Nostalgia

7 6 0
                                    

Sudah satu jam semenjak video call dari om Dimas Pandu akhiri, Alleta tertidur di bahunya. Mungkin semalam dia ngga bisa tidur... Batinnya dalam hati.

Bukannya dia ngga mau dijadikan sandaran oleh gadis itu, hanya saja ia merasa tidak enak menjadi bahan tontonan. Bahkan ada pengunjung yang diam-diam mengambil foto mereka. Dengan gerakan perlahan, Pandu mengambil ponsel dari saku celana sebelah kanannya. Tak ingin Alleta terbangun.

Pandu mulai merasa bahu sebelah kanannya sedikit pegal. Sudah satu jam Alleta menjadikan bahu itu sebagai bantal. Padahal tubuh Pandu termasuk kategori kurus, dan bahunya pun jauh dari kata empuk. Tapi entah mengapa gadis itu seolah nyaman banget tidur di sana.

Sekilas ia melirik Alleta. Takut jika gadis itu terbangun karna gerakannya. Namun, nyatanya Alleta masih terbuai mimpi. Sekilas gadis itu tersenyum dalam tidurnya.

Aplikasi pertama yang selalu di buka Pandu adalah WhatsApp. Ia sedang menanti balasan dari Risya. Mumpung gadis tukang kepo ini masih nyenyak, aku chat Risya aja. Gumamnya.

Dia lihat akun WhatsApp Risya aktif beberapa menit yang lalu. Muncul balasan pesan dari gadis itu.
"Pagi kembali Pan"
"Tetep sama Totopnya Mana? Wkwkwk." Emoji ngakak menghiasi pesan ini.

Sejenak Pandu termenung. Cuma Risya satu-satunya orang yang memanggil Pandu dengan suku kata depan. Kebanyakan orang memanggil Pandu dengan suku kata ke dua 'ndu'. Hal ini sering membuat Pandu merasa diistimewakan oleh gadis itu.

Namun Pandu heran, sejak kemarin upaya dia buat ngebucin malah di buat bercanda sama Risya. Kenapa gadis itu ngga ikutan ngebucin sekalian. Selalu aja ada emoji ngakak.

"Totopnya tetep sama kamu"
" :)" Langsung centang dua. Namun Tak kunjung membiru. Akun itupun tak kunjung online. Gadis itu juga tidak membuat story hari ini. Sedang apa dia? Tanya Pandu dalam hati. Mendadak ia rindu saat-saat mereka saling menggombal. Saat-saat dimana Risya selalu membuatnya susah tidur setelah chatting semalaman. Tapi kini semenjak kepergiaannya, upaya Pandu untuk menggombal selalu di balas lawakan.

Menatap pemandangan di depannya benar-benar membuat Pandu teringat Risya. Warna laut dan langit yang begitu menawan. Sepoi-sepoi angin berhembus membelai pipinya. Andai aku bisa menitipkan rinduku lewat angin ini... Batinnya.

Pandu baca ulang percakapan antara dia dan Risya. Melihat kembali foto-foto yang pernah gadis itu kirim untuknya. Beberapa foto sudah ia edit menjadi video. Ia menyiapkan video itu untuk ulang tahun Risya beberapa bulan lagi. Mendadak ia teringat perkenalan mereka dulu.

"Ris, kamu lahirnya bulan September ya?"
"Bukan, tapi April -_- "
"Kok namanya Septianisari bukan Aprilianisari?
"Ya karna emang September_- "
"Loh tadi katanya April?"
"Tau ah -_- "

Di awal perkenalan Risya selalu bersikap sangat dingin dan cuek. Tak jarang pesan dari Pandu hanya dilihat. Tapi Pandu tak pernah bosan untuk mengirim pesan pada gadis itu.

Awalnya niat Pandu hanya ingin menambah pertemanan. Apalagi Risya adalah sahabat Putri, teman Pandu semasa SMP. Membuat Pandu bisa dengan mudah mendapat berbagai informasi mengenai gadis itu lewat Putri. Termasuk nomor WhatsApp Risya.

Tetapi canda gurauannya dengan Risya mulai membangkitkan semangatnya untuk berpuisi. Tak jarang gadis itu menjadi inspirasinya dalam menulis kalimat-kalimat puitis, quotes-quotes, dan konten video. Semakin banyak quotes yang ia unggah di YouTube, semakin banyak orang yang subscribe channelnya.

Namun, lama-lama kalimat romantis yang ia buat membuat gadis itu memiliki makna lain di hatinya. Tidak hanya sekedar teman biasa. Disaat perasaannya semakin membuncah, takdir malah memisahkan dia dengan gadis itu. Perjalanannya kali ini membuat jarak yang membentang antara dia dan Risya semakin lebar.

Kekasih VirtualkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang