2015
SMA 2. Aku benar-benar tak menyangka bisa masuk kesini. Aku merapihkan rambutku dan seragamku, juga membetulkan posisi nametag ku. Katanya, sekolah ini sangat menjunjung senioritas. Tapi, yang kulihat baik-baik saja kok.Kelas X-B. Kududukkan diriku di kursi yang tersisa, karena Aku datang agak terakhir. Untungnya, Aku tidak terlambat. Bayangkan saja bagaimana reaksi para senior jika melihat anak barunya telat.
"Eh, hai! Kenalin Gue Dena Puspa." Seorang cewek membalikkan badannya, menghadapku. Sedangkan cowok disebelahnya terlihatvtak peduli.
"Lira Andalusia."
"Nama Lo bagus banget!" Pujinya, membuatku tersenyum.
"Makasih, lo baik banget sama Gue." Balasku.
"Ehm, ehm." Suara dehaman keras menghentikan percakapanku dengan Dena. Ternyata, senior dari OSIS sudah datang.
"Hai semuanya ! Kenalkan, saya Rei. Saya Ketua OSIS SMA 2, dan akan menjadi mentor X-B selama MOS. Dan ini Aldi, Sekretaris OSIS SMA 2." Semua perhatian terpaku pada Kak Rei, begitu kuat kharismanya. Sedangkan kak Aldi, wajahnya terlihat supersinis, berbanding terbalik dengan partnernya di sebelahnya.
Tok tok tok! Pintu kelas diketuk dengan keras, membuat kami terkejut. Lalu, pintu terbuka. Siapapun yang mengetuknya bahkan tak menunggu untuk dibukakan.
"Eh, udah mulai ya? Maap kak, Gue eh Saya telat, hehe." Seorang cowok dengan dandanan cukup rapi tapi bersikap sangat serampangan masuk. "Saya duduk disitu aja ya kak, kosong tuh kan? Pegel nih kak, bawaan buat ospeknya banyak banget!" Cerocosnya, sembari berjalan ke arah kursi kosong tepat disampingku.
Kak Rei dan Kak Aldi masih melongo, mungkin tak menyangka punya calon adik kelas begitu gak tahu malu.
"HEH! SIAPA YANG SURUH KAMU MASUK DAN DUDUK, HAH?" Suara keras Kak Aldi membuat telingaku sakit. Tapi, si cowok yang entah bego atau tolol ini tetap menaruh tasnya di kursi dan duduk.
"KAMU BUDEK, HAH? KELUAR CEPAT! LARI KELILING 10 PUTARAN DI LAPANG!" Teriak Kak Aldi lebih keras. Sedangkan Kak Rei hanya menatap cowok bego ini tajam, dengan tatapan yang mengintimidasi.
"Jangan lupa buat ngomong 'saya berusaha sopan' selama 10 putaran." Kata Kak Rei dingin.
"Siap kak!" Cowok itu memberi hormat pada Kak Aldi dan Kak Rei, lalu keluar dan mulai mengelilingi lapangan. Kelakuannya benar-benar membuat kami semua menggeleng.
Di atas meja, terlihat sebuah buku asing. Punya cowok bego tadi?
Dengan kepo, Aku membaca nama yang tertera. "Kiki Satya Andiputra." Aku bergumam pelan.
"Nah, kita mulai aja ya, MOS hari pertama." Ucap Kak Rei.
Samar, Aku mendengar teriakan 'Saya berusaha sopan' dari luar kelas.
***
"Haiiii ! Gue Kiki ! Gue bakal jadi temen sebangku lo!" Cowok itu mengulurkan tangannya.
"Lira." Ucapku. Dia baru saja masuk setelah menyelesaikan tugasnya lari mengelilingi lapangan tepat setelah bel istirahat.
"Lira! Gue bisa istirahat bareng lo kan?" Dena mengeluarkan kotak bekal Tupperware ungunya, dan sekotak jus kemasan.
"Oyy Rafa, kantin yuk!" Kiki menepuk keras bahu cowok yang duduk dengan Dena. Cowok itu memutar matanya, tapi tetap berjalan mengiringi Kiki.
"Dia temennya sejak SD. Barusan Rafael cerita. Si Kiki, temen sebangku lo itu anaknya emang gitu dari dulu. Serampangan, tapi ceria." Dena bercerita panjang lebar. Aku tak menyangka Dia bisa mengobrol dengan cowok yang kuanggap sedikit dingin.
"Nanti, Abis MOS kan duduk kita udah bebas nih, kita duduk bareng ya, Lira?"
"Oke, Dena." Senyumku.
***
Minggu depannya, Aku duduk bersama Dena di barisan ketiga, dengan Kiki dan Rafael di belakang kami, baris paling belakang. Kiki benar-benar tak henti-hentinya mengangguku, atau sekedar membuatku tertawa.
Singkatnya, Ia membuatku nyaman berada disini.
"Kita sahabatan yuk!" Ucapnya suatu hari di parkiran sekolah, saat Aku menunggu Papa datang.
"Gue gak tahu sahabatan butuh confess. Udah kayak nyatain cinta aja," Kataku geli.
"Loh, kita kan beda, We break the rules. Yayayaya? Nanti kita bikin perkumpulan orang-orang jenius, isinya Gue, Rafa, Dena dan lo."
Aku tertawa. "Jenius dari hongkong!"
"Eh, jangan salah. IQ gue paling tinggi tau waktu gue tes!"
"Berapa?"
"89!" Aku lagi-lagi tertawa.
Benar, Kiki membuat ini semua menjadi mudah.
*****
Haiii ! Gimana ceritanya? Suka enggak? Hope you like it! Jangan lupa buat Vote dan Comment ya, Terimakasih All!
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji [END]
Teen Fiction2 tahun lalu, saat tak sengaja duduk semeja dengan Kiki Satya Andiputra, Lira Andalusia tak pernah menyangka akan bersahabat dengan cowok berkelakuan absurd-tapi-jenius itu. 2 tahun, adalah waktu yang cukup lama bagi Lira. Banyak hal yang sudah dil...