Chapter 10

1.1K 72 1
                                    

═════════════════
𝐑𝐞𝐬𝐨𝐥𝐯𝐞𝐝
═════════════════


"Kamado si jidat lebar! Apa yang kau lakukan disini?"

Sabito sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa ia tidak sendiri disini. Ada bocah remaja yang satu tahun lalu menjadi buah bibir para Kisatsutai karena saudarinya berubah menjadi iblis. Kamado Tanjirou namanya. Penampilannya cukup nyetrik dengan warna rambut merah bata dan jangan lupakan haori berwarna hijau hitam dengan pola kotak-kotak, sedikit menyakitkan mata apabila dilihat secara langsung. Padahal haori yang ia kenakan tidak jauh berbeda. Sama-sama aneh.

"Oyakata-sama memberiku tugas untuk mengawal mu menjaga perbatasan, Sabito-san." Dia berujar sangat tenang, tidak terusik sama sekali dengan julukan aneh dari Sabito. Hal itu membuat sang empu menyipitkan mata.

"Aku tidaklah lemah kau tahu." Dia tidak terima. Sang pemimpin seolah meragukan kekuatan sang Kinoe abadi.

"Ta-tapi Tomioka-san pernah bercerita kau terkena racun dari iblis rembulan tingkat atas." Tanjirou menukas perkataannya dengan telak. Sabito sampai bungkam. Sialan kau Giyuu.

Berdeham adalah cara yang efektif untuk keluar dari suasana canggung. "Kalau yang satu itu tidak dapat dielakkan lagi sih. Lagipula saat itu aku sedang lengah" Sabito tidak berbohong sepenuhnya. Kala itu musuh mampu memecah belah konsentrasinya sehingga serangan dari tempat terduga tidak sempat di tepis.

Pemuda itu tiba-tiba ber-ojigi. "Ma-maafkan ketidak sopananku!"

Sabito mengibaskan tangannya, "Tidak masalah." Ia mengerjap ketika melihat Tanjirou membawa beban di pundaknya berupa kotak kayu berukuran cukup besar. "Apakah kau tidak kesulitan membawanya kemana-mana?"

Sebagai seorang pemburu iblis, Sabito memiliki kepekaan yang tinggi terhadap hawa keberadaan iblis. Instingnya sangat tajam apabila ada hal yang mengusik ketentraman dirinya sendiri. Jadi bukan salahnya jika dia melihat kotak itu dengan geram, tangannya bahkan sudah memegang gagang Nichirin miliknya.

"Aku tidak bisa meninggalkan satu-satunya saudaraku, Sabito-san. Keberadaannya yang merupakan ancaman umat manusia mengharuskan ku membawanya ikut serta menjalani misi." Sepertinya Tanjirou menyindir Sabito, pria bersurai merah muda itu mendengus sebal. "Nezuko cukup membantu kok, meski kedua kubu; iblis dan pemburu iblis tidak jarang mulai menargetkannya sebagai incaran yang berharga." Lanjutnya.

Sabito mengerti kok. Alasan mengapa si Kamado perempuan itu menjadi buronan yang berharga belakangan ini. Kemampuannya sangat istimewa karena dapat berdiri dibawah sinar matahari. Dan hal itu sangat di inginkan oleh kaum pemakan manusia agar menjadi kebal terhadap sang surya. Kalau untuk umat manusia... Ia tidak mengetahui dengan pasti, untuk apa mereka mengincarnya.

"Kisatsutai menginginkan Nezuko untuk penelitian, rumornya sih ingin menciptakan antidot sel darah Muzan. Tapi-aku meragukannya." Dia berguman. Mata anak ini, entah kenapa terlihat sangat bersih dan tulus. Kekhawatiran nya terhadap sang saudari pun terlukis dengan jelas. Tentu saja. Sabito akan melakukan hal yang serupa apabila keadaan yang sama menerpa.

"Kau tidak seharusnya meragukan kebaikan Oyakata-sama. Ketetapannya itu ada untuk mengubah takdir manusia. Dan... Bukan hanya adikmu saja yang menjadi target kesuksesan rencana ini." Matanya bergulir, melirik keadaan sekitar, udara di sekitar menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Intensitas yang sangat mencekam.

"Kibutsuji Muzan."

Layaknya seekor anjing, Tanjirou sudah beberapa kali terlihat mengendus-endus, menghirup aroma familiar yang mencekik indra pernapasannya. Sabito menyadarinya, ia sudah mengantisipasi bahwasannya saat ini akan tiba. Saat dimana si bedebah tukang bersembunyi akan menampakkan diri.

"Sosok yang bertanggung jawab atas kematian aniki!"

"Akaza 'kan?"

◆◇◆◇◆◇◆◇

Seharusnya sang pemimpin mengetahui gagasan untuk menyatukan Tomioka Giyuu dan Shinazugawa Sanemi tidak akan membuahkan hasil yang manis. Selain tipe serangan yang tidak dapat sinkron, ego keduanya cukup tinggi untuk diajak bekerja sama.

Tim yang payah.

Masing-masing pribadi membenarkan didalam hati, meski enggan saling mengakui.

Hanya mengandalkan satu penyerang untuk musuh yang cukup keras dalam bertahan tak ayal membuat umpan merasa jengah. Yami tidak terpengaruh sama sekali dengan upaya penarikan diri yang dilakukan Sanemi. Dia masih berada di daerah cakupan menyebabkan Giyuu harus berhati-hati dalam menyerang.

Pria ini bijak dalam menentukan pilihan, tidak sembrono seperti Akaza yang mudah terpancing karena sisi emosionalnya. Iblis yang sangat berbeda. Berdiri kokoh seolah tanpa celah barang kali memudahkan dalam mengorek kekurangan.

"Tekanannya berbeda. Jadi kalian lah prajurit dengan titel tertinggi. Hmm, Hashira. Harga kepala kalian terdaftar dengan harga tinggi. Bisakah aku mengambilnya?" Intonasi nya rendah sekali. Memberikan dukungan yang pas pada suasana mencekam di malam hari.

Sayangnya Giyuu tidak terpengaruh. Iblis mata duitan ini bermimpi terlalu tinggi untuk bisa memenggalnya. Berbeda dengan Sanemi yang langsung emosi. Dia langsung memberikan tebasan dari teknik pernapasan pertama; angin puyuh debu. Giyuu sampai menegang karenanya. Ia sangat panik dampaknya akan terkena pada (Y/n).

Angin tornado yang tercipta berbentuk horizontal. Memukul mundur sang iblis tingkat atas itu cukup jauh dari pandangan. Iblis itu tidak bodoh ternyata, dia masih menyayangi tubuhnya agar tidak terluka. Baik Giyuu maupun Sanemi, keduanya saling bertatapan. Mereka menemukan titik terang. Meskipun resikonya akan berdampak pada pedesaan yang berada di penghujung hutan.

"Kita harus mendorongnya secara bersamaan."

Giyuu mengangguk, "Kalau begitu kita memerlukan tempo. Usahakan teknik kita tidak berbenturan untuk hasil yang lebih maksimal. Omong-omong aku ini tipe penyerang jarak dekat." Melalui ekor matanya, Sanemi berdecak sebal.

"Kalau begitu kau menyerang disaat-saat terakhir saja. Akan ku desak dia sampai mampus. Itu pun kalau kau mampu." Baru saja Giyuu mengerjapkan mata, Sanemi sudah melaju ke depan sana. Dengan teknik pernapasan yang sama. Dia mengulanginya entah sampai berapa kali.

Sangat tidak sabaran.

Pria itu menghela napas gusar, hendak menyusul sang Pilar Angin-tadinya. Tatkala merasakan sebuah tepukan di pundaknya membuat Giyuu mengurungkan niatnya.

"Aku tidak mendapatkan koneksi dari para gagak Kasugai. Jadi langsung saja ku sampaikan pesan Oyakata-Sama. Tanda Hayashi sudah menghilang. Kalian diperbolehkan untuk menuntaskan semua halangan tanpa terkecuali."[]

𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang