Jarak dan Waktu

33 8 2
                                    

Pagi ini masih sama seperti hari-hari yang telah terlewati. Sinar mentari pagi perlahan menghangatkan pipi Risya. Masuk melalui celah jendela yang semakin terbuka karna kaki Nero, Si kucing Oren yang kini tengah memainkan tali tirai di jendela kamarnya.

"Pagi-pagi dah berisik kau !" gerutunya seraya menutupi muka dengan selimut.

Namanya juga kucing, mau diajak bicara apapun jawabannya cuma "Meong". Nero menoleh dan mulai berjalan mendekati ranjang tuannya.

Mustahil bagi gadis itu untuk melanjutkan mimpi indah yang menemani tidurnya semalam. Sinar matahari terlanjur menghangatkan suhu kamar itu. Dan Nero mulai melompat naik ke atas selimut. Dengan manjanya kucing Persia itu gesekkan tubuhnya ke tangan Risya.

"Iya, iya Nero aku bangun sekarang" jawab gadis itu dengan malas.

Lagi-lagi Nero cuma mengeong. Andaikan saja ada alat yang bisa menerjemahkan bahasa kucing, mungkin Risya akan banyak  curhat sama Si Nero. wkwkwk.

Perlahan tapi pasti Risya turun dari ranjang. Ia regangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal, akibat semalaman meringkuk menahan hawa dingin. Diliriknya si Nero yang kini tengah menggesekkan tubuhnya ke kaki Risya seolah meminta gadis itu untuk segera melakukan aktivitas pagi.

"Makasih ya udah bangunin aku." Ucap Risya sambil mengelus kepala Nero. Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju ke luar kamar. Berhenti sejenak di depan cermin, kemudian mengikat rambutnya dengan ikat rambut yang selalu ia sediakan di dekat cermin.

Ketika membuka pintu, muncul sosok cowo tinggi yang memandangnya dengan tatapan heran. Cowo itu adalah penghuni kamar depan kamar Risya. Namanya Reyhan.

"Eh, kak? tumben dah bangun" sapaan dari Reyhan yang menyebalkan. Bukannya hangat. Membuat gadis itu mengerucutkan bibir sejenak.
"Lah emang udah dari tadi kali. Emangnya kamu yang bangun tidur trus tidur lagi?" balas Risya sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Eh itukan kak Risya. Aku mah bangun paling pagi dan paling rajin di rumah. hehe ngga kayak kakak." Sergah Reyhan sambil cengengesan.
"Sembarangan, kebalik tau." dengus Risya sebal meninggalkan Reyhan yang masih menatapnya dari pintu kamar.

Gadis itu memasuki kamar mandi, setelah mengambil mantel mandi di jemuran samping kamar mandi.

Entah mengapa aku malas pagi ini. Bukan karena sapaan tak hangat dari adekku tadi. Tapi, karna hari ini adalah hari keberangkatan Pandu ke Kalianda Lampung. Sebenarnya rumah kami masih berada dalam satu kabupaten yang sama. Namun, ada saja halangan untuk kami bertemu.
Aku mengenalnya dari aplikasi Facebook. Dan itu sudah terjadi setahun yang lalu. Tapi kami belum sempat ketemu. Dia malah dapat kerja di Kalianda. LDR-an nih... Batin Risya dalam hatinya.

"Kak Risya, buruan keluar. Gantian kamar mandinya. Kakak tidur lagi ya?" suara Reyhan sambil ngetok-ngetok pintu. Eh engga, dia gedor-gedor.
"Sembarangan kalo ngomong. Bentar dek". jawab Risya dengan mood berantakan. Baru saja dia selesai menggosok gigi.

" Bentarnya paling lima menit. Itu tuh lama kak". Gerutu Reyhan mulai ngambek.
" Ga lah. Bisa ga sih ga bawel, bentar lagi juga keluar" jawab Risya malas. Sambil melangkahkan mendekati pintu kamar mandi, dan mengenakan mantel mandinya.
Tak ada jawaban dari adeknya.

Reyhan Yuliansyah adalah adek Risya satu-satunya. Satu-satunya orang di rumah ini yang hobi banget bikin mood Risya ancur. Heran, serumah tapi ga bisa akur.

" Tuh Kakak udah" jawabnya sambil buka pintu.
Eh Reyhan malah udah ga ada. Lah barusan aku ngomong sama siapa dong? Tanya gadis itu dalam hati.

Iapun berjalan menuju ke kamarnya. Ketika melewati dapur, tiba-tiba saja ia merasa haus.

" Ris, kamu jadi ke Terminal hari ini?" tanya bu Shinta saat Risya mengambil gelas di dekatnya.
" Ga tau Bu." Jawab Risya sambil berjalan menuju dispenser.
" Lho, kok ga tau? kamu kan belum pernah bertemu sama Pandu. Masa' kepergiaannya ga kamu temui dulu?" tanya Ibunya heran.
" Dia belum ngasih kabar bu" keluh Risya pada ibunya.
" Mungkin dia sibuk nyiapin barang-barangnya Ris. Oh iya, nanti kalo kamu ke Terminal, mampir rumah Bu Ica sekalian ya!. Ambil baju seragam adek mu."
" Ya bu." Jawabnya setelah menandaskan segelas air putih.

Kekasih VirtualkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang