Setitik Masa Lalu

10 6 0
                                    

Shinta memandang dengan heran anak gadis nya yang baru saja pulang. Bahkan anak itu tidak pamit tadi. Memang benar, anak gadisnya sudah mulai beranjak dewasa, namun bagi Shinta, Risya tetap Putri kecilnya.

"Dari mana kamu Ris?" Tanya Shinta saat Risya beranjak masuk rumah.
"Tadi mau ke rumah Putri, tapi dia malah pergi."
"Kok baru pulang?"
"Tadi bantuin tante Ica nganterin barang. Tante Ica ke rumah sakit tadi"
"Ica sakit apa?" Tanya Shinta heran. Tatapan curinganya memudar. Berganti dengan tatapan cemas.

"Bukan tante Ica yang sakit." Jawab Risya.
"Terus siapa yang sakit?"
"Mungkin kakaknya, tadi tante Ica dijemput sama ponakannya"
"Kakaknya?" Tanya Shinta terkejut.
"Iya, kok kayaknya ibuk cemas banget, ibuk kenal sama kakaknya tante Ica?" Tanya Risya penasaran.
"Em... Temen ibuk waktu SMA dulu." Jawab Shinta berusaha menyembunyikan rasa cemasnya. Jangan sampai Risya tau siapa sebenarnya mas Abdul... Batinnya cemas.

Sejenak Risya terdiam. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh ibunya. Tapi ia tau, ibunya tidak suka dicurigai.
"Aku masuk kamar dulu bu, capek" pamit Risya meninggalkan ibunya.
"Ya sudah. Istirahat sana" kata Shinta membiarkan anak gadisnya melangkah menuju kamar. Shinta pun bergerak menuju kamarnya.

Ponsel yang terletak di meja samping ranjang menarik perhatiannya. Meski tak ada pesan masuk, karena pesanan catering hari ini telah ia antar semua. Namun ada hal lain yang membuatnya membuka ponsel itu. Ia ingin menelfon seseorang. Nomor yang sudah lama tidak ia hubungi, akhirnya ia hubungi kembali. Bukan karena rindu, tapi penasaran.

Butuh waktu cukup lama sampai akhirnya ia terhubung dengan orang itu.
"Assalamualaikum mbak Shinta. Tumben nelfon mbak?" Sapa si penerima telfon.
"Wa'alaikumussalam Ca, kamu lagi di rumah sakit?"
"Iya mbak. Mbak Shinta tau dari Risya ya?"
"Iya Ca, barusan dia pulang. Siapa yang sakit Ca?"
"Mas Abdul mbak, tadi kecelakaan"
"Kecelakaan? Sekarang gimana kondisinya?" Tanya Shinta terkejut.
"Iya mbak, tapi Alhamdulillah cuma luka dikit di kaki mbak."
"Owh alhamdulillah kalo gitu."

"Maaf mbak, aku ngerepotin Risya tadi. Aku minta tolong dia anterin jahitanku." Ujar Ica merasa bersalah.
"Ngga papa Ca. Tapi Risya ngga nganter kamu ke rumah sakit kan?" Tanya Shinta sedikit curiga.
"Ngga kok mbak, aku tadi di jemput ponakanku kok."
"Anaknya mas Abdul?"
"Iya mbak. Memangnya kenapa mbak?" Tanya Ica penasaran.

"Mereka sempat ketemu?"
"Risya sama Fahri?"
"Iya Ca, mereka sempat ketemu?"
"Sebentar kok mbak. Mereka ngga saling ngobrol."
"Oh syukurlah" jawab Shinta sambil menghela nafas lega.

"Mereka sempat ketemu?" Pertanyaan dari mbak Shinta membuat Ica mengerutkan kening. Sejenak ia melihat sekitarnya, takut kakak dan ponakannya mendengar pembicaraannya dengan Shinta.
"Risya sama Fahri?" Tanyanya ragu.
"Iya Ca, mereka sempat ketemu?" Tanya Shinta lagi. Entah mengapa terdengar nada curiga dalam pertanyaan itu.
"Sebentar kok mbak. Mereka ngga saling ngobrol." Jawab Ica dengan heran. Apa yang mbak Shinta khawatirkan jika mereka bertemu? Tanyanya dalam hati.
"Oh syukurlah" Hela nafas lega dari Shinta membuat Ica bingung.

"Memangnya ada apa mbak?" Tanya Ica penasaran.
"Owh. Eng... Ngga papa kok Ca. Ngga ada apa-apa." Jawab Shinta gelagapan.
"Owh ya udah. Kirain ada hal penting yang mau mbak sampein." Ica merasa ada yang di sembunyikan Shinta, tapi ia sungkan untuk bertanya.
"Kamu lagi di ruang inap mas Abdul?"
"Engga mbak, aku di koridor depan kamar. Ini lagi mau masuk. Mbak Shinta mau ngomong sama mas Abdul?"
"Ngga Ca. Ngga usah. Ya udah aku tinggal ke dapur ya Ca." Pamit Shinta.
"Ya sudah mbak aku ke kamar mas Abdul dulu." Pamitnya.

Ica merasa heran dengan Shinta. Mengapa dia cemas soal pertemuan Risya dan Fahri?. Apa karena Fahri adalah anak dari mas Abdul, sehingga dia takut kisah cintanya dulu terulang pada anaknya? Fikirannya bertanya-tanya.

Kekasih VirtualkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang