Mendengar perkataan itu membuatmu mengepalkan tanganmu di atas lututmu, surai hitammu semakin jatuh ke sisi samping wajahmu.
Mengapa ia berkata kamu tidak boleh bersedih untuknya? Apa karena kamu monster dan bukan manusia? Apa karena kalian baru saling mengenal? Apa percakapan kita beberapa hari lalu itu tidka membuat kita saling mengenal? Mengapa? Mengapa?
Kamu tidak pernah se-emosional ini. Apa karena kamu tidak ingin ditinggalkan? Ditinggal sendirian? Mungkin ... mungkin karena itu.
Kamu tidak ingin ditinggakan lagi. Karena itu kamu akan menanyakan alasannya.
"... katakan. Mengapa aku-... tidak boleh bersedih untukmu?" Mengepalkan tanganmu lagi, kukumu mulai menancap di kulitmu.
Shizue menatapmu, kepalanya ia tolehkan ke samping. Topengnya ia pegang erat ketika iris birunya diturunkan kebawah.
"Aku-... aku tidak pantas untuk mendapatkannya ... [Name]-san ... terlalu baik ... jujur, ceria ...-dan itu tidak pantas untuk seorang-... pembunuh sepertiku ..." bibirnya bergetar ketika mengucapkannya.
"...-tapi ..." Shizue tersenyum tipis mengingat kembali apa yang ia lakukan bersamamu akhir-akhir ini. "Aku-... aku senang bisa bertemu denganmu, [Name]-san."
Mendengar itu, kamu terharu dan juga kesal. Darahmu seperti mendidih ketika ia menyebut dirinya seorang pembunuh.
Kamu mendongak'kan kepalamu, mulai menatapnya yang juga menatapmu kembali. Bibirmu terbuka, suaramu gemetar ketika kamu mulai berucap.
"Aku ... aku juga senang bisa bertemu denganmu-... ta-tapi──"
Air mata mulai menetes dari mata kiri mu, emosi yang kamu tahan kini hancur berkeping-keping di depan seorang perempuan yang akhir-akhir ini kamu kenal. "─Shizue-san, bukan seorang pembunuh!"
"Shizu-... Shizue-san, itu penyelamat! Shizue-san itu baik! Penolong! Penyabar! Sopan! Tenang! Ceria! Tabah! Pantang menyerah! ..."
Kamu menggenggam satu tangannya yang tidak memegang topeng, "Jadi tolong ... jangan menyerah untuk hidup ..." air matamu terus menetes, itu berjatuhan di atas kasur.