BAB 24

6 0 0
                                    

7 Desember 1941. Pearl Harbour, pangkalan perang Amerika Serikat, negara yang menganggap dirinya adidaya itu, hancur diobrak-abrik macan kuning Asia..... Jepang! Peristiwa itu kemudian menyulut PD 11 di kawasan Samudra Pasifik, dan baru berakhir setelah dijatuhkannya dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.Kalimat terakhir tidak perlu dibahas, karena pada saat itu bom atom adalah senjata yang paling mematikan. Menjatuhkannya di tempat yang tepat dan dengan jumlah yang benar-benar minimalis, akan melumpuhkan lawan, bahkan mereka yang menjadi jawara di medan perang.Kesimpulan: kuat belum tentu menang!***Iwan cs telah berangkat sejak hari masih gelap. Setelah menjemput Febi di hotel tempat dia menginap. Langen dan Fani juga berangkat ke kampus pagi-pagi, tapi sama sekali bukan untuk kuliah. Hari ini buku dan dosen adalah Dunia lain!Bima dan Rangga sudah menunggu kedua lawan mereka di tempat parkir di depan gedung rektorat. Tanpa Rei.''Rei udah berangkat duluan. Sekarang nunggu di lokasi,'' Rangga menjawab pertanyaan Langen yang bukan keluar dari bibir, tapi lewat sorot mata.''Berangkat sekarang?'' tanya Bima.''Kenapa?'' Langen menatapnya lurus. ''Persiapan lo belum selesai?''Bima terperangah dengan ''tusukan'' telak itu.''Emang kurang ajar nih cewek!'' desisnya dengan emosi yang kontan menggelegak.''Kawan kita yang tergila-gila sama dia....,'' bisik Rangga, ''nggak ada!''Benar-benar bisikan setan yang terkutuk! Bima sempat tertegun beberapa saat, sebelum kemudian ditepuk-tepuknya bahu Rangga.''Terima kasih atas pemberitahuannya.'' Dia menyeringai lebar.''Sama-sama.'' Rangga mengangguk. Dan seketika Bima masih menatapnya dengan sorot penuh arti, Rangga mengangguk sekali lagi. ''Gue nggak ngeliat apa-apa, juga nggak denger apa-apa!''''Itu yang gue maksud!'' kembali bahunya ditepuk-tepuk. Kemudian Bima mengalihkan tatapannya kepada dua cewek yang akan menjadi rivalnya nanti. Yang masih berdiri di hadapannya dengan sikap gagah juga angkuh. Sepertinya telah siap menghadapi apa pun. Dia ingin tahu, apakah keduanya masih akan tetap seperti itu, setelah kejutan yang sebentar lagi akan dia berikan!''Kita berangkat sekarang. Lo berdua ikutin di belakang!'' ucap Bima lalu balik badan. Dia berjalan ke Jeep LC Hardtop Canvas-nya diikuti Rangga. Langen dan Fani menyusul balik badan, lalu berjalan menuju Kijang Langen.''Elo, La!'' Fani berdecak sambil menutup pintu di sebelahnya. ''Udah tau singa, pake dipancing, lagi!''''Gue nggak bisa nahan emosi. Tiap ngeliat cowok laknat lo itu, rasanya pengen banget gue cakarin mukanya. Trus gue jambakin rambutnya sampe botak. Trus gue cincang badannya sampe kecil-kecil!''Fani berdecak lagi.''Mendingan lo cari pembunuh bayaran atau dukun santet yang canggih. Soalnya yang barusan lo sebutin tadi itu bener-bener ngimpi. Nggak bakal jadi kenyataan!''Menyadari kata-kata Fani itu sangat benar, Langen jadi menghela napas. Ditunggunya sampai Jeep Bima melintas di depannya, lalu dibuntutinya.***Melalui kaca spion, Bima mengawasi Kijang di belakang Jeep-nya. Sepasang bibirnya lalu tersenyum tipis dan dingin.''Surprise!'' desisnya. Jeep-nya mendadak melompat lalu melesat. Langen dan Fani terperangah.''Apa sih maksud dia!?''Langen buru-buru memindahkan tongkat persneling. Terpaksa diikutinya setiap gerakan Jeep Bima, berusaha keras mempertahankannya agar tidak hilang dari pandangan mata. Artinya, mau tidak mau dia harus mengikuti setiap gerakan gila dan nekat yang dilakukan Jeep Canvas di depannya. Dengan klakson yang sebentar-sebentar berteriak, memaksa kendaraan-kendaraan di sekitarnya untuk memberi jalan, Jeep itu meliuk tajam di antara padatnya lalu lintas Jakarta, dengan kecepatan jauh di atas yang seharusnya!''Apa sih maksud dia!?'' seru Langen, mulai panik. Di sebelahnya, Fani duduk dengan tubuh membeku. Sepasang matanya menatap lurus-lurus ke depan. Kesepuluh jarinya mencengkeram tepi jok kuat-kuat.Sementara itu, meskipun harus berkonsentrasi pada jalan di depan juga pada setiap manuver yang dia lakukan, Bima tetap mengawasi Kijang di belakangnya. Dan begitu ternyata Langen berhasil mengimbanginya dan tetap berada tepat di belakangnya, decak kagum kemudian terlontar tanpa sadar.''Gila emang si Langen!'' desisnya sambil geleng-geleng kepala.''Kalo nggak gila, nggak bakalan dia berhasil ngerusak cewek gue!'' gerutu Rangga.''Jadi....,'' Bima menoleh sekilas, ''Elo apa gue yang tanggung jawab nanti? Soalnya dia mantan cewek kawan kita nih.''''Gue kalo lo nggak berani!''''oke kalo begitu!'' Bima bersiul keras. ''Elo decision maker. Gue cuma eksekutor!''''Nanti aja kalo udah keluar Jakarta.''''Sip!''Menjelang perbatasan kota Jakarta, Langen dan Fani mengira aksi gila Bima itu akan berakhir. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya.Begitu melewati perbatasan, jarum spidometer langsung bergerak naik dengan ekstrem. Langen terperangah tapi tidak bisa berbuat lain. Terpaksa dia tetap mengikuti setiap manuver sinting yang dilakukan Bima.Cewek itu mulai gugup. Cengekramannya ke setir mulai tidak stabil. Apalagi yang memakai jalan juga bukan hanya mereka berempat. Ada banyak mobil-motor yang berseliweran. Belum lagi kendaraan-kendaraan umum. Yang paling memperparah kegugupan Langen adalah orang-orang yang berseliweran di kiri-kanan jalan, yang terkadang menyeberang dengan lagak seperti jalan itu milik neneknya.Ketegangan Fani ikut meninggi. Berkali-kali dia memperingatkan Langen agar tidak terlalu rapat dengan kendaraan lain. Matanya berkali-kali menatap spidometer dengan gelisah. Jarum itu terus bergerak naik, naik, dan naik. Dan jarum itu kemudian mulai bergetar!Wajah Langen benar-benar pucat sekarang. Tanpa sadar digigitnya bibir sampai putih. Kesepuluh jarinya mencengkeram setir kuat-kuat. Kedua rahangnya mengatup keras. Sepasang matanya menatap lurus-lurus ke satu titik.Tapi berbeda dengan Jeep Canvas di depannya, yang meliuk luwes dan benar-benar terkendali, Kijang Langen lebih sering bergerak kaku dan patah-patah. Membuat banyak pengendara lain jadi ikut gugup.Beberapa dari mereka, saking kagetnya mendengar teriakan klakson Jeep Bima yang memekakkan telinga, langsung menepi lalu berhenti di pinggir jalan. Mereka mengira ada rombongan polisi, pejabat, atau.....pokoknya orang pentinglah, yang akan lewat untuk urusan yang sepertinya benar-benar gawat. Dan ketika yang lewat ternyata Jeep dan Kijang pribadi yang digas gila-gilaan, kontan mereka berteriak-teriak marah. Sumpah serapah seketika berhamburan.Suara klakson Jeep Bima juga membuat orang-orang yang sudah sempat menyeberang sampai di tengah jalan, seketika balik badan dan lari kocar - kacir ke pinggir lagi, lalu langsung menyumpah-nyumpah sambil mengacungkan tinju.Rangga, yang terus mengawasi lewat spion, akhirnya memutuskan untuk mengakhiri. Ditepuknya bahu Bima.''Cukup, Bim!''Tapi Bima menolak mentah-mentah. Kemampuan Langen yang ternyata masih terus mengimbanginya, membuat cowok itu tertantang untuk mengetahui batas akhir kemampuan lawan. Dengan kata lain, dia ingin melihat Langen menyerah!''Bim.....cukup!'' ulang Rangga lebih keras.''Udah, lo duduk tenang aja. Gue yang tanggung jawab!''''Apa maksud lo?'' Rangga tidak mengerti.''Gue pengen tau, sampe di mana dia sanggup!''Langen yang tidak tau bahwa Bima sedang menyiapkan kejutan lain untuknya, terus mengekor Jeep di depannya. Sampai kemudian mereka menggabungkan diri dengan iringan mobil yang berkonvoi di belakang sebuah bus antarkota.Sepasang mata Bima menatap lurus-lurus ke depan. Langen langsung bersiap-siap saat Jeep di depannya bergerak ke kanan. Dan begitu Jeep itu menyalip deretan mobil di depannya, cewek itu langsung mengikuti. Masuk di belakangnya. Sampai kemudian mereka meluncur bersisian di sebelah bus.Tapi ternyata Bima stuck di posisi itu. Tidak bergerak maju tapi juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur. Dia meluncur rapat di sebelah bus besar itu. Akibatnya, dua pertiga badan Jeep-nya melewati garis pembatas.Posisi Langen lebih parah. Untuk menghindari badan Kijang-nya bergesekan dengan bus di sebelahnya, terpaksa dia gunakan jalur kanan, tidak berani mengikuti jejak nekat Bima. Soalnya, kalau sampai tersenggol bus sedikit saja, Kijang-nya akan langsung terpental dan nyawanya juga nyawa Fani bisa langsung terbang dari badan.''Apa sih maunya dia?'' Langen menjulurkan kepala tinggi-tinggi. Berusaha melihat ruang di depan Jeep Bima. Kosong!'Fani berdecak marah. ''Klaksonin, La!''''Elo dong! Nggak liat tangan gue kepake dua-duanya!'' tanpa sadar Langen membentak sahabatnya.''Sori-sori!'' ucap Fani buru-buru. Diulurkannya tangan lalu ditekannya klakson kuat-kuat. Tidak ada reaksi dari Jeep di depan. Ditekannya sekali lagi, lalu sekali lagi, dan sekali lagi. Tetap Jeep itu tidak memberikan reaksi.Bukan hanya dua cewek itu yang jadi bingung dan ketakutan. Sopir bus sudah dari tadi jadi gugup. Dia sampai membuka jendela lalu memukuli pintu keras-keras, meneriaki Jeep di sebelahnya untuk maju.Jalan di depan mereka kemudian menanjak lalu menurun tajam. Itu sama berbahayanya dengan tikungan, karena sama-sama tidak bisa melihat ada-tidaknya kendaraan dari arah berlawanan.Memerintahkan dua mobil nekat yang menggunakan ruas jalannya agar secepatnya menyinggir.Langen mengira Bima akan menuruti perintah itu. Karena itu dia bersiap-siap. Ternyata tidak. Bima justru semakin merapatkan Jeep-nya ke badan bus di sebelahnya, setelah Rangga menekuk kaca spion ke arah dalam. Gugup, Langen melirik spion untuk melihat posisi di belakang bus. Tidak ada tempat kosong. Enam atau tujuh mobil berderet di sana. Tidak ada jalan lain. Terpaksa diikutinya otak sinting Bima.''Spionnya, Fan! Tekuk ke dalem!''Fani langsung menjalankan perintah yang diteriakkan dengan nada panik itu.''Udah!''''Liatin kalo terlalu mepet!''''Iya! Iya!''Fani menggeser tubuh. Dibukanya jendela lebar-lebar. Tanpa sadar cewek itu menahan napas saat perlahan Kijang mulai merapat ke badan bus. Baru disadarinya, tulisan ''D'' di badan bus itu, yang tadi terlihat tidak begitu besar, sekarang ukurannya hampir menyamai jendela mobil!''Kedua mata Fani jadi berhalusinasi. Huruf ''D'' itu bukan mengawali kata ''Djaya Kencana'' sepertinya terpampang, tapi..... Death already!''La...... La.....'' ditelannya ludah susah payah. ''Jangan deket-deket..... La.....''''Makanya liatin!'' Langen membentak tanpa sadar. Bisa dimengerti, dia lebih panik karena pegang setir, dan benar-benar harus menyejajarkan sisi kanan Kijang-nya dengan Jeep di depan kalau tidak ingin dihantam mobil dari arah berlawanan. Soalnya ruang jalan yang tersisa benar-benar pas-pasan.Kedua mata Langen tertancap lurus-lurus pada Jeep Canvas dan jalan di depan. Kedua tangannya mencengkeram setir kuat-kuat. Kedua rahangnya mengatup keras. Butiran keringat sebesar jagung mengalir deras di kedua pelipisnya.Suara klakson yang melengking panjang dari mobil yang datang dari arah berlawanan itu membuat ketegangan mencapai klimaks. Sedetik semuanya mengira besok mereka akan masuk koran beramai-ramai. Di bawah judul ''Korban luka'', atau kalau nasibnya memang benar-benar tragis, ''Korban tewas''!Tapi untungnya mobil dari arah berlawanan itu pilih mengalah. Tidak berani ikut-ikutan nekat. Dia meluncur masuk ke salah satu halaman rumah orang tanpa permisi dan berhenti di sana, di depan si pemilik rumah yang seketika memandang bingung. Seisi mobil lalu berlompatan keluar dengan ekspresi marah dan langsung berlarian ke pinggir jalan. Mereka ingin tahu, ada apa sebenarnya.Baru saja Langen dan Fani akan menarik napas lega karena lepas dari jemputan maut, tiba-tiba Jeep Canvas Bima melesat meninggalkan mereka, dengan cepat dan begitu mendadak. Sebelum kedua cewek itu sadar apa yang menjadi penyebabnya, dari jalan menikung di depan, mendadak muncul sebuah truk trailer! Dengan badan kokoh, tinggi besar, dan tampang sangar, truk itu siap melumat Kijang mungil di depannya!Langen dan Fani terperangah dan hanya bisa mematung. Dua lampu depan truk itu kemudian menyorotkan sinar benderang lalu berkedip tiga kali. Dibarengi dengan teriakan klakson yang lebih nyaring dari teriakan kapal yang akan meninggalkan dermaga.''MUNDUR, LA! MUNDUR!!!'' jerit Fani histeris.Langen tersadar seperti ditampar. Seketika diinjaknya rem. Dengan entakan keras dan bunyi berdecit yang benar-benar mengiris kuping, Kijang-nya berhenti mendadak, dan langsung bergerak mundur. Berusaha menggabungkan diri dengan konvoi mobil di belakang bus.Tapi satu suara melengking keras dari klakson yang ditekan maksimal, menyebabkan Langen kembali menghentikan Kijang-nya dengan mendadak.Karena dia dan Bima mengambil jalur kanan, beberapa mobil mengikuti di belakang. Dan yang barusan berteriak dan sekarang sedang mengedipkan kedua lampu depannya adalah mobil terdepan, sebuah Opel hitam.Tapi sebuah celah di antara mobil-mobil yang berbaris di belakang bus, yang sekilas dilihatnya melalui spion, membuat Langen segera memindahkan kaki ke pedal gas. Kijang-nya kembali meluncur, tidak peduli dengan teriakan klakson yang menggila dari Opel hitam itu. Kijang Langen berhenti hanya beberapa detik menjelang mereka akan berbenturan. Diinjaknya rem. Dengan bunyi klakson berdecit tajam, sekali lagi Kijang-nya berhenti mendadak. Juga Opel hitam itu. Si pengemudi Opel menegang tak bisa bicara. Sementara orang di sebelahnya langsung membuka jendela dan melontarkan isi kebuh binatang dalam bentuk makian kasar.Langen tidak sempat lagi mengacuhkan. Konsentrasinya tercurah total pada celah itu. Dengan kedua mata tertancap sepenuhnya di satu titik, kembali diinjaknya pedal gas. Tapi pengemudi Avanza abu-abu, yang rupanya tahu Lanen bermaksud mengisi celah di depannya, seketika menekan klakson kuat-kuat. Mengisyaratkan penolakan.Celah itu terlalu sempit. Satu mobil lagi bisa bergabung tanpa membentur mobil-mobil yang lain, hanya apabila dia diletakkan vertikal dari atas!Tapi Langen tidak punya pilihan. Sebelah kanan jalan berbaris rumah-rumah. Meskipun jaraknya berjauhan dan halamannya luas-luas, barisan pagar tembok memisahkan halaman-halaman itu dengan jalan raya. Nekat menabraknya untuk memasuki salah satu halaman sepertinya bukan cara terbaik untuk menghindari monster kotak yang sekarang sudah semakin dekat, yang terus mengedipkan kedua lampu sorotnya, bergantian dengan raungan klakson yang memekakkan telinga.Benar-benar tidak ada pilihan!''Pegangan, Fan!'' teriak Langen.Diirigi lengkingan klakson, puluhan mata yang membelalak, napas-napas tertahan, jeritan dan teriakan, Kijang Langen menerobos celah sempit itu dengan liukan tajam. Terdengar bunyi keras saat badan Kijang membentur Avanza. Mobil itu kehilangan lampu depan sebelah kanannya, ditambah beberapa kerusakan yang cukup parah. Pengemudinya shock dan terduduk seperti patung setelah refleks menginjak rem.Langen tidak sempat lagi untuk peduli apalagi ikut shock dengan kejadian itu. Kijang-nya yang sekarang juga tak lagi mulus, terus meluncur. Melewati celah sempiti tu dan berhasil keluar dari jalan raya!Dirinya dan Fani lolos dari kemungkinan berubah jadi arwah. Masih dengan raungan klakson yang menusuk telinga, truk trailer itu berhenti dengan entakan, di ruang kosong yang baru saja mereka tinggalkan, nyaris beradu hidung dengan Opel hitam itu! Untuk kedua kalinya si pengemudi Opel membeku karena shock. Duduk dengan tubuh tegak kaku di belakang setir. Sepasang matanya terbelalak lebar-lebar, memancarkan kengerian. Bumper kokoh dan moncong mengerikan trailer itu, yang memenuhi seluruh ruang pandang, membuat orang di sebelahnya seketika kehilangan keahliannya memaki. Dia juga membeku.Sementara itu.....''La! La! Stop, La! Stop!'' Fani berseru keras saat Kijang ternyata terus menerobos semak belukar sampai jauh ke tengah.Tapi Langen yang benar-benar dicekam ketakutan sepertinya tidak mendengar. Kijang-nya terus meluncur. Fani terpaksa mendorong sahabatnya itu sampai terdesak rapat di pintu, lalu mengambil alih kemudi. Cepat-cepat diinjaknya rem. Kijang itu berhenti.....tidak jauh dari pinggir sawah!Keduanya mematung. Duduk berimpitan di satu jok. Trailer itu masih terproyeksi jelas di mana-mana. Langen yang pertama tersadar. Dia membuka pintu dan langsung melompat turun. Seketika dia muntah habis-habisan. Sementara Fani menyambar botol air dari jok belakang lalu meneguknya banyak-banyak.''Bagi, Fan,'' pinta Langen lemah. Fani mengulurkan botol itu dan isiya langsung ludes dipakai Langen untuk berkumur dan membasahi muka. Tiba-tiba cewek itu tersentak lalu berlari terhuyung memutari mobil dan berhenti di sisi lain dengan mulut ternganga. Fani bergegas turun dan mengikuti.''Mati deh gue,'' desis Langen dengan suara serak. ''Mas Radit udah ngancem, kalo sekali lagi gue bikin nih mobil masuk bengkel, gue nggak bakal dikasih make lagi. Disuruh naek bus atau jalan kaki ke kampus.''Fani menepuk-nepuk bahu sahabatnya, menenangkan.''Ntar gue bawa nih mobil. Lo pulang pake taksi aja. Kalo ditanya, bilang aja gue pinjem. Soal bengkel, urusan gue. Pokoknya gue anter ke rumah lo dalam kondisi mulus. Jadi Mas Radit, Mas Bagas, dan kakak-kakak lo yang laen, termasuk bokap-nyokap lo, nggak bakal tau!''''Parah gini, Fan. Tabungan lo bisa kering.''''Gampang itu sih. Ntar gue tinggal nyari alasan apa kek, ke bokap-nyokap gue.''
Tiba-tiba terdengar suara ranting patah dan semak-semak tersibak. Bima. Jeep Canvas-nya menerabas semak dan ilalang lebat lalu berhenti tepat di belakang Kijang. Cowok itu langsung melompat turun. Sendirian.''Sori, La. Gue nggak.....''PLAK!!!Belum lagi selesai bicara, Bima keburu ditampar Fani. Kemarahan yang sudah menumpuk membuat cewek itu mengerahkan seluruh tenaga saat melakukannya.
Bima tertegun. Dipeganginya pipinya yang terkena telapak tangan. Ini pertama kalinya dia digampar orang. Cewek, lagi. Ceweknya sendiri pula. Tapi dia sadar, apa yang dilakukannya tadi memang benar-benar di luar batas.''Maaf,'' ucapnya dengan nada sungguh-sungguh. Ditatapnya Langen dan Fani bergantian. Kedua cewek itu balas menatap dengan keinginan untuk mencincang! Bima menarik napas lalu berkata pelan, ''Gue ngajak begitu karena gue liat lo suka ngebut.''''Bukan alasan!'' bentak Fani.''Kalo lo tetep ada di belakang gue, nggak akan ada masalah, La. Udah gue perhitungkan jaraknya.''''Justru kalo lo tetep ada di depan tuh trailer, baru akan selesai semua masalah!'' lagi-lagi Fani yang menjawab. Tatapan Bima beralih padanya.''Sori, Fan,'' ucapnya sungguh-sungguh.Terdengar suara langkah berlari menyeruak semak. Ketiganya menoleh. Rangga berlari mendekat dengan wajah sangat cemas dan langsung menghampiri Langen dan Fani.''Kalian nggak apa-apa?'' tanyanya. Pertanyaannya tidak dijawab. Dua orang di depannya cuma menatap dingin. Rangga menghela napas. ''Itu tadi ide gue. Gue minta maaf.''''Nggak peduli itu lo ide lo apa dia. Yang jelas, gue sama Langen hampir mati!'' bentak Fani.
Rangga sudah membuka mulut, tapi mendadak batal bicara. Dia balik badan dan menghampiri Bima dengan langkah terburu. Keduanya lalu bicara dengan suara pelan. Sambil sesekali menengok ke belakang, ke arah jalan raya. Avanza yang tadi berbenturan dengan Kijang Langen, terparkir di pinggir jalan. Pengemudinya sedang mengamati seberapa serius kerusakannya. Di tangan kanannya tergenggam selembar kertas.
Sedangkan pengemudi Opel baru saja menutup pintu di sebelahnya. Tangan kirinya juga memegang selembar kertas, yang langsung dia serahkan ke orang di sebelahnya. Sedangkan monster trailer itu sudah tidak terlihat. Kerumunan orang yang menyemut saat adegan ala film action tadi terjadi, juga telah membubarkan diri.
Bima mengangguk-angguk lalu melangkah mendekati bagian badan Kijang yang rusak. Rangga mengikuti. Keduanya lalu mengamati kerusakan itu. Tapi baru saja Bima menoleh dan menatap Langen, Fani sudah mendahului dengan nada tandas.''Ini mobil urusan gue! Jangan harap gue biarin lo ngurangin rasa bersalah. Apalagi cuma dengan bayarin ongkos bengkel!''
Bima menarik napas panjang dan menatap kedua cewek itu dengan pandang lurus.''Gue bener-bener minta maaf.''''Heh!'' Fani kontan buang muka. ''Naek, La. Cuekin aja tuh orang!''Seketika tangan Bima terulur, menahan langkah Langen.''Biar gue yang bawa.''Langen berusaha mengenyahkan tangan Bima yang menggenggam lengannya, tapi tidak berhasil. Bima tidak mau melepaskan cekalannya.''Nggak usah! Gue punya sopir pribadi! Lepas!''Bima tetap tidak melepaskan cekalannya. Cowok itu benar-benar merasa bersalah dan cemas melihat wajah-wajah putih pucat itu.''Yeee, dasar bekantan!'' desis Fani. ''Denger nggak sih lo, disuruh lepas!?''''Biar gue yang bawa!'' ulang Bima, dengan nada memohon tapi tegas.Fani berdecak jengkel.''Disuruh lepas juga!'' dengan kasar dilepaskannya genggaman Bima di lengan Langen. Lalu dia sentakkan tubuh tinggi besar Bima kuat-kuat, sampai terdorong mundur beberapa langkah. ''Minggir lo! Sana! Naek, La!'' Langen bergegas naik. Fani langsung menyusul. Ditutupnya pintu dengan bantingan keras. Kemudian sambil memutar kunci, Fani menatap Bima tajam-tajam. ''Dia nggak bisa, masih ada gue! Sekarang cepet jalan! Nggak udah banyak omong lagi!''
Mulut Bima sudah terbuka, tapi Rangga menepuk pelan bahunya lalu menggelengkan kepala. Terpaksa Bima balik badan lalu melangkah pelan menuju Jeep Canvas-nya. Kedua mobil itu kemudian beriringan pergi, menyusuri jalan raya dengan kecepatan yang menurun dratis. Bima bukan saja tidak ingin meneruskan aksi gilanya lagi, tapi dia juga mencemaskan kondisi Langen dan Fani.
Mereka sampai di lokasi. Rei langsung berdiri menyambut. Sisi Kijang Langen yang rusak parah menghadap ke arah lain. Arah yang tidak terlihat oleh Rei, hingga cowok itu tidak tahu apa yang telah terjadi, apa yang telah dialami Langen dan Fani.
Melihat wajah-wajah sangat pucat itu dia mengira sebagian besar kepercayaan diri dan spirit lawan telah tergerogoti. Dengan mata menyipit dan senyum dingin, disambutnya kedatangan musuh-musuhnya dengan keyakinan sepertinya perang ini akan segera berakhir tidak lama begitu ia dimulai!Well, dirinya turut iba dan prihatin. Sayangnya, dia perlu pengakuan yang benar-benar riil!
***
Sikap Bima melunak setelah peristiwa yang nyaris fatal itu. Dia keluar dari rencana yang telah disusun.''Isi perut dulu, Rei.''Kening Rei kontan berkerut. Itu tidak ada dalam rencana mereka. Jadwalnya adalah, pendakian langsung dimulai begitu mereka tiba di lokasi. Tidak ada waktu yang akan dibuang sebelum semuanya benar-benar jelas. Dan selesai tuntas!''Mereka pasti udah sarapan dari rumah. Dan sekarang belom waktunya makan siang.''Bima menjawab dengan volume suara diperkecil.''Yang kita lawan cewek. Ini saja kalo sampe ada yang tau, udah menghancurkan reputasi. Apalagi cewek yang fisiknya nggak bener-bener siap. Kalo anak-anak Maranon sampe denger, kita bisa diseret ke rumah sakit. Dipaksa operasi ganti kelamin!''''Kemaren-kemaren lo nggak ada kompromi sama sekali?''''Hati nurani mulai bicara!''
Rei tidak tahu maksud kalimat Bima itu adalah, gorila itu menyesal telah menguji Langen dan Fani dengan cara di luar batas. Dan karena Langen adalah mantan pacar sobatnnya yang amat sangat diharapkan bisa diraih kembali, itu membuatnya tidak bisa memeluk Langen lalu menciumnya untuk menyatakan dia sungguh-sungguh menyesal. Meskipun tetap ingin melihat kejatuhan lawan, Bima tidak lagi bersikeras itu harus terjadi sekarang. Akan ditunggunya di mana pun kejatuhan itu terjadi. Dengan sabar. Karena dia tetap yakin, Langen dan Fani tidak akan sampai seperempat perjalanan!''Mereka pucat bukan karena laper, Bim. Mereka takut, tapi nggak bisa mundur!'' tegas Rei dengan suara pelan. Bima berlagak tidak mendengar. Dihampirinya Langen dan Fani.''Kita makan dulu,'' ajaknya, lalu berjalan ke arah salah satu warung.
Rei berjalan paling belakang. Dengan lipatan kening yang nyaris serapat kain wiron. Rangga yang berjalan bersamanya memilih tidak memberitahu apa penyebab perubahan Bima.''Jangan makan terlalu banyak. Nanti lo berdua malah nggak kuat jalan.'' Bima mengingatkan saat mereka telah memasuki warung dan kedua cewek yang menjadi lawannya memilih tempat terjauh.
Langen dan Fani yang tidak tahu bahwa Bima sedang terserang virus langka yaitu penyesalan menatap cowok itu seakan-akan seekor serigala yang sedang memaksakan diri bertampang domba.''Kita akan jalan begitu lo berdua udah bener-bener siap,'' sambung Bima. Rei menggebrak meja dengan berang.''Kita langsung jalan begitu lo berdua selesai makan!'' tandasnya. Kemudian dihampirinya Bima. ''Ada apa sih lo?'' desisnya pelan. Bima tidak menjawab.
Setelah peristiwa yang membuat shock mental dan fisik itu, Langen dan Fani sebenarnya sangat butuh istirahat, meskipun hanya sesaat. Tubuh mereka masih setengah melayang dan kaki rasanya tidak berpijak dengan benar. Tapi kendali sepertinya telah berpindah tangan. Bima tidak lagi dominan.
Akhirnya kedua cewek itu menyingkirkan piring masing-masing, tanpa satu sendok pun yang masuk mulut. Soalnya Rei terus menatap ke arah mereka tajam-tajam. Sepertinya makan adalah satu tindakan mencuri start, yang terpaksa tidak dapat diprotes karena hukum memperbolehkan. Keduanya lalu memilih memesan segelas bandrek, dan menikmatinya dengan sepotong besar pisang goreng yang masih hangat.
Begitu potongan pisang terakhir habis tertelan dan sisa bandrek dalam gelas telah berpindah ke dalam lambung lawan-lawannya, Rei langsung bangkit berdiri.''Kita berangkat.....sekarang!''CONTINUE TO BAB 25

Girl!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang