22. Tolong Jassy

37 4 0
                                    

Tekan tanda 🌟 sebelum membaca!

Selamat membaca😁

°BAGIAN 22 : TOLONG JASSY°

R e k t i f i k a s i

Beberapa anak rambutku bersiur-siur menelisik ke mata saat angin berembus kencang. Mobil Agam melaju sedang di jalanan ibu kota pagi hari. Setelah bertemu dengannya di restoran, kami langsung pergi menuju Royale Clash.

Jajaran gedung menjulang tinggi seakan menyamai langit semesta. Bunyi kelonteng sepeda berjalan jajanan. Suara klakson kendaraan bermotor yang sahut-menyahut berpadu karena mereka ingin cepat sampai ke tujuan. Setiap harinya ibu kota tidak pernah lepas dari kata padat dan ramai.

Aku sedikit mendongak ke atas. Logo besar Royale Clash terlihat dengan jelas dari bawah sini sejauh mata memandang di atas menara tower tinggi itu. Tepatnya hanya singkatan "RC" yang disinari cahaya terang berwarna putih.

Dalam bayang-bayangku yang melihat logo itu, samar-samar wajah Basra dengan perkataannya tadi pagi terlintas. Buru-buru kutepis. Pria itu telah mengotori otakku.

"Milikku, cantik."

"Semuanya, termasuk kamu, Aruma Beatarisa. Lebih dari tiga tahun, kamu hanya milikku."

PLAKK

Satu tamparan keras berhasil mengenai wajahnya.

"Kamu mengarang, ha...ha...ha. Minggir! Aku akan pergi sendiri! Setelah aku berhasil membongkar pembunuh orang-orang di Romagna, namamu akan kuhapus selamanya dari hidupku!"

Pria itu tergelak, meski tidak ada yang lucu sama sekali.

"Aku memberimu kesempatan satu kali untuk bertemu mantanmu demi kode brankas. Itu pun jika kamu berhasil, mungkin. Setelahnya, kamu tidak boleh bersamanya lagi."

DEGG

Pundakku disentuh oleh seseorang, lamunanku buyar, ternyata Agam.

"Kita sudah sampai, mari berjalan-jalan."

Kami turun. Entahlah kurasa semua tatapan mata kini tertuju ke arahku. Apa ada yang salah denganku? Aku melihat diriku sendiri dengan penampilan seadanya yang terkesan sederhana dan tidak terlalu mewah. Lalu tatapanku beralih ke Agam, pria itu sebelas dua belas dengan Basra. Tampilan monoton berjas hitam, bedanya aku belum pernah melihat Agam memakai kaos, sedangkan Basra, pernah sekali saat di mansion.

Ah, ya, aku lupa. Seseorang yang berjalan disampingku sekarang adalah penerus Royale Clash Agam Trissadegar, putra dari Abraham si pemilik Royale Clash.

Nuansa perusahaan yang begitu redup. Semua sibuk pada urusannya masing-masing. Hanya beberapa orang yang berhulur-hilir dan sesekali membungkuk hormat ke Agam. Agam orang yang ramah, masih sama seperti dulu. Tidak banyak yang berubah darinya.

Sekitar sepuluh menit aku diajak berkeliling dan akhirnya kami duduk di kantin perusahaan. Lagi, tatapan mata tetap tertuju ke arah kami. Bisikan-bisikan menelisik ke telingaku. Aku menghela napas, mengapa semua orang sibuk sekali menilai kehidupan seseorang yang bahkan belum tentu kenal dekat dengan orang tersebut.

"Aku mau ke toilet." Putusku.

Ini kesempatannya.

Agam mengangguk.

"Ikuti saja petunjuk arah, aku akan ke tempat kerjaku. Kamu bisa tanya ke resepsionis, temui aku di sana dan kita sarapan bersama."

Kami berpisah arah.

REKTIFIKASI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang