13. Pemegang Jawaban

40 8 3
                                    

Tekan tanda 🌟 sebelum membaca!

Selamat membaca😁

°BAGIAN 13 : PEMEGANG JAWABAN°

R e k t i f i k a s i

"Apa kamu akan membiarkan pria tua ini berdiri di depan pintu terus-terusan?" Seseorang bersuara dari luar, aku dapat mendengarnya.

"Mungkin besok akan kupersilahkan masuk." Sahut Basra dengan santai.

Dasar anak durhaka! Umpatku dalam hati, walau sebenarnya itu hanya candaan dari dia. Lantas mereka terkekeh. "Tentu saja Paman Soka. Silahkan masuk."

Deg! Apa katanya tadi? Soka?

Ketua Bagian Kriminalitas dan Pembunuhan dan Basra memanggilnya dengan sebutan ... Paman? Itu berarti dia sudah mengetahui bahwa dua mayat tersebut adalah orang tua Basra.

Kenapa paman dan keponakan saling bertentangan? Yang satu ingin dilakukan autopsi dan satunya ingin langsung diprosesi makam. Mungkinkah ada suatu hal yang disembunyikan?

Kepalaku akan berasap memikirkan semua itu.

Lima menit yang lalu.

Setelah Basra berbicara di kamar atas, bel pintu masuk berbunyi, terdengar nyaring seantero rumah megah bernuansa sederhana ini. Kadek langsung turun ke bawah, ingin melihat siapa yang datang. Disusul Basra dan aku pun membuntutinya, entah kenapa kaki sialan ini bergerak mengikutinya.

Sampailah kami di ruang tamu.

Ketua Soka memandangiku dari atas sampai bawah, aku merasa terintimidasi dan tak nyaman langsung membungkuk hormat, memberi salam.

"Ah, aku ingat. Mengapa dia di sini? Kamu tak menculiknya kan, Basra? Apa kalian sepasang kekasih?"

"Iya."

"Tidak."

Sahut kami bersama dengan jawaban yang berbeda. Tunggu, iya? Aku menyikut perut Basra kencang, dia meringis. Tidak hanya itu mataku memelototinya. Apa maksudnya menjawab bahwa kami adalah kekasih? Ck! Amit-amit.

Ketua Soka tertawa.

"Saya hanya bercanda. Apa pun itu, terserah kalian. Yang pasti kamu adalah dokter yang lamban."

Pria tua ini ... jika dia bukan atasanku, sudah aku jambak rambutnya.

"Jika saja kamu cepat datang ke rumah sakit dan melakukan autopsi, Basra tidak akan mengambil kedua orangtuanya untuk langsung dikebumikan." Terdengar embusan napas dari Ketua Soka.

"Ini demi kebaikanmu padahal, Basra. Biar kita mengetahui apa yang dilakukan mereka kepada orangtuamu."

"Tidak apa paman, aku akan mencari tau sendiri. Orang tuaku tidak layak untuk dibedah-bedah seperti itu."

"Maaf jika saya tidak bisa melakukannya dengan cepat." Sahutku.

Membuat keadaan seketika menjadi hening.

Apa aku salah bicara?

Detik berlalu. Gelak tawa dari Ketua Soka memenuhi ruangan. Aku menatap Basra, memelototi tepatnya seakan aku bertanya lewat pikiran ke Basra. Apa yang lucu? Basra hanya mengangkat bahu acuh, dia pun tak tau apa yang ditertawakan oleh pamannya itu.

"Siapa namamu?"

"Aruma." Mulutku sudah membuka, siap menjawab tapi Basra lebih dulu membalas.

Aku menyunggingkan senyum. Atasan kok nda tau nama bawahannya. Untung bos.

REKTIFIKASI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang