BAB 9 (1/2)

12 0 0
                                    

Bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, Langen cs melintas di depan base camp yang saat itu sedang ramai."Hei!" panggil Ronni. "Abis dari atas?""Kelihatannya gimana?" Langen balik bertanya."Masa sih!?" kedua mata Ronni membelalak. langsung dihadangnya ketiga cewek itu. "Kok Rei nggak pernah cerita? Bima juga. Rangga apalagi!""Emangnya mesti diceritain-ceritain?""hebat!" sepasang mata hitam yang suka jelajatan itu sontak berbinar. cewek-cewek begini nih idaman hatinya! "Gimana kalo kapan-kapan kita naik bareng?""Liat gimana nanti aja deh," jawab Langen malas. didorongnya cowok itu ke pinggir. "Minggir kenapa sih? kami mau lewat, tau!""Heeeiiiii! Mampir dulu dong!" teriak Andreas."Buru-buru nih!" balas Fani, juga teriak. "terima kasih deh!" Andreas itu pengen kayak Yang Mulia Sri Paduka Maharaja, kali kiri-kanannya sudah diapit "Selir Kurang Gizi" dan "Selir Kebanyakan Silikon", masih menyuruh yang lain mampir.
Ketiga cewek itu buru-buru pergi. Takut Rei cs mendadak muncul. yang penting tujuan mereka tercapai. banyak yang melihat mereka lewat. tak berapa lama kemudian Rei cs memang sampai di base camp, terengah-rengah dan mandi keringat karena habis berlari jauh.
"Oi, barusan aja lewat!" lapor Andreas langsung."Sama siapa aja?" tanya Bima."Bertiga aja."
Ketiga cowok itu langsung cabut. Andreas bilang, Langen cs barusan saja lewat. tapi biar sudah diubek ke sana kemari, ketiga cewek itu sudah tidak terlihat sama sekali.
"Cepet banget sih mereka ilangnya?" Rangga geleng-geleng kepala. Bingung tapi juga takjub. sementara kedua sobatnya menatap ke segala penjuru tanpa bisa bicara.
Sebenarnya Langen cs hanya bersikap tenang saat melintas di depan base camp. tapi begitu melewati tempat itu, ketiga langsung lari terbirit-birit. dan sekarang mereka sudah berada di rumah Mang Asep. berkumpul lagi dengan Iwan cs.
Langen sedang dikerumuni Iwan cs. saat melihat cewek itu mengeluarkan botol minuman keras dari Escudo Evan, Iwan jadi antusias ingin tau rencana selanjutnya.
"Isinya gue buang. tapi yang dua botol gue sisain dikit, buat bau-bauan. terus botol yang satu gue cuci bersih-bersih.ntar diisii teh manis. makanya gue pilih botol yang gelap, biar nggak kelihatan...... terus, biar tambah meyakinkan, kita kudu meraih mata kita. caranya, pelototin deh kompornya Teh Neneng. mata kita kan kena asap tuh, terus kita ucek-ucek!"
Senyum-senyum geli mulai muncul saat Langen mengstone-kan kedua matanya, meraih salah satu di depannya, lalu mendekatkannya ke mulut sambil menengadahkan kepala. berakting sedang menenggak minuman keras. setelah itu dia goyang-goyangkan tubuhnya, pura-pura sempoyongan. dan akhirnya...... bruk! cewek itu mengaparkan diri di atas dipan!
Kontan semuanya tertawa riuh."Lo sarap, La!" kata Rizal, tapi nadanya salut."Gila banget si lo!" Evan geleng-geleng kepala."Oke banget, La! Canggih!" seru Theo. sementara itu Yudhi mengacungkan kedua ibu jarinya tanpa bicara, karena mulutnya sedang mengunyah pisang goreng. cuma Iwan yang tidak takjub. dia sudah hafal dengan semua kelakuan Langen. ini termasuk masih mending dibandingkan masa-masa SMA dulu.
Iwan cs kemudian pamit. mereka sebenarnya ingin menyaksikan akting mabuknya Langen cs. ingin tahu bagaimana ending-nya, Rei cs tertipu atau tidak. tapi karena menurut rencana yang telah disusun kelimanya cuma eksis sampai di sini saja, cuma membantu untuk urusan kebut gunung dan turunnya lagi, di samping sifatnya yang agak-agak pribadi, terpaksa kelima cowok itu hanya bisa mengucapkan "Selamat berjuang dan semoga sukses". mereka kemudian cabut, pulang duluan.
Kejutan babak kedua!!!
Malam telah turun. warung Mang Asep sepi. cuma ada sang pemilik dan Langen cs. tapi suasananya justru meriah. ramai dengan suara tawa cekikikan disana-sini. Mang Asep dan Teh Neneng ikut bersemangat, membantu ketiga cewek itu menpersiapkan aksi unjuk rasa mereka. tadi sebelum pergi Iwan memang sudah berpesan, sebaiknya Mang Asep dan Teh Neneng dilibatkan. biar aman. karena mau tidak mau warung harus dalam keadaan sepi pada saat sandiwara itu dipentaskan. agar ending-nya sesuai naskah dan bukannya jadi diarak massa ke kantor kepala desa. dan kebetulan juga Mang Asep dan Teh Neneng itu orangnya asyik untuk diajak kayak gitu-gitu.
Tiga botol minuman keras keluar dari ransel Fani. untuk memunculkan efek "mabuk berat", dia cipratkan sisa-sisa isinya ke permukaan meja, bangku, dan baju yang dipakainya, juga ke baju Langen cs dan Febi. bahkan beberapa bagian tubuh mereka yang terbuka seperti tangan, leher, dan muka, juga ikut kebagian. meskipun semua itu membuat ketiga cewek itu sempat mual dan hampir muntah.
Dua botol yang sudah benar-benar kosong lalu diletakkan Fani di tengah-tengah salah satu meja. sengaja ketiga cewek itu memilih meja yang paling dekat dengan ruangan dalam. tempat Teh Neneng memasak. juga tempat dia dan suaminya tidur kalau sedang menginap di warung. karena di salah satu sudut ruangan, terdapat sebuah dipan kayu.
Botol ketiga, yang isinya teh manis diletakkan Fani di depannya persis, supaya bisa cepat-cepat diselamatkan kalau ada yang berusaha menyambar.
Menyusul keluar dari dalam ransel Langen, satu set kartu dan setumpuk uang kertas seribuan. dari zaman dahulu, pasangan paling serasi untuk mabuk memang judi.
Tugas Mang Asep berikutnya adalah mencari Rei cs dan membawa ketiganya ke sini untuk dibikin shock lagi. berbekal ciri-ciri yang disebutkan Langen, Mang Asep berangkat dengan penuh semangat. soalnya ini bakalan lebih meriah dari acara wayang goleknya Asep Sunarya.
Teh Neneng segera membuatkan Langen cs masing-masing segelas bandrek. kesempatan terakhir untuk para pemain teater itu menghangatkan perut.Mang Asep meneliti deretan warung dengan saksama. dan orang-orang yang dicarinya dia temukan di warung terujung. Rei cs sedang membahas sesuatu yang sepertinya benar-benar genting. setelah membenahi letak peci dan lilitan sarung di pinggang, Mang Asep masuk dengan napas terengah-engah. belagak ada problem berat.
"Kunaoon (kenapa)" tanya si pemilik warung."Aduuuh," keluh Mang Asep, membanting tubuhnya ke bangku di dekat Langen cs. "Payah, Kang Enjum. di warung saya teh ayeuna aya awewe-awewe (sekarang ada cewek-cewek) lagi pada mabok!""Hah!? Masa atuh!?" Kang Enjum sontak kuaget-get-get. soalnya belum pernah ada ceritanya di daerah situ ada yang mabuk-mabukan. apalagi cewek!
"Awewe lagi mabooook!!!?"Mang Asep buru-buru mengedipkan mata sambil melirik ke arah Rei cs. Kang Enjum langsung paham, berita itu tidak serius."Makanya saya teh bingung. warung saya jadi sepi. Eta awewe-awewena geulis-geulis, Kang. cantik-cantik. tapi ya itu, lagi pada mabok sambil eta.... maen judi!" Mang Asep geleng-geleng kepala sambil terengah-engah. lalu dengan suara dikeraskan, dia menyebutkan ciri-ciri cewek-cewek yang sedang mabok diwarungnya itu. dan terkejutlah Rei cs yang duduk tidak jauh dari Mang Asep. ketiga cowok itu sesaat saling pandang lalu bergegas berdiri dan berjalan mendekati Mang Asep.
"Maaf, Mang. ada cewek-cewek lagi mabok?" tanya Rei.
Mang Asep menoleh, pura-pura sangat kaget."Iya," jawabnya dengan sangat pelaaan. sepertinya sangat takut kalau-kalau ada lagi orang lain yang mendengar. "Eta, di warung saya.""Ciri-cirinya gimana?""Yah itu tadi...." Mang Asep menyebutkan ulang ciri-ciri Langen cs. seketika Rei cs membeku di tempat. tak bisa percaya. judi sambil mabok!?"Mamang bisa tolong antar kami ke sana?" tanya Bima."Ng...." Mang Asep tidak langsung menjawab. ditatapnya ketiga cowok di depannya dengan ekspresi seakan-akan dia curiga. "Tapiny Aden-aden mau apa, ya?""Mereka masih sodara.""Sodara!?" Mang Asep pura-pura kaget lagi. "Eta awewe-awewe sodarana Aden-aden? wah, hayuh kalo begitu! tolong ya. diajak pulang saja, atuh. nanti warung saya sepi terus." Mang Asep bangkit berdiri lalu berpamitan pada Kang Enjum. dibelakangnya Rei cs membuntuti.
Teh Neneng buru-buru menyingkirkan gelas-gelas bandrek dari meja saat keempat orang itu muncul di kejauhan."Siap-siap! siap! siap!" bisiknya tegang.
Langen cs melirik ke pintu yang terbuka lewat ekor mata dan langsung memulai aksi mereka. Febi menatap kartu-kartunya dengan sangat serius. Langen bersenandung sambil menggoyang-goyangkan badan kiri-kanan. sementara Fani berlagak sibuk menghitung uang pecahan seribu rupiahnya yang berlembar-lembar.Beberapa saat kemudian Rei cs tiba dan ketiga cowok itu seketika berdiri membeku di ambang pintu. benar-benar tidak bisa percaya pada apa yang terpampang di depa mata mereka.
Ya Tuhan! ini benar-benar gila!Mata-mata merah hasil memelototi asap kompor itu bahkan terlihat sangat jelas. bau alkohol begitu tajam menyengat. di tangan masing-masing cewek tergenggam empat lembar kartu. di tengah meja, berserakan berlembar-lembar uang.
Langen menoleh lalu membentak keras."Apa liat-liat!? sori ya! ini cuma buat cewek-cewek! cowok nggak boleh ikutan! eh, tapi nggak apa-apa deng. boleh. boleh. ada syaratnya tapiii...." dia meraih ranselnya, mengaduk-aduk isinya sebentar, lalu mengeluarkan sebuah lipstik. "Naaah, kalo mau pake ini, boleh ikutan! tapi harus yang menoor banget!" diacung-acungkan lipstik di tangannya. tidak ada reaksi dari Rei cs.
"Berani nggak!?" tantang Fani. "Aah, nggak berani! Masukin lagi, La! nggak pada berani mereka!""Payah!" Langen mengantongi lipstiknya. "Baru begini aja nggak berani!"
Jari-jari Rei dan Bima mulai mengepal."Badan doang gede, nyalinya seupil!" ejek Fani nyaring. "Apalagi kalo kita tantangin ini, La!" Fani mengeluarkan buku agendanya dari dala. ransel. sampul depan agenda itu bergambar kartun cewek berbikini. "Kalian berani nggak pake baju kayak gini!?" serunya ke Rei cs yang berdiri diambang pintu, sambil menunjuk-nunjuk gambar itu.
"Kalo nggak berani, bareng kami deh!" sambung Langen. "Kalo nggak punya, ntar kami pinjemin!" dia dan Fani saling pandang lalu tertawa cekikikan."Kita pinjemin yang gambarnya Snoopy, La. yang seksi banget tuh. kayak punya Pamela Anderson!"
"Pamela telanjang, lagi. gimana sih lo!""Jorooook!" jerit Febi, yang sejak tadi terus menunduk, berlagak sibuk dengan kartu-kartunya. dua cewek di dekatnya kontan terkekeh-kekeh geli."Satu..... dua..... tiga..... empat..... lima.....Ah, lewat!" tandas Langen. "mereka nggak berani lagi, Fan!""Ya udah. kita kasih tantangan yang paling ringan aja kalo begitu.""Apa ya?" Langen pura-pura berpikir. "untuk cowok-cowok tempe....""Tahu!" potong Fani "Tempe mah masih kekerasan. Tahu aja. sekali colek aja udah ancur. kan cocok tuh buat mereka!"
Bima menggeram. kesepuluh jarinya mengepal keras, sementara otot-otot di kedua lengannya tertarik tegang. "kurang ajar!" desisnya dan bergerak maju."sabar, Bim!" dengan paksa Rangga menyentak badan besar Bima ke belakang."Lo nggak denger!?" bentak Bima. jelas saja cowok itu sangat marah. soalnya selama ini dia kan sudah terkenal macho. jantan. masa sekarang dibilang cowok tempe? Tahu, malah! gimana nggak emosi?"Sabar!" Rei menepuk bahu Bima lalu berdiri persis di depannya."Jangan tahu, ah. itu terlalu menghina. ini aja...." sekali lagi Langen pura-pura berpikir serius. "Oncom!" serunya kemudian. "Nah, betul! itu baru cocok!"
Berdua Fani, kembali cewek itu tertawa-tawa geli. Bima menggeram lagi. dengus napasnya mulai terdengar seperti lokomotif tua yang masih dipaksa menarik gerbong. Rangga langsung mencekal salah satu bahunya.
"Setuju nggak, Feb?" tanya Fani."Oh, setuju dong!' jawab Febi langsung. "Dioseng, kan? Tapi yang pedes ya. terus dicampur tahu. Nah..... cocok banget deh buat orang yang nggak punya nyali..... eh, nggak punya gigi! sampe salah!""AAAAAAA....... HAHAHA!"Jawaban Febi membuat tawa terbahak Langen dan Fani makin menjadi-jadi. keduanya sampai gedubrakan memukuli meja.
"Sekarang gini aja deh," kata Langen setelah tawanya reda. "Ini tantangan terakhir nih. coba sekarang lo bertiga bergaya kayak yang di Taman Lawang. itu lho, yang suka berkeliaran malem-malem. Ayo, cepet!"
CONTINUE TO BAB 10

Girl!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang