30. Maaf

18 4 0
                                    

30. MAAF

R e k t i f i k a s i

Perlahan kedua netra ini terbuka saat kurasakan guncangan ditubuhku dengan sangat kuat. Seseorang kini berada di atasku dalam keadaan tidak berbaju.

Seseorang itu adalah Agam.

Mulutku dibekap, tanganku diikat. Tangan pria bajingan itu dengan mudah meraba-raba seluruh tubuhku. Air mataku deras bercucuran, memalingkan wajah saat plester mulut ini dibuka oleh Agam ketika mulutnya hendak melahap bibirku dengan rakus.

Hiks ... siapa pun ... tolong aku .....

CUIIIIH.

"Sialan!" Agam mengelap salivaku dengan lidahnya. "Manis...."

"Kamu tidak perlu takut, sayang. Kita hanya sedikit bersenang-senang."

"Aku yakin Basra pun akan memperbolehkanku berada didalammu." Dia menyeringai kecil. "Setelah itu kamu ... akan kujual manis. Bersama dengan anak-anak yang lain."

"Ahh ... aku tidak sabar memasukimu Arumah ...."

Pria itu kini berhasil merobek jaket Basra ditubuhku. Tak sungkan-sungkan tali atas gaun putih pendek ini disobeknya.

Kecupan-kecupan kecil diberinya di sana. Tangan dan kakiku meronta-ronta meronta menolak keras tubuhnya. Agam dipenuhi nafsu. Dia beringas, kini dikuncinya kedua tanganku di atas kepala. Dia ingin menyerang bibirku. Kaki kekar Agam menjepit kedua pahaku, mengunci pergerakanku.

"Kumohon ... ja-ngaaan."

Agam melumat dengan rakus bibirku. Darah anyir keluar, bibirku terluka. Dia menggigitnya.

Setelah ini, aku ingin mati saja.

Mati ....

Maafkan aku ayah, ibu, Fathir, bukde, pakde dan ... Basra. Aku tidak bisa menjaga diriku sendiri.

Maafkan aku juga ... untuk nyawa yang ada diperutku ....

DORR

DORR

DORR

Waktu berjalan sangat lambat. Tik ... tok ... tik ... tok .... Ambruk. Di atasku. Agam mati. Dengan kondisi kening yang bolong. Darah muncrat mengotori seluruh wajahku. Aku menjadi saksi bisu untuk kedua kalinya seseorang mati tepat saat berada di atasku.

"Aruma ...."

Mayat ini disingkirkannya. Tampak dengan jelas wajah Basra dihadapanku. Aku memeluknya. Menenggelamkan wajahku diceruk lehernya. Malu dengan wajah yang mau ditaruh di mana. Aku ... aku tidak bisa menjaga diri.

Dalam lama keningku dikecup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam lama keningku dikecup.

Tangannya bergerak menghapus air mata yang mengalir deras ini. Pistol yang dipegangnya sudah berada dalam genggaman tanganku yang masih terikat. Pria itu mengarahkan pistol ini tepat ke jantungnya.

REKTIFIKASI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang