir saat ini juga. Hari ini hari minggu jadi dia libur dari tugas sekolah.
'Cklek'
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Xiao Zhan yang tengah mengusap rambutnya. Xiao Zhan menatap horror pada Yibo yang duduk di lantai. Dengan segera Xiao Zhan mengangkat tubuh Yibo dan mendudukannya di kasur.
Yibo cuman tersenyum. Dia tahu Xiao Zhan itu khawatir.
"Zhan. Papa orangnya kaya gimana?" tanya Yibo melupakan soal tampilannya nanti di depan calon mertua.
Xiao Zhan mendudukan dirinya disamping Yibo, merebahkan kepalanya dan menidurkannya di paha Yibo.
"Papa?"
"Tampan."
"Hei bukan itu tuan Xiao Yixing?" Ucap pihak lain.
"Hei, dia semakin tampan saja."
"Kya!! Tuan Xiao!!" teriak heboh para wanita ketika melihat Xiao Yixing keluar dari bandara seraya mengeret koper.
"Dingin."
Xiao Yixing hanya menatap jengah pada wanita-wanita itu. Hei usianya sudah tua mengapa dia masih mendengar jeritan itu? Lagi pula tidak akan ada pengaruhnya. Yixing hanya berdecih pelan dan berjalan menuju mobil sembari dikawal oleh anak buahnya.
"Kaya."
"Pak! Mobilnya mogok."
"Ck, panggilkan helikopter."
"Tap-...."
Xiao Yixing mengeluarkan ceknya dan membuat pihak lain langsung mengangguk, setelahnya melenggang pergi.
"Sangat hangat padaku. Itu saja," ucap Xiao Zhan.
"Wah, apa aku boleh menikah dengan Ayahmu?" tanya Yibo dengan mata berbinar.
"Bosan hidup?" tanya Xiao Zhan balik membuat Yibo merinding.
"Hanya bercanda," ucap Yibo sembari mengelus kepala Xiao Zhan.
Xiao Zhan mengulurkan tangannya dan mengelus perut Yibo. "Nak, cepatlah keluar atau Ayah akan membunuhmu," gumam Xiao Zhan membuat Yibo menatap horror. Benar-benar calon suaminya ini sudah tidak waras.
***
Yixing menatap pemandangan kota kelahirannya, merasakan ada hawa hangat yang menelusup di hati dinginnya.
Hatinya yang selama ini sudah hancur perlahan-lahan pulih dengan bantuan anaknya.
Yixing memejamkan matanya, mengingat bahwa kota ini juga yang menghancurkannya berkeping-keping.
Kilasan balik mengenai masa lalu menghampirinya. Dia, dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan cumbuan panas dari Adiknya dan Istrinya, sampai-sampai Istrinya melahirkan anak adiknya.
Yixing tahu itu semua namun dia seolah-olah menutup mata dan telinga. Namun kebencian kian menumpuk, ketika melihat anak itu tumbuh bersama dengan anaknya. Anaknya selalu mengalah merasa bahwa sebagai kakak dia harus mengalah. Namun sepertinya Yixing lebih suka membuka masa lalunya pada anaknya, menciptakan jarak-...lebih tepatnya jurang diantara anaknya dan Istrinya.
"Tuan, kita sudah sampai."
Yixing membuka matanya. Membenahi jasnya dan melangkahkan kaki jenjang bak modelnya.
Dia melihat pemandangan kota dari gedung apartemen miliknya. Menatap sendu dan perlahan-lahan menatap tajam.
Yixing turun dari atap menggunakan lift. Menelpon anaknya dan bertanya letak kamar anaknya.
"Papa sudah sampai."
Sambungan terputus. Yixing berhadapan dengan pintu apartemen anaknya dan menekan belnya.
'Cklek'
Pintu terbuka menampilkan sosok anaknya. Yixing tersenyum dan mendekap tubuh anaknya.
Yixing melepas dekapannya dan berjalan masuk bersama salah satu anak buahnya dan yang lainnya menunggu di luar.
"Bodoh!"
Yixing menjewer telinga anaknya membuat Xiao Zhan---anaknya---meringis pelan.
"Ayah!" teriak Xiao Zhan berusaha menyadarkan Ayahnya.
"Kamu ingin mati?!" teriak Yixing membuat Xiao Zhan berdecak malas.
"Nikah dulu baru kawin, bodoh!" teriak Yixing jengkel membuat Xiao Zhan menutup kedua telinganya.
"Bayinya udah jadi!" teriak Xiao Zhan tidak kalah jengkel dari Yixing.
"Ah, lupakan!"
"Dimana calon menantuku?" tanya Yixing sembari mendudukan bokongnya.
Yibo dengan takut-takut menuruni tangga. Sungguh teriakkan Xiao Zhan dan calon mertuanya membuatnya takut setengah mati.
Yixing melirik Yibo. Kemudian tersenyum hangat pada calon menantunya.
"Kemarilah, Nak," ucap Yixing sembari mengibas tangannya.
Yibo perlahan mendekat dan berdiri disamping Xiao Zhan.
Yixing menarik tangan Yibo dan mendekapnya. Yixing perlahan-lahan memejamkan matanya dan samar-samar dirinya menangis.
Yibo yang mendengar isakkan tangis dari Yixing, mengusap punggung lebar itu perlahan-lahan.
Yixing melepas pelukkannya ketika matanya melihat Xiao Zhan yang tengah memainkan cutter. Anaknya ini benar-benar posesive.
Yixing mengusap sudut matanya. Kemudian menatap hangat pada Yibo.
"Nak, bagaimana keadaanmu?" tanya Yixing lembut membuat perasaan takut Yibo perlahan-lahan memudar.
"Aku baik, paman," ucap Yibo membuat Yixing mencebikan bibirnya.
"Ayah, bukan paman."
"Ah...maksudku, Ayah." Yibo tersenyum kikuk dan menatap Yixing.
"Baiklah, bagaimana keadaan cucuku?" tanya Yixing.
"Sehat dan hidup." Bukan Yibo melainkan Xiao Zhan. Yixing ingin sekali menebas kepala anaknya sekarang, anaknya benar-benar menyebalkan meskipun Yixing selalu merindukan tingkah menyebalkannya.
Yibo menepuk lengan Xiao Zhan membuat Xiao Zhan memutar bola matanya.
Mereka berbincang-bincang hingga larut malam. Mereka menentukan tanggal pernikahan yang akan berlangsung bulan ini.
Kebahagiannya menyapa keluarga kecil ini, namun seseorang sepertinya tengah merancang sesuatu untuk membalas perbuatan Xiao Zhan.
Tbc
2 chap lagi End.
SEKIAN DARI SAYA. SALAM MANIS DARI YUAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just As Usual [ZhanYi] ✔
Fanfic"Saya benci orang seperti anda." Beberapa kalimat yang terlontar dari bibirnya membuat berandalan sepertinya mengubur perasaan dalam-dalam dengan sangat apik. Siapa sangka jika pihak lain tidak bermaksud demikian, akan tetapi nasi sudah menjadi bub...