6. Selamat Datang, Cantik

82 10 4
                                    

Tekan tanda 🌟 sebelum membaca!

Selamat membaca😁

° BAGIAN 6 : SELAMAT DATANG, CANTIK °

R e k t i f i k a s i

Tiga Tahun Kemudian.

Waktu berjalan dengan cepat.

Aku melirik arloji di tangan. Pukul tujuh malam tepat. Lalu lalang orang-orang di Bandar udara atau sering disingkat bandara Ibu Kota Kalimantan Selatan selalu ramai. Operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya seperti bangunan terminal dan hanggar selalu siap open mic untuk memanggil penumpang, maupun memberitahukan kepada calon penumpang jika ada pesawat yang delay, semua informasi-informasi diakses oleh mereka.

Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.

Setiap bandar udara memiliki kode IATA dan ICAO yang berbeda satu sama lain. Kode bisa diambil dari berbagai hal seperti nama bandar udara, daerah tempat bandar udara terletak, atau nama kota yang dilayani. Kode yang diambil dari nama bandar udara mungkin akan berbeda dengan namanya yang sekarang karena sebelumnya bandar udara tersebut memiliki nama yang berbeda.

Aku tersenyum menatap dua orang dihadapanku sekarang.

Fatir tumbuh dengan sangat cepat, sekarang dia kelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Tinggi badannnya bahkan sudah melebihiku. Ada satu lagi yang perlu kukenalkan, seseorang yang mengisi tiga tahunku belakangan ini. Pertemuan tak sengaja dengan sapaan omongan yang ketus hingga berakhir menjadi sepasang kekasih.

Saga namanya.

"Coba saja aku bisa mengubah tiket pesawatmu itu menjadi kereta api, akan aku antar kamu sampai ke pelosok negeri."

Gombal.

"Aku berharap kamu baik-baik saja di sana." Aku mengangguk, memeluknya sebentar, lalu beralih ke Fatir.

"Jangan nakal sama bukde, Fatir. Ah ya, satu lagi. Setiap makan, kamu harus menghabiskannya, kita tidak boleh buang-buang makanan." Fatir memelukku. Dia menangis. Aku mengelus rambutnya pelan, "Mbamuk ini akan pulang."

"Fatir, jangan nangis, nanti kita beli es krim." Saga menyikut lengan Fatir, Fatir balas melotot, memukul pelan bahu Saga. Aku terkekeh pelan.

Operator layanan itu bersuara, para penumpang pesawat Halimun-J112 sudah dipanggil. Aku bersiap pergi. Melambaikan tangan ke mereka berdua. Tersenyum hangat. Jarak yang terbentang antara Kalimantan dan Sumatera yaitu 500 km bukan menjadi penghalang untuk kami tetap berkomunikasi. Aku pun berharap semoga kasus yang sedang kutangani ini cepat selesai. Agar bisa pulang.

Pesawat bersiap lepas landas atau take off dari bandara ibu kota. Aku memanjat doa semoga tidak ada masalah dan sampai dengan selamat. Ini penerbangan pertamaku!

Data statistik juga menunjukkan, saat take off (lepas landas) dan landing (mendarat) adalah fase paling rawan dalam sebuah penerbangan.Fase ini biasa disebut critical eleven atau sebelas menit paling kritis di dalam pesawat. Critical eleven terjadi pada tiga menit setelah pesawat take off dan delapan menit sebelum landing. Itu menjadi waktu krusial karena bisa terjadi hal yang tidak diinginkan.

Terjadi sedikit goncangan, tubuhku gemetar. Tanganku spontan memegang lengan seseorang yang ada disebelahku. Seorang pria memakai masker, dengan setelan pakaiannya yang serba hitam. Aku menahan napas, mataku memejam, berharap ini segera berlalu.

REKTIFIKASI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang