"Ra, denger nggak aku ngomong apa?"
"Hah?"
Kent menggelengkan kepalanya. "Pikiran kamu lagi kemana emang?"
"Ah, enggak. Lagi ngelamun aja, kok."
"Ngelamunin apa? Kiki?"
Right.
"Bukan, kok. Nggak ngelamunin apa-apa, ngelamun aja."
Iya kok, emang mikirin Kiki. Dia lagi apa? Dimana?
"Sakit, ya? Aku anter pulang aja, yuk?" Kent menyentuh tanganku. Kusunggingkan senyum kecil. "Ya, ayo."
Aku nggak mungkin kan bilang padanya kalo aku mengkhawatirkan cowok lain? Sekalipun itu sahabatku sendiri?
"Istirahat, ya? Obat yang aku beliin juga makan. Oh iya, besok aku mau ke Jakarta, ya?"
"Mau ngapain?"
"Mm...sedikit kangen. Tapi Rabu aku balik, kok. Jaga diri ya? Dah Lira." Kent mencium keningku agak lama, hingga kupikir ia takkan melepasnya.
"Thank's, Kent."
"Your welcome, my princess."
Kuhela nafas setelah mobil putih itu berlalu.
Bisa-bisanya seorang cowok bernama Kiki Satya Andiputra mengambil alih seluruh otakku, menyisakan secuil hanya supaya aku bergerak bagai zombie.
***
Ah, hari Minggu. Setelah malam minggu tadi menghabiskan waktu dengan Kent dan nggak tidur, kurasa tidur di hari Minggu nggak dosa.
"Lira!"
Dan niat itu pupus setelah wajah Mama terlihat dari sela pintu.
"Mama mau bikin kue, nih. Mumpung lagi mood. Kamu beliin tepung sama gula, gih."
Kulirik jendela di sebelah kananku. "Mama sadar nggak kalo sekarang baru jam lima tigapuluh?"
"Sadar, dong. Ke minimarket 24 jam aja, kalo jam segini kan masih sepi."
"Yaudah." Aku memakai jaketku, lalu mengambil dompet. Kemudian, aku mengendarai sepedaku.
Perintah Mama nggak sepenuhnya menyebalkan, sih. Aku menyukai udara pagi yang belum tercemar, lalu burung-burung yang berkicau, dan langit yang perlahan berubah warna.
Oke, harusnya aku berterimakasih pada Mama.
"Terimakasih, datang lagi ya." Sapa mbak-mbak dengan mata sayu.
Saat aku keluar, langit sudah sepenuhnya berwarna biru. Dengan cepat, kukayuh sepedaku menuju rumah.
Di depan rumah, alih-alih Mama, malah cewek dengan senyum lebar yang menyambutku.
"Kak Raia!" Aku memeluk cewek setengah kaukasia itu.
"Wah, udah lama juga ya nggak ketemu, kangen." Katanya.
Kulepaskan pelukanku, lalu menatapnya senang.
"Ehm, gula sama tepung Mama sini dulu dong, baru kangen-kangenan." Mama menyelaku dan Kak Raia.
Kukerucutkan bibirku, sembari memberikan plasti sedang itu ke arah Mama. "Mama ngerusak momen aja deh." Gerutuku.
"Nah, sekarang lanjutin. Mama mau bikin kue dulu, babay!" Dan kemudian, sosok Mama menghilang.
"Kakak dateng sendirian aja?"
"Hah? Iya, sendirian. Emang kudunya sama siapa?"
"Om ganteng mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji [END]
Teen Fiction2 tahun lalu, saat tak sengaja duduk semeja dengan Kiki Satya Andiputra, Lira Andalusia tak pernah menyangka akan bersahabat dengan cowok berkelakuan absurd-tapi-jenius itu. 2 tahun, adalah waktu yang cukup lama bagi Lira. Banyak hal yang sudah dil...