11. Kedua Kali Bertemu

60 7 6
                                    

Tekan tanda 🌟 sebelum membaca!

Selamat membaca😁

°BAGIAN 11 : KEDUA KALI BERTEMU°

R e k t i f i k a s i

Ketukan pintu itu terdengar.

Derap langkah kaki maju menuju sini.

Aku menghela napas perlahan. Ternyata dokter dan perawat yang datang.

"Selamat sore, kita cek kondisi dulu ya, Ibu Aruma." Aku mengangguk.

Dokter ini tampan dengan jubah putih yang dipakainya dan kuperkirakan dia sebaya denganku. Jika saja ada Sagita di sini, dia pasti akan menggoda sang dokter.

Perawat di sebelah juga cekatan, memeriksa infus serta monitor denyut jantung.

Satu menit berlalu.

"Anda sudah dalam keadaan stabil. Besok diperbolehkan pulang." Aku balas dengan senyuman. "Terima kasih."

Ahya, aku teringat, saat dokter dan perawat itu hendak pergi, aku menahan mereka.

"Maaf, sebentar. Sebelum masuk tadi, apa ada seseorang di depan pintu?" Perawat itu menatapku. "Sepertinya ada, katanya dia suamimu dan akan pergi ke kantin dulu, membeli makanan."

Aku melirik ke arah pintu. Benakku dipenuhi pertanyaan. Suami? Saga? Bahkan kami pun belum menikah. Lantas, kenapa tak menelponku dulu jika sudah sampai di Sumatera? Dan darimana dia tau aku berada di sini?

"Baik, kami permisi." Lamunanku buyar, dokter dan perawat itu pamit. Mereka tersenyum hangat, aku mengangguk singkat dan balas dengan senyuman. "Terima kasih."

Aku mengambil smartphone dari atas nakas, mencari kontak Saga. Mengirim dia pesan singkat.

"Saga, kamu sudah sampai di Sumatera?"

Ayolah, baca.

"Tak ada sapaan pembuka dulu, eh. Belum sayang, hari ini ada pemberangkatan kereta satu kali lagi. Tiketku besok, Aruma."

Glek.

Aku menelan saliva susah payah. Jantungku berdegup dua kali lipat. Ada yang tak beres di sini. Seseorang mengawasiku sejak aku menginjakkan kaki di tanah Sumatera. Siapa pun dia, kuharap bukan hantu jadi-jadian. Sial! Siapa pun dia, orang itu masih berada di dekatku.

"Bukde tak asyik. Padahal aku ingin membuat kejutan kepadamu. Ada apa Aruma? Kamu baik-baik saja?

Notifikasi pesan masuk.

"Tidak ada apa-apa, kondisiku sangat baik."

Aku butuh menenangkan pikiran.

Tak terasa waktu sholat maghrib sudah tiba. Aku turun dari ranjang, ingin mengambil air wudhu, sholat membuatku merasa lebih baik. Jadi teringat masa kecil dulu, saat umurku sepuluh tahun. Setiap selesai sholat maghrib di masjid berjamaah bersama teman-teman, kami lanjut datang ke pengajian Guru Lein. Tadarus bersama dan mendengar pengajian dari Guru Lein.

Di saat sesi tanya jawab, selalu ramai.

Waktu kecil dulu, kami memang banyak ingin tau. Saat ada satu orang bertanya teman-temannya yang lain ikut nimbrung, tak kalah banyak bicara. Ah, aku rindu masa-masa dulu.

Ting!

Pesan masuk di smartphoneku, aku membuka, dari Sagita.

"Kerjaan dari Ketua Soka banyak sekali. Aku doakan Ketua Soka cepat pensiun. Aku banyak membeli makanan untukmu! On the way tempatmu, Arum. See!"

REKTIFIKASI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang