17 : Ayo Membuat Kenangan Baru!

130 13 0
                                    

"Aku usahain pulang deh, tanggal 31." Kata Kent.

"Ah, nggak papa, kok, kalo kamu nggak bisa."

"Nggak, aku harus ada di samping kamu pas tahun baru, pokoknya." Tegas Kent.

"Kalo bisa sih, Alhamdulillah, kalo nggak bisa juga nggak papa. Salam buat Kakak kamu, ya!"

"Iya, pasti. Kakak nanyain nih, 'kenapa nggak bawa Lira?' Hahaha!"

"Kalo jauh-jauh gitu aku nggak boleh, jadi sori banget ya, nggak bisa ikut ke acara pernikahan Kakak kamu."

"Ah, nggak papa. Jaga diri baik-baik, oke?"

Aku mengangguk. "Hm, pasti."

Klik.

Nggak kerasa, ya, sekarang udah tanggal 29. Kayaknya, baru aja aku merayakan tahun baru 2017 bareng Kiki, dan sekarang udah mau 2018 aja.

Waktu berjalan cepet banget. Sebentar lagi aku bakal Ujian Nasional, sekitar 3 bulan lagi. Setelah itu, aku bakal masuk ke kehidupan kampus yang nggak mungkin sama kayak jaman SMA.

I'm gonna miss it.

***

Tanggal 31. Walau jam baru menunjukkan pukul 8 malam, aku sudah siap dengan Dress berwarna burgundy ini.

"Lira! Udah dijemput, nih!" Teriak Mama dari bawah. Jariku berhenti mengatur rambut. Barusan, Kent bilang baru berangkat dari Jakarta, kenapa udah sampe lagi? Apa dia mau membuat kejutan?

Saat aku turun dengan tas tanganku, aku melihat seseorang.
Yang pasti, Dia bukan Kent.

"Lho Ma! Katanya aku udah dijemput?" Protesku.

"Lah iya, itu Kiki udah nunggu. Rapih amat, mau pada kemana sih?" Tanya Mama kepo.

Kiki memakai jas hitam, lengkap dengan dasi kupu-kupu yang lucu banget.

Ia menyodorkan lengannya.

"Tapi aku ada janji sama Kent..."

"Dia belum dateng, kan? Makanya, ayo kita pergi, sebelum Kent dateng." Ucapnya santai.

Jadi, aku mau diculik, ceritanya?

Kiki menarik tanganku, tak sabar. "Lama, sih. Tante, aku pinjem Lira dulu, ya!"

"Hati-hati, ya! Bawa pulang dengan selamat, ya!" Jawab Mama dari dalam.

"Siip!"

Mama dan Kiki entah mengapa sama-sama suka teriak-teriak.

"Terus, kita mau kemana?" Kulihat sebuah taksi berwarna silver terparkir di depan rumahku.

"Udah, ikut aja, deh, jangan kepo." Kiki membukakan pintu untukku--kebiasaannya yang membuatku terhormat-- dan masuk setelahku.

"Pak, langsung, ya." Ucapnya pada supir yang segera mengangguk.

Apa aku doang yang nggak tahu kita mau kemana?

Seperti biasa, malam tahun baru ini macet banget. Tapi, dengan hebat supir taksi ini menjalankan mobilnya dengan mulus, lalu satu jam kemudian, kami sampai di sebuah tempat.

AmazingLand, ah, bukan.

Ini restoran bubur kecil tempat aku makan pagi bersama Kiki tempo hari.

"Duh, sori ya, gue nggak ngajak makan ke La Society, Sushi Tei, atau Michelli. Gue cuman bisa ngajak kesini." Kata Kiki.

"Wah, neng sama aa' yang waktu itu, ya?" Sapa bapak tua yang waktu itu melayani kami.

"Malam, pak!" Sapa Kiki. "Bapak nggak taun baruan, nih?"

Janji [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang