"Lira, Papa nggak bisa jemput, maaf ya, Papa mendadak harus ke Jakarta. Mama pulang agak malem katanya. Hati-hati ya." Tut, Papa mematikan sambungan telponnya.
Aku memandang ponselku, termangu. Jam segini, emangnya masih ada angkot menuju rumahku?
Langit menggelap, dan jam tanganku sudah menunjukkan pukul 5 sore.Aku memandangi sekolah yang sudah sepi. Harusnya aku nggak menolak tawaran Kiki diantar pulang. Tapi melihat wajahnya yang berubah saat menerima telpon dari Mamanya, aku jadi merasa seperti parasit kalo menerima tawarannya.
Dan akibat aku yang terlalu pengertian, kini aku sendirian menunggu angkot atau bus, atau apa sajalah yang bisa membawaku pulang.
"Belum pulang, neng?" Tanya Pak Setyo, satpam kesayangan SMA 2.
"Belum nih pak, nunggu angkot."
"Loh, biasanya dijemput sama bapaknya neng?"
"Papa lagi ada acara di Jakarta." Jawabku.
"Kalo aden Kiki kemana neng?" Pak Setyo bertanya lagi.
"Udah pulang pak, ada acara kali." Aku tak sepenuhnya berbohong kan? Kiki aja yang gak mau cerita.
Pak Setyo manggut-manggut. "Hati-hati ya neng, sekolahnya udah sepi. Yaudah neng, bapak masuk dulu." Aku mengangguk, dan memandang laki-laki berusia 40an tahun itu masuk ke dalam.
Huft, sendirian lagi.
Tin! Tin! Suara klakson mobil menyadarkanku dari lamunan. Sedan putih? Kayaknya kenal. Saat kacanya dibuka, aku tersenyum.
"Belum pulang, ra?" Tanya cowok manis itu.
"Belum." Jawabku. Dia tersenyum.
"Mau gue anter?" Tawarnya. Senyumku makin lebar.
"Nggak ngerepotin?" Cowok itu menggeleng. Lesung pipitnya membuat wajah orientalnya makin manis.
Dalam seminggu sekolah, superbanyak surat warna-warni berisi kata-kata gombal dari secret admirer yang ditujukan buat Kent. Yah, resiko cowok ganteng.
Aku akhirnya masuk ke mobil Kent. Ini kedua kalinya Kent mengantarku pulang.
"Beneran kan gak repot?" Aku memastikan.
"Nggak lah. Tapi gue mau ke toko buku dulu, nggak papa kan?" Mataku berbinar.
"Gak papa. Gue suka kok ke toko buku."
Yap, keputusanku untuk ke toko buku bersama Kent memang gak salah. Dia punya selera buku yang sangat-sangat bagus, dan juga nyambung banget denganku! Pertama kalinya aku menemukan partner yang tepat untuk ke toko buku! Kent juga paham buku-buku milik penulis kesukaanku, intinya kita cocok banget kalo ngomongin buku.
Gak kayak Kiki, baru 5 menit di toko buku aja udah ngantuk.
Kent membeli novel bahasa inggris dan buku tentang psikologi. Sedangkan aku? Menunggu bukunya Alexandra Xue yang belum terbit. Yha."Emang rumah lo di mana?" Tanyaku pada Kent.
"Di jalan Tulip, perumahan Kembang Indah." Katanya. Aku manggut-manggut. Agak familiar deh sama nama kompleksnya....
"GUE JUGA KAN DI KEMBANG INDAH?" lemot banget gak sih? Kent malah ketawa terbahak-bahak melihat kelemotanku.
"Lah emang." Kent masih berusaha menahan tawa.
"Kok gue lemot ya?"
"Emang?" Aku memukul pelan lengan Kent, sedangkan tawa Kent makin keras.
"Iya, iya ampun, ampun." Kent menyerah, tapi masih terkikik.
Tak lama, aku sampai di depan rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji [END]
Teen Fiction2 tahun lalu, saat tak sengaja duduk semeja dengan Kiki Satya Andiputra, Lira Andalusia tak pernah menyangka akan bersahabat dengan cowok berkelakuan absurd-tapi-jenius itu. 2 tahun, adalah waktu yang cukup lama bagi Lira. Banyak hal yang sudah dil...