Stalker

445 56 13
                                    

Bobby tengah menikmati sekaleng bir dingin di tangannya, duduk di depan minimarket sembari menikmati hembusan angin malam saat kursi di depannya ditarik kasar.

"Oi!" pelaku penarikan kursi itu tersenyum kelewat lebar sambil berusaha mengatur napas, "Ternyata lo disini! Gue telpon ga diangkat"

Bobby menatapnya datar. Siapa cowok sinting tapi tampan ini, batinnya. Ia bangkit untuk pergi, tapi cowok itu mencengkeram lengannya.

"Kok pergi sih? Makan ramen dululah! Gue sampe stalking insta story lo loh buat tau lo lagi di mana, susah banget dihubungin"

Stalking.

Kali ini Bobby menatap mata cowok itu, yang berbinar memohon. Lalu pandangannya menyapu sekeliling, dan menemukan sesosok mencurigakan berdiri agak jauh dari tempat mereka duduk.

Stalker.

"Lo yang bayar"

"Thanks! Nama gue June. Gue bikinin ramennya sekarang" June berlalu ke dalam minimarket setelah memastikan Bobby kembali duduk di kursinya.

Lima suapan besar, ramen Bobby habis. Sementara orang di depannya jelas berlama-lama dengan makanannya.

"Masih ada ya?" bisik cowok itu. Bobby mengangguk singkat. Dari tadi ia memperhatikan si stalker yang sama sekali tidak mencoba untuk sembunyi, seperti menunjukkan bahwa 'Aku mengawasimu', dan itu terasa lebih menyeramkan bagi Bobby. June di depannya menghela napas gusar.

"Tunggu sampe dia pergi ya"

Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit. Stalker itu masih berdiri di tempatnya.

"Mau sampe kapan? Kayaknya dia ga bakal pergi"

"Oke, oke, gue abisin ramen dulu"

Dua puluh menit berlalu, tapi ramen itu bahkan belum habis setengahnya. June hanya mengaduk-aduk isi mangkuk hingga mie nya mengembang. Kakinya bergerak gelisah.

"Gue harus pulang sekarang, Ibu gue juga sendirian di rumah"

"Gue telpon temen gue dulu. Temenin sampe dia dateng. Ya? Oke?" June menatapnya penuh harap, Bobby kembali mengalah.

Sekarang anak itu mengutak-atik ponsel, menempelkannya ke telinga, kembali memencet tombol-tombol di benda pipih itu, ganti mendekatkannya ke sisi telinga yang lain. Begitu terus hingga delapan kali (Bobby menghitungnya), tapi sepertinya tak ada satu pun temannya yang menjawab.

"Tolongin gue" bisik June dengan mata berkaca. Bobby menghela napas, sudah tahu akan begini akhirnya.

"Ikut gue" Bobby tidak mungkin membawanya ke rumah atau rumah Ayahnya, jangan sampai Ibu dan dua Adik tiri kembarnya yang masih kecil menjadi target selanjutnya. Jadi yang dilakukannya adalah menuntun June ke motel terdekat, pilihan terbaik menurutnya. Bobby bisa merasakan stalker itu mengikuti mereka di belakang.

"Dia ikut masuk" cicit June pada Bobby yang tengah memesan kamar. Setelah menerima kunci, keduanya bergegas menuju kamar mereka.

"Lo utang banyak banget sama gue" kata Bobby sambil meletakkan barang-barangnya di nakas.

"Gue janji bakal lakuin apa aja yang lo minta"

"Bagus deh"

"By the way, nama lo siapa?"

"Bobby"

"Oke Bobby. Lo aja yang di kasur, gue gapapa kok tidur di lantai"

"Udah pastilah, gue yang bayar"

Hening.

"Lo ga pengen tau kenapa gue distalk?" tanya June yang sudah berbaring nyaman di karpet tipis.

"Nggak. Gue ngantuk"

"Oke"

Hening lagi.

"Lo bawa motor? Tadi gue liat ada kunci"

"Kunci gembok sepeda"

"Ooh"

Hening cukup lama. Bobby kira June sudah tidur.

"Lo--"

"Tidur, Jun"

"Oke, maaf"

Kali ini benar-benar hening, keduanya sudah pergi ke alam mimpi masing-masing.

Paginya Bobby terbangun dan tidak menemukan June di mana pun. Begitu pula dompet, ponsel dan kunci gembok sepeda yang semalam ia simpan di nakas, kini digantikan oleh secarik kertas kecil. Bobby mengambilnya dan membaca isinya.

Hai Bobby, sayang banget gue ga bisa pamit secara langsung. Oh iya, makasih uangnya, bakal gue pake dengan baik!
P.S. Sepedanya gue pinjem
P.P.S. Yang semalem itu kembaran gue Chanwoo

END

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 03, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fantastic JunbobWhere stories live. Discover now