5. Hari Olahraga Mereka

9.9K 2.2K 472
                                    

"Hari ini ada guru olahraga baru gue denger-denger. Gantiin Pak Broto, hamil." Nabila mulai bergosip sambil mengikat tali sepatunya di kelas.

Diana kaget, "Pak Broto hamil?"

"Kagaklah! Istrinya yang hamil, Pak Broto jagain istrinya." Nabila greget. Dia berdiri dan berdiri sejajar dengan sang sahabat. Nabila mengisyaratkan Diana untuk muter. Diana melakukannya, membiarkan Nabila menguncir rambut panjangnya. 

"Istrinya yang hamil kenapa Pak Broto yang cuti?" Diana merasa aneh. Dia melirik Nabila yang mundur setelah selesai menguncir rambut sang sahabat. 

"Mungkin, Pak Broto ikut-ikutan hamil." celetuk Gio di belakang pacarnya. 

Diana tertawa, dia menoleh, menatap Gio jengah sebelum akhirnya menyenggol perut Gio dengan sikunya pelan.

"Kenapa ketawa-tawa?" Gio mengangkat satu alisnya, "mau gue hamilin juga?"

"Pale lo." Diana mendengkus. 

"Gue sih mau-mau aja."

"Gue yang ogah."

Gio tidak menjawab, hanya mengukir senyuman aneh yang membuat Diana ngeri dan mundur beberapa langkah. Benar-benar waspada. Reaksi Diana membuat Gio tertawa.

"Mesra teroooooos." Nabila menyindir jengkel. Diana melihatnya dan tersenyum geli. Mengabaikan Gio dan memeluk lengan Nabila. Nabila menyeringai pada Gio, Gio hanya mencebik tapi tidak mengatakan apa pun.

Di kejauhan, Glenn melihat kedekatan Diana dan Gio sekilas lalu mengalihkan pandangan ke  arah lain. Nanda di sampingnya menahan napas, menatap Glenn sambil tersenyum. Berharap Glenn bisa segera melupakan Diana setelah melihat betapa dekatnya cewek itu dengan Gio.

Gio jelas bukan tipe orang yang akan mundur. Melihat dari seberapa kuat dia mengekang Diana, Nanda bahkan optimis kalau ikatan mereka saat ini bahkan akan berlanjut sampai tahap yang lebih serius.

Tidak ada harapan bagi Glenn untuk menunggu lagi.

Kecuali kematian seperti Giraka, Glenn tidak memiliki peluang untuk bersaing.

Jadi ... daripada terus menatap seseorang yang tidak bisa dimiliki dan sakit karenanya, kenapa Glenn tidak mencoba melihat sosok lain yang jelas lebih menghargai dan mencintainya?

"Di." pada akhirnya, Glenn memanggil. Walau mereka tidak mungkin berpacaran lagi, mereka tetap tumbuh bersama sejak kecil. Glenn sudah terbiasa perhatian padanya.

Diana menoleh, dia menatap Glenn lalu tersenyum, "Ya?" jarak mereka hanya terpisah 3 meter. Gio memasang wajah dingin, mendekati Diana dan menggenggam tangan kanannya. Diana tercenung. Dia mencoba menariknya kembali tapi Gio tidak mau melepaskan.

Diana menahan napas.

Bukannya dia tidak mau. Tapi walau bagaimana pun Diana sudah tahu kalau selama ini ternyata Glenn juga menyukainya. Mereka tumbuh bersama, Diana terbiasa dilindungi oleh Glenn, jadi dia tidak mau terlalu banyak melukai perasaan sahabat baiknya.

Tapi siapa itu Gio?

Tidak ada yang Gio pedulikan selain Diana dan dirinya sendiri. Tidak peduli bagaimana cara Glenn melihat, Gio tetap tidak akan menurunkan kewaspadaannya.

Apa lagi, Diana sempat menolak Gio berkali-kali demi ketua OSIS di sekolah mereka itu.

"Gue udah ngomong sama guru baru, lo nggak perlu ikut olahraga. Hari ini kita bakalan jalan ninggalin lingkungan sekolah." Glenn mengabaikan tatapan sengit Gio, "lo mendingan tetep di kelas."

"Gue ... gue mau coba ikut." Diana menjawab ragu. "cuacanya hari ini nggak terlalu panas, walau setengah jalan, gue mau coba ikut."

Diana sebenarnya tidak nyaman karena nilai olahraganya selalu full hanya dengan tes tulis sementara selalu melewatkan tes praktik seperti selama ini. Dia tahu beberapa orang selalu iri dan mencibirnya, jadi Diana juga ingin berusaha semampunya.

CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang