Chapter 4

1.5K 159 5
                                    

═════════════════
𝐓𝐡𝐞𝐚𝐭𝐫𝐢𝐜𝐚𝐥
═════════════════


Perlu diketahui bahwa (Y/n) adalah tipikal wanita rela melakukan apapun secara totalitas agar kehendaknya terpenuhi. Dia bahkan rela membuang waktu berjam-jam lamanya untuk mencari mahluk yang biasanya diburu oleh organisasi target.

Mereka diberi nama iblis. Terdengar sangat menggelitik, sungguh. Julukan tersebut lebih layak jika diberikan kepada manusia yang tamak lagi serakah. Dan dengan begitu, (Y/n) tidak lagi gentar tuk memenggal kepalanya.

Sejauh tungkai kaki melangkah, hingga menuju ke pusat kota. Ia tidak menemukan satu iblis pun. Atau paling tidak, ia dibuntuti oleh iblis dengan pakaiannya yang terbuka saat ini. Mai mengatakan bahwa iblis memakan manusia, jadi agar mempermudah pekerjaan, (Y/n) memakai pakaian yang kekurangan bahan.

Alih-alih iblis, wanita Hayashi itu justru dibuntuti oleh seorang lelaki yang memiliki postur tubuh menjulang tinggi. Oh ayolah, orang itu telah mengikuti (Y/n) sejak dia keluar dari penginapan untuk mengganti pakaian. Dia hanya berjalan dibelakang tanpa mengatakan apapun, barangkali satu patah kata. Jujur, (Y/n) merasa sangat risih.

Terlebih saat ini ia tidak membawa satu alat pun untuk melindungi diri. Entah itu belati atau tanto. Mai benar-benar tegas padanya, wanita itu tidak memperbolehkan (Y/n) untuk membunuh apabila sedang terancam, karena tugasnya menjadi umpan yang tak berdaya.

Sementara Tsubaki Mai hanya menerima hasil bersih sembari menunggu di kasino¹, memanfaatkan waktu yang tersisa untuk berjudi bersama beberapa anggota pasukan pemburu iblis. Ia tidak mempermasalahkan hal itu, sebab Mai akan memanipulasi mereka disana. Menyebarkan informasi secara berlebihan—hingga tersampailah di telinga sang target.

Mutsume memperhitungkan segala hal hingga kedepannya. Menaruh putrinya bersama dengan (Y/n) kedalam sebuah formasi misi adalah keputusan yang sangat bijak.

Langkah kakinya terhenti. Hayashi (Y/n) mengerjapkan mata tatkala menyadari ia telah berada di tengah-tengah kerumunan penduduk kota. Yang mana saat ini ia menjadi pusat perhatian orang-orang. Batinnya mengumpat, (Y/n) terlalu hanyut dalam pikiran sehingga tidak menyadari arah tujuan.

"Ah, seperti itukah sundal² dari rumah yang terkenal itu? Baru kali ini aku melihatnya secara langsung, dan lagi di depan umum pula."

"Mereka berada di kelas yang berbeda. Pasti harganya sangat mahal."

Desas-desus mengenai (Y/n) masih berlanjut. Wajahnya langsung menggelap, berulang kali ia menghembuskan napas untuk menetralkan emosi. Kepala menoleh ke segala arah, mencari jalan tikus di antara celah bangunan. Dan ketika menemukannya, (Y/n) segera berlari sangat kencang.

Beberapa orang yang membentuk kerumunan terkesiap, kemungkinan besar terkejut akan kecepatan berlarinya yang serupa dengan prajurit terlatih dari suatu kelompok tertentu.

Memikirkan tentang adanya iblis di antara kerumunan manusia sangat mustahil. Oleh karenanya (Y/n) beranggapan pencariannya gagal. Dia harus membuat rencana baru lagi bersama Mai dengan pembelajaran yang satu ini.

Netranya memindai keadaan sekitar, mencari kefamiliaran barangkali jalan yang ia tempuh pernah dilintasi. Akan tetapi segalanya terasa nihil, jarang sekali (Y/n) melewati jalan tikus kota. Alhasil, ia mengerang frustasi. Kalau saja orang-orang kota tidak senorak itu, (Y/n) pasti akan melanjutkan pencariannya.

Ternyata penduduk desa memiliki tata krama yang lebih baik daripada penduduk kota yang suka menggunjing orang secara terang-terangan.

"Nona cantik, kupikir kita salah arah."

𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang