Perjalanan

9 6 0
                                    

Pandu nyaris tertidur, jika saja tak ada botol air mineral yang jatuh menimpa kepalanya. Untung isinya tinggal sedikit. Ga kebayang kalo penuh, bisa pusing kepala Pandu. Heran, siapa sih yang naroh minuman di bagasi atas? Kenapa ga di habisin sekalian minumnya? Tanyanya dalam hati.

Dia regangkan otot-otot kakinya yang mulai kesemutan karena lama memangku tas besar miliknya. Dia mencoba berdiri, walau agak susah, diletakkannya botol air mineral itu di bagasi atasnya. Ia tindih dengan tas abu-abu disebelah ponselnya, supaya tidak jatuh lagi. Oh iya, dia juga mengambil ponselnya sekalian. Ada hikmahnya juga kejatuhan botol minuman tadi. Hehe.. batinnya.

Dinyalakannya ponsel itu, setelah dia berhasil duduk di kursi yang lumayan sempit. Tasnya yang besar ia letakkan ke pangkuannya lagi. Heran, bapak-bapak yang disampingnya tidur nyenyak banget. Mungkin bapak itu sangat capek.

Ia membuka aplikasi WhatsApp yang langsung membuatnya merasa bersalah. 4 pesan dan 1 panggilan tak terjawab dari Risya. Langsung ia buka tanpa memedulikan pesan lain. Karna baginya pesan dari Risya adalah hal yang paling penting.

"Bukannya kamu berangkatnya nanti siang? kok sudah ke terminal?" 
"Aku sudah di terminal pan."
"Pandu, kamu dimana?"
Sebuah foto yang Risya ambil dari sudut terminal yang setelah Pandu ingat-ingat, Risya mengambil foto itu dari toko baju di tempat om Dimas memarkirkan mobilnya tadi.
Dan 1 panggilan tak terjawab.

Risya mengirimkan pesan kedua, pada pukul 07.20 . Beberapa menit setelah bus yang Pandu tumpangi melaju keluar dari terminal. Jadi, dia datang di saat aku sudah pergi? Andaikan waktu bisa kuputar kembali. Jika saja tadi bus ini belum berangkat, aku pasti bisa menemuinya. Gerutunya kecewa.

Akun WhatsApp Risya aktif beberapa waktu yang lalu. Sekitar 1 jam setelah dia mengirimkan foto terminal ke Pandu. Apa dia menungguku selama satu jam? Batinnya gusar. Bisa dia bayangkan betapa kecewanya gadis itu.

"Maaf Ris baru bales sekarang, tadi hpku mati habis batre" ia bubuhi emot sedih lumayan banyak di pesan itu.
"Aku tukeran tiket sama omku, jadi aku berangkatnya pagi menggantikan dia yang akan berangkat siang nanti."
"Omku bilangnya mendadak tadi pagi, maaf belum sempat memberi kabar. Maaf juga sudah membuatmu menunggu. Makasih udah sempetin dateng ke terminal walau kita ngga sempet ketemu. Sekali lagi maafin aku Ris"
":("

Pandu menulis panjang lebar pesannya, berharap Risya mengerti dan memaafkannyan. Dia benar-benar merasa tidak enak sama gadis itu.

Dilihatnya pesan itu langsung centang dua. Namun, tak kunjung Risya baca. Gadis itu juga tak kunjung online.

Apakah sekarang giliran aku yang menunggu?.Ujarnya dalam hati. Ia pun buka chat lain, dari teman-temannya yang mendo'akan dia selamat sampai tujuan. Dia membalas chat mereka sambil menunggu Risya online.

Apakah dia kecewa karenaku? Sampai-sampai dia mendiamkanku seperti ini. Aku tidak keberatan jika dia marah sambil ngomel-ngomel dan memarahiku. Itu lebih baik daripada dia marahnya diemin aku. Risya, maafin aku...

Pandu dikejutkan dengan banyaknya pesan yang Putri Kirim kepadanya. Kenapa malah dia yang ngomel bukan Risya? Batin Pandu penuh tanya.

"Oi ndu, lo berangkat ngga bilang-bilang sih!"
"Kenapa lo nyuruh Risya ke terminal, sedangkan elo malah udah pergi? Lo mikir ngga perasaan dia gimana?."
"Lo tuh ga peka atau gimana sih? Lo udah biarin Risya berharap penuh. Dia nungguin lo 1 jam di terminal. Kedinginan karna ujan, dia juga sendirian. Bayangin 1 jam ndu!"
"Lo ngga punya perasaan apa? Gue ngga terima lo perlakukan sahabat gue kek gitu."
"Inget ya ndu, gue ga akan tinggal diem kalo sampe lo mainin perasaan dia!."
Putri juga mengirim emoji marah dan tangan terkepal banyak sekali.

Pandu sama sekali tidak menyangka Putri akan semarah ini. Apa Risya ngadu ke dia?.Tanya Pandu dalam hati. Tapi setahu Pandu, Risya bukan tipe orang yang suka ngadu. Apa mungkin Risya ke terminal bareng Putri?. Kepalanya terasa pusing sekarang.

Gimana aku balas pesan Putri yang sungguh menyakitkan ini?. Apa aku jelaskan saja apa yang terjadi?. Tapi, apakah dia bisa memaklumi?... Pikirannya benar-benar kacau. Otaknya membuntu.

"Put, aku ga ada niatan buat nge-prank Risya. Apalagi cuma mempermainkan dia. Ini semua terjadi begitu aja. Tiba-tiba omku nyuruh aku berangkat pagi, dia bilangnya pas aku mau mandi. Aku udah ngasih tau Risya, tapi ponselku mati saat dia mau bales pesanku. Ga ada waktu buat aku charge hpku di rumah, karna aku langsung ke terminal. Aku udah nyariin dia disana, aku puterin terminal tapi ga ketemu. Dia dateng ke terminal beberapa menit setelah bus yang aku naiki berangkat." Ku baca ulang lalu ku kirim padanya. Agak kesal juga diomelin sama dia.
"Aku charge hpku di bus. Dan baru saja aku sentuh lagi. Aku juga udah jelasin ke dia, tapi dia lagi off."
"Mengertilah posisiku Put!" Ia akhiri pesan panjangnya untuk Putri sambil menggerutu kesal. Entah Putri ngga sadar pesan dari Pandu masuk atau memang di abaikan. Akun WhatsApp Putri langsung off.

Baru saja Pandu akan mematikan data seluler ponselnya, sebuah pesan masuk dan membuatnya tersenyum. Bagaikan oasis di padang nan gersang. Gersang karena omelan Putri pastinya.

"Ngga papa pan, tadi ada Putri kok nyusul aku ke terminal. Yah..., Walau gabut juga tadi, tapi aku tau kamu pasti punya alasan. Aku tau kamu ga sengaja kok pan."
"Hati-hati di jalan Pandu, semoga selamat sampai tujuan. Sampai jumpa."
":)

Bagaikan disiram air hujan di musim kemarau, pesan dari Risya benar-benar mendinginkan kepala Pandu sampai ke ubun-ubun. Dia mengira gadis itu bakalan marah kayak Putri.

"Kamu ngga marah Ris?" Tanya pemuda itu dengan ragu.

"Ngapain marah?, Kamu kan udah jelasin alasannya. :)" Jawaban dari Risya sukses membuatnya tersenyum lebar.

"Makasih udah nyempetin waktu buat dateng ke terminal tadi. Maafin aku ya ga bisa ketemu lagi. :("

"Sama-sama Pan, aku udah maafin kamu kok. Tenang saja, mungkin lain waktu kita bisa bertemu. :)"

"Iya Ris, semoga aku cepat kembali. :)"

"Oh iya Pan, kamu udah nyampe mana?"

"Baru nyampe Kebumen nih, tadi macet di Purworejo."

"Udah lumayan jauh ya." Ujar gadis itu.

"Iya Ris, dan masih jauh lagi. :(Jawab Pandu.

"Jangan lupa istirahat. Aku tinggal dulu ya Pan, ada tamu soalnya."

"Iya Ris, makasih, semoga harimu menyenangkan. :)" Cuma centang satu.

Akun WhatsApp Risya langsung off. Meskipun singkat, namun pesan darinya benar-benar membuat pipi Pandu menghangat. Gadis itu mengingatkannya soal istirahat yang belum sempat dia lakukan sejak tadi. Tidur di bus adalah hal yang tidak mudah.

Agak sedikit lega membaca chat dari Risya. Ia matikan data seluler ponselnya dan membaca pesan dari Risya secara berulang-ulang.

Ris, ternyata selembut ini hatimu. Kata-kata darimu benar-benar menyejukkan relung jiwaku. Tak pernah sekalipun kau marah padaku. Padahal kejadian tadi pagi bukanlah hal sepele yang bisa dengan mudah kau maafkan.

Menatap ponsel lama-lama ternyata bikin ngantuk juga... Batinnya. Ia pun memasukkan ponselnya ke saku celana dan menjadikan tas yang dipangkunya sebagai bantal. Pandu mencoba untuk memejamkan matanya, namun bapak-bapak yang duduk di sebelahnya malah ngorok. Hm... Mau tidur saja susah... Gerutu Pandu kesal. Namun, ia masih bisa tersenyum teringat Risya.

Perjalanan ini akan aku jadikan pelajaran. Bahwa perpisahan dapat terjadi bahkan sebelum adanya pertemuan.
Namun kesabaran dan keihlasan dapat menjadikan sebuah perpisahan sebagai ajang untuk memperdalam arti kata penantian.

*Kebalikan dari episode 2 & 3 yang lumayan panjang, part 4 saya buat agak singkat. :)

Nantikan episode-episode lainnya...
Terima Kasih sudah setia membaca ;)

Kekasih VirtualkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang