BAB 8

11 0 0
                                    

Shock yang dialami Rei, Bima, dan Rangga terlalu lama. Begitu yang dikendarai Langen menghilang di tikungan, mereka baru sadar. Rei langsung berlari ke Jeep-nya dan melompat ke belakang setir, diikuti Bima."Cek di base camp, Ga! sekalian mintain izin Bang Imenk, kita nggak ikut latihan!" seru Rei sambil memutar kunci. Rangga langsung balik badan, lari ke atas.Dengan kecepatan tinggi, Jeep itu lalu menyusuri jalan aspal sempit yang berkelok turun. tapi saat mereka tiba di pertigaan jalan besar, Escudo itu tidak terkejar. setelah Rei dan Bima mengawasi kiri-kanan, juga menanyai orang-orang yang ada di sekitar situ, Jeep itu kembali ke atas. sekali lagi melaju dengan kecepatan tinggi. untuk kedua kalinya mereka melewati Teh Neneng yang sedang menampi beras di depan warungnya. dan untuk kedua kalinya pula mereka tidak melihat di jalan tanah samping warung itu tercetak dua jalur jejak ban!Rangga sedang berdiri gelisah saat Rei menginjak rem mendadak di depannya. melihat ekspresi wajah teman-temannya dia sudah tahu percuma bertanya bagaimana hasilnya."Kang Ucup bilang mereka nggak lewat sana.semua yang nongkrong di base camp juga nggak ngeliat. tapi gue udah wanti-wanti dia untuk ngawasin."Mereka bertiga saling pandang. sama-sama bingung. Bima melompat turun."Kita naek sekarang" Dia berjalan masuk ke warung dan keluar dengan sebuah carrier besar di punggung Kedua sahabatnya langsung mengikuti.Cara membuktikan tantangan itu benar atau tidak, memang hanya satu. secepatnya sampai puncak.dan ketiga cowok itu asli kuaaaget setengah mati amat sangat. saat berhasil mencapai puncak dengan rekor tercepat lima jam! ketiga cewek itu sudah ada di sana!!!Saking tidak percayanya, Rei cs lalu berdiri persis di hadapan Langen cs. meyakinkan diri kalau sosok-sosok tubuh itu asli dan bukan fatamorgana."Udah lama elo di sini?" tanya Rei."Heh!" cibir Langen dengan ekspresi malas. "Kasih tau, Fan!""Satu jam!" sambil mengunyah biskuit, Fani menjawab seolah sambil lalu.Lagi-lagi ketiga cowok itu terperangah. satu jam!!!? Tidak mungkin! Impossible! Mustahil! Bohong! Nonsens!Tapi kenyataannya ketiga cewek itu ada di sini. di tempat tertinggi."Jangan di sini!" sentak Langen saat Rei akan menurunkan carrier. "Kita lagi berkompetisi. jadi mesti jaga jarak sampe selesai. lagian kita juga udah bosen deket-deket lo bertiga. sana yang jauh!'Fani meringis geli. merasa kalah, ketiga cowok itu menjauh. Bima lalu menghampiri iwan cs, yang nge-camp agak jauh dan berlagak tidak peduli. Yudhi dan Theo sedang memfoto pemandangan dengan kamera bertripod. Evan dan Rizal tidur-tiduran. sementara Iwan membaca buku. setelah perkenalan singkat dengan masing-masing menyebutkan nama, Bima langsung ke tujuan."Cewek-cewek itu udah lama di sini?"Iwan mengangkat kepala. menjawab dengan suara datar seolah tidak tertarik. "Nggak tau. kami sampe sini, mereka udah ada.""Lo udah lama sampe?""Sejamlah kira-kira."Bima terpana. shock mendengar kesaksian itu. juga kedua sahabatnya saat dia laporkan perkataan Iwan itu.Langen dan Fani yang mengawasi diam-diam, tertawa pelan. kaget kan lo bertiga!? makanya jangan suka ngeremehin cewek! ledek mereka dalam hati.Sementara itu tanpa kentara Iwan cs berunding. mencari cara untuk membawa Langen cs turun tanpa Rei cs curiga. tak lama Theo berdiri lalu berlari terbirit-birit sambil memegangi perut dan menghilang di semak-semak. Langen, Fani, juga Febi yang baru keluar dari sleeping bag, menunduk menahan taea. kebanyakan makan sih!Langen yang bingung bagaimana kelanjutan aksinya, menoleh dan jadi tertegun. Iwan tengah menatapnya dari balik punggung Rizal. cewek itu menyipitkan mata. berusaha keras membaca isyarat yang dilempar Iwan secara sembunyi-sembunyi itu. mereka harus turun? sekarang? lewat jalan yang tadi diambil Rei cs?Langen meminta ketegasan. tapi Iwan sudah tidak menoleh lagi. Langen lalu memberitahu kedua temannya."Gimana caranya turun bareng Iwan di depan mereka? Masa kita turun sendiri?" tanya Fani."Kayaknya gitu.""Sendiri!?" Fani terperangah. juga Febi. "Kalo kesasar gimana?""Nggak tau. yuk, buruan beresin."Dengan perasaaan campur aduk, antara tegang, cemas, dan takut, ketiga cewek itu membereskan semua perlengkapan. Fani terus-menerus melirik Iwan cs. beruntung di detik-detik terakhir Iwan menoleh. sekali lagi cowok itu memberi isyarat.Turun! Sekarang!Setelah semua beres, dan setelah setengah mati memaksa sleeping bag masuk ke ransel sampai terdengar bunyi "breeeet" dan dengan pasrah ransel itu dibiarkan mangap ketiganya berdiri dan dengan gamang berjalan menuju jalan setapak.Lima menit sebelumnya Iwan mengirim Evan, Theo, dan Yudhi ke tempat Rei cs, dengan misi untuk mengalihkan perhatian. supaya Langen cs tidak terhambat. begitu ketiga cewek itu lewat, Rei cs memang refleks akan menahan. ketiga cowok itu malah nyaring saja melompat, siapmencekal cewek masing-masing. tapi suara Theo yang seperti petasan sekardus disundut bersamaan, membuat ketiganya seketika menahan diri. Apalagi si Botak itu juga dengan santai, tanpa minta izin dulu sama yang punya, menjadikan carrier Rei untuk bantal dan carrier Bima untuk guling. gimana orangnya bisa cabut kalau propertinya dipakai untuk tiduran begitu? apalagi ketiga cewek itu juga berlagak tidak peduli pada cowok masing-masing. satu pun tidak ada yang menoleh. lewat begitu saja."Cewek-cewek hebat!" puji Theo dengan ekspresi kagum banget. "jarang gue liat ada cewek berani naek gunung tanpa cowok. belum pernah malah!""Udah kenalan?" tanya Bima. suaranya terdengar ringan, tapi di otaknya langsung muncul satu daftar perkakas pembunuhan.Yudhi, yang sebodo teuing cowoknya siapa kera berbulu di depannya itu, menjawab santai, "Oh, jelas dong! barang bagus begitu!"Kalimatnya membuat tiga pasang mata di depannya seketika berkilat tajam."Kalo elo milih yang mana?"Evan memperkisruh keadaan. "Gue suka sama si Langen. udah lucu, kece, lagi!""Fani!" jawab Yudhi cepat. "Manis banget tuh cewek! Gila!" Yudhi geleng-geleng kepala. Bima sudah bergerak akan menghajar tapi langsung ditahan Rei."Kalo gue tiga-tiganya!" seru Theo nyaring. "cakep-cakep sih. milihnya jadi susah."Kalo elo sih memang maruk!" Evan menepuk bahu Theo. "Dia emang playboy nih!" katanya, memberitahu Rei cs. "Mantan-mantannya berjibun! siapa aja Yo? yang gue inget cuma, Yuli, Aulia, Dian,, sama Tia. yang laennya gue udah lupa."Theo menggangguk-angguk. mengiyakan dengan roman bangga. padahal nama-nama yang disebutkan Evan tadi memang akrab denga Theo.mereka sering pergi bersama.peluk-pelukan sambil jalan. kadang Theo suka memeluk keempatnya sekaligus. dua di kiri: si yuli atau Yulianto, dan Aulia atau Aulia Taufano. Dan dua si kanan: si Dian atau Dian Nugraha, dan Tia, yang nama lengkapnya Tiandri Baron. kepalanya botak juga, kayak Theo!Yudhi setengah mati menahan tawa menyaksikan ekspresi-ekspresi dendam di depannya. Mana Rei cs tahu bahwa empat nama yang disebutkan tadi......asli cowok!Sementara itu Langen cs berjalan seperti anak ayam kehilangan induk. mereka ketakutan. apalagi saat jalan setapak itu mulai memasuki daerah berhutan. dengan pohon-pohon yang tinggi dan rapat, dan bukan lagi rumpun-rumpun edelweis dan semak-semak rendah."Bener ini jalannya, La?" tanya Febi. suaranya juga bergetar.Radius kira-kira dua ratus meter, tiba-tiba mereka menemukan seutas pita merah terikat di ranting pohon. ada secarik kertas diselipkan di ikatannya.IKUTI PITA MERAH! LEPAS LAGI DAN JANGAN SAMPAI ADA YANG TERCECET! (THEO)Takut-takut ketiga cewek itu mengikuti barisan pita merah yang diikatkan tiap jarak satu meter itu. berliku-liku menembus pepohonan rapat. kira-kira dua puluh meter, mereka berhenti di depan pita terakhir, yang diikat di satu ranting pohon yang berdiri dekat batu besar. ada selembar kertas juga di ikatannya.Semuanya lalu mencari tempat untuk duduk dan meluruskan kaki. itu memang hal biasa. kak, yang sudah diforsir untuk naik, memang jadi terlalu lemah untuk menopang badan saat berlari di jalan menurun. karena itu diperlukan teknik tertentu agar tidak terjatuh, meluncur tak terkendali seperti Febi. untungnya Iwan tidak terluka, jadi Febi bisa tenang lagi.Belum lama beristirahat, samar-samar mereka mendengar suara-suara orang berlari. semua serentak menegakkan badan dan memasang telinga tajam-tajam."Cepet bangun! itu mereka!" desis Iwan sambil buru-buru memakai lagi kausnya. "Sekarang kita harus lari. Bener-bener lari!""Nanti kalo kayak Febi, gimana?" tanya Fani cemas."Nanti kami jagain!" tegas Evan."Ayo cepet! cepet!" seru Langen tertahan.Mereka bergegas. Langen, Fani, dan Febi berusaha menghilangkan rasa takut mereka. berlari secepat mungkin. di sekitar mereka, Iwan cs membayangi.Febi tersandung. Rizal buru-buru merentangkan satu tangannya di depan cewek itu. tubuh yang sudah limbung itu tidak jadi ambruk. sepuluh menit kemudian ganti Langen terpeleset. Iwan langsung melompat. menyambar pinggang cewek itu bersamaan dengan Evan yang menarik tangan kanannya. Langen berhasil diselamatkan. tak lama Febi lagi, tidak bisa belok. kebablasan. Rizal bergegas meraih satu tangannya dan menarik cewek itu ke jalan setapak.Lima menit kemudian........"Iiiih..... itu..... itu....!" dengan panik dan tak berdaya Febi menghentikan larinya. dia menunjuk ke bawah.Radius kira-kira dua ratus meter, sebatang pohon melintangkan satu dahannya, seenaknya ke tengah jalan."Nunduk! nunduk!" seru Iwan tertahan. Theo buru-buru melesat mendahului yang lain. menundukkan kepalanya begitu lewat di bawah dahan melintang itu, dan menghentikan larinya mendadak dengan cara menyambar batang pohon. lalu dengan waspada dia menunggu di bawah dahan melintang itu.Febi lewat ditempel Rizal. sigap, Theo mengangkat dahan itu, lalu menurunkannya lagi. angkat lagi begitu Fani dan Yudhi lewat, lalu turunkan lagi. angkat lagi waktu Langen dan Iwan lewat. keduanya berteriak bersamaan."Thanks, yo!"Tapi begitu Evan akan lewat, Theo malah kabur sambil cekakakan."Bodo amat kalo elo mah!"Kontan Evan berteriak tertahan, "Theo sialaaaan!!!" soalnya keningnya nyaris saja terantuk. semuanya tertawa geli disela napas yang berantakan.Kaki kanan Yudhi tersandung. refleks disambarnya sebatang pohon terdekat. akibatnya, Langen yang tidak mengira Yudhi akan berhenti mendadak, menabraknya telak-telak. disusul Langen ditabrak Iwan dari belakang, lalu Iwan ditabrak Evan, yang sudah setengah mati berusaha mengerem kaki tapi gagal. kontan keempat orang itu menumpuk ditanah. empat yang lain langsung berhenti berlari dan buru-buru menolong."Ada yang sakit, nggak?" Iwan menatap Langen dengan cemas."Gue yang sakit! orang gue yang ditabrak!" kata Yudhi, yang tidak menyangka, ditabrak cewek ternyata rasanya lumayan juga. Langen meringis geli."Siapa suruh berenti nggak ngomong-ngomong!""Ayo lanjut!" ajak Theo."Istirahat dulu deh," usul Evan. "Kasian nih cewek-cewek.""Nggak bisa. denger ya!" Theo memiringkan kepala, memasang telinga. semua mengikuti. sayup-sayup mereka mendengar suara-suara orang berlari."Ayo lanjut! cepet!" Iwan buru-buru membetulkan letak carrier-nya yang miring. kembali mereka berlari secepat-cepatnya. Rei cs juga mendengar suara orang-orang berlari jauh di bawah sana."mereka lari!?" Rei terperangah. "Gila!""Bukan gila. Ajaib!" desis Rangga. cowok itu benar-benar tidak bisa membayangkan Febi turun gunung dengan cara berlari. Febi adalah cewek terkasib yang justru pertama kali ditemuinya dalam balutan busana penari Jawa di GKJ, hampir satu setengah tahun lalu. yang ketika nekat diajaknya bicara, senyum lembut dan tutur katanya yang teramat halus dan santun membuatnya langsung lupa bahwa ada jutaan cewek lain di seluruh bulatab bumi.Dan sepuluh bulan lalu, delapan bulan setelah pertemuan pertama, sama sekali Rangga tidak menyangka akan menemukan gadis penari itu di antara calon-calon mahasiswi baru yang berkumpul di auditorium utama kampus. pertemuan kedua yang membuat Rei, terlebih Bima, mengacungkan kedua ibu jari mereka tinggi-tinggi atas kesuksesan Rangga mementaskan drama berjudul "Hanya dikaulah seorang, satu-satunya yang kucinta dan paling berarti dalam hidupku di dunia yang fana ini", di dua tempat dan di depan dua cewek yang berlainan!"Ayo, cepet!" seru Bima, yang benar-benar penasaran sekaligus berang. bagi cowok yang pantang disaingi cewek apalagi dilawan ini, pembangkangan Fani ini jelas membuat otak berputar keras. ia menyusun rencana akan dia apakan cewek itu nanti.Ketiga cowok mempercepat lari mereka. suara langah-langkah yang berat, juga gemersik semak-semak yang tersibak, menyebabkan buruan-buruan mereka menjadi panik."Cepet! cepet! cepet!" seru Evan. "Mereka ngebut!"Kedelapan orang itu lari lintant pukang. Febi malah sudah seperti terbang.Rizal tidak melepaskan pegangannya. ditariknya Febi tapi juga sigap dia pegangi tiap kali akan terjatuh. mereka menemukan sebuah shelter. bangunan dari kayu yang memang sengaja disediakan untuk para pendaki.Ada shelteeer!" teriak Theo tertahan."Lanjut! lanjut!" Iwan balas berteriak pelan.Tiba-tiba Evan yang posisinya paling belakang, tergelincir dan kehilangan keseimbangan."Iyaow! Awas! Awas!" dia berseru tertahan, memberikan peringatan. tapi sama sekali tidak berguna, karena sambil memberikan peringatan ia terlanjur menabrak Iwan. Iwan pun menabrak Langen, yang otomatis jatuh menimpa Yudhi. mau tidak mau Yudhi mendorong Fani sampai terjatuh, Fani menimpa Febi, dan Febi menabrak Rizal. alhasil, tinggal Theo seorang yang masih berdiri tegak menentangkan angin. cowok itu menoleh ke belakang. soalnya yang gedebak-gedebuk kakinya doang. yang lainnya pada sepi."Yeee......," katanya, berhenti berlari dan bergegas menghampiri. "Kok nggak bilang-bilang kalo pada istirahat?""Istirahat apaan?" sungut Langen. cewek itu terkapar kelelahan dan sepertinya sudah tidak ada tenaga lagi untuk bangun.Tiba-tiba......."Di sini kayaknya!"Suara Bima! Radius seratus meter, semak-semak di sebelah kanan mereka bergerak-gerak. ketujuh orang yang tadi terkapar, seketika melompat bangun bersamaan."Cepet! cepet!" desis Theo. "Mereka motong jalan!"Baru saja kaki bersiap untuk lari.... semak-semak itu terkuak!"Nunduk!!!" desis Iwan. seketika semuanya menunduk, berlindung di balik semak. "Ikutin gue!" bisik Iwan.Bak pasukan perang gerilya, kedelapan orang itu mengendap-ngendap. wajah Langen cs pucat, wajah Iwan cs tegang. Iwan bermaksud membawa pasukannya bersembunyi di belakang bangunan shelter____satu-satunya tempat persembunyian yang ada, itu pun dengan harapan mudah-mudahan Rei cs tidak punya pikiran untuk mengecek ke sama."Hei, ada parit!" bisik Yudhi pelan. semuanya berhenti. ternyata di sebelah kanan mereka terdapat parit alam.tertutup semak dan tidak begitu dalam. dalamnya sekitar satu setengah meter. Parit itu tak sengaja ditemukan waktu semak yang menutupinya tersibak tangan Fani."Gue dulu deh!" bisik Theo. dia melompat turun diikuti Evan. "Yak, sip! Ayo, La. turun. ati-ati licin!Theo mengulurkan tangan. sementara Evan menahan semaknya agar tidak menutup. dibantu Iwan dari atas dan Theo dari bawah, Langen merosot turun. disusul Fani, lalu Febi. terakhir, Iwan, Rizal, dan Yudhi melompat turun bersamaan. mereka semua langsung meringkuk dalam-dalam.Suara-suara itu semakin dekat. suara-suara sepatu membelah dan menginjak belukar. tiba-tiba salah seorang melompati semak yang menutupi parit. sepasang sepatu mendarat berdeham, hanya dua puluh senti dari muka Fani. cewek itu kontan menutup mulut dengan kedua tangan erat-erat. hampir saja dia menjerit. dia mengenali sepasang sepatu cokelat tua yang solnya bergerigi besar-besar itu. kedelapan orang itu tanpa sadar jadi menahan napas. ya ampun. untung orang itu melompat, kalau tidak, sekarang tuh orang sudah bergabung dengan mereka di dalam parit!Sekarang Rei cs berjalan mondar-mandir."Suaranya dari sini tadi!" kata Bima. suara baritonnya membuat Fani yang sedang meringkuk di dekat kakinya langsung panas-dingin."Yakin?" tanya Rei. "Di gunung suara bisa kedengeran sampe jauh, Bim.""Coba liat ke belakang shelter, Ga!" perintah Bima. semua yang sedang meringkuk dalam parit sontak mengucapkan syukur dalam hati. untung tidak jadi bersembunyi di sana!"Bersih!" teriak Rangga. "Malah nggak ada bekas-bekas orang ke sini!""Lo yakin, Bim, suaranya dari sini?" tanys Rei lagi."Yakin!" tegas Bima. "mereka pasti ada di sekitar sini!"Ketiganya lalu menyebar. semua semak rimbun yang kira-kira cukup untuk bersembunyi tiga orang, disibak. Rangga malah sampai memeriksa ke atad pohon segala. karens kalau sampai puncak saja bisa, apalagi cuma manjat pohon.CONTINUE TO BAB 9

Girl!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang