Buah penantian

9 5 0
                                    

Suasana rumah Tante Ica benar-benar membuat Risya merasa nyaman. Ruang tamu yang sekaligus  menjadi tempat kerja Tante Ica, tidak memberikan kesan 'berantakan'. Tidak seperti penjahit lainnya, Tante Ica benar-benar memperhatikan kerapian dan keserasian warna baju yang ia pajang di etalase dibelakang Risya. Tante Ica meletakkan kantong-kantong kresek yang berisi pakaian siap antar dan siap ambil dengan teratur.

Mesin jahit yang sengaja diletakkan di sudut ruangan, dekat dengan jendela samping dan pintu menuju ruangan lain. Posisi tersebut memudahkan tetangga yang ingin mengambil baju jahitannya tanpa memasuki pintu depan.

Sekelompok benang dan jarum jahit, tergantung di belakang lemari, samping etalase. Sehingga tidak terlihat berantakan dari pintu depan. Sofa dan meja di susun sedemikian rupa sehingga, ruangan tamu yang sebenarnya tidak luas ini tidak terasa sempit. Padahal ruang tamu ini juga sekaligus ruang kerjanya.

Sedang asyik-asyiknya mengamati ruang tamu Tante Ica, gadis itu dikejutkan oleh getar ponsel yang berada di tas rajutnya. Sebenarnya dia malas membuka ponselnya, takut kecewa karna Pandu. Namun dia merasa penasaran dengan si pengirim pesan.

Ternyata Pandu yang mengirim pesan. Senyumanpun segera terukir di wajah gadis berambut pendek itu. Dia kira Pandu ngga akan aktif lagi.

"Maaf Ris baru bales sekarang, tadi hpku mati habis batre" Pandu membubuhkan emot sedih lumayan banyak.
"Aku tukeran tiket sama omku, jadi aku berangkatnya pagi menggantikan dia yang akan berangkat siang nanti."
"Omku bilangnya mendadak tadi pagi, maaf belum sempat memberi kabar. Maaf juga sudah membuatmu menunggu. Makasih udah sempetin dateng ke terminal walau kita ngga sempet ketemu. Sekali lagi maafin aku Ris"
":("

Rasa kecewa gadis itu sedikit tereda, setelah mendengar alasan yang Pandu utarakan. Meski masih sedikit kesal, tapi apa boleh buat? Kejadian itu sudah berlalu.

Risya pikir-pikir, balasan apa yang akan ia kirim ke Pandu. Tidak mungkin gadis itu akan merajuk. Mendiamkan pemuda itu saja Risya ngga bisa.

"Ngga papa pan, tadi ada Putri kok nyusul aku ke terminal. Yah..., Walau gabut juga tadi, tapi aku tau kamu pasti punya alasan. Aku tau kamu ga sengaja kok pan." Dia baca ulang, lalu ia tekan tombol send. Tapi ia merasa masih kurang.

"Hati-hati di jalan Pandu, semoga selamat sampai tujuan. Sampai jumpa."
":)Dia kirimkan pesan itu ke Pandu dan menunggu reaksi Pandu. Dilihatnya akun WhatsApp Pandu masih online.

"Kamu ngga marah Ris?" Balas Pandu dengan bertanya.

"Ngapain marah?, Kamu kan udah jelasin alasannya. :)" Terkadang sedikit berbohong juga perlu, agar suasana tidak menjadi rumit. Sebenarnya aku masih kesal. Aku masih kecewa dan sedikit jengkel, tapi apa gunanya aku marah? Itu tidak merubah kenyataan bahwa kamu sudah pergi... Batin gadis itu dalam hati

"Makasih udah nyempetin waktu buat dateng ke terminal tadi. Maafin aku ya ga bisa ketemu lagi. :("

"Sama-sama Pan, aku udah maafin kamu kok. Tenang saja, mungkin lain waktu kita bisa bertemu. :)" Bahkan aku ga tau lain waktu itu kapan lagi... Sambungnya dalam hati.

"Iya Ris, semoga aku cepat kembali. :)" Akupun juga berdo'a seperti ini... batinnya dalam hati. Sekarang Risya bingung mau membalas apa lagi.

"Oh iya Pan, kamu udah nyampe mana?" Sengaja Risya alihkan topik pembicaraan.

"Baru nyampe Kebumen nih, tadi macet di Purworejo."

Kekasih VirtualkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang