"Sebenarnya kita harus menunggu berapa lagi? Bagaimana kalau putri sudah mati kelaparan?!"
"Manusia bisa hidup tanpa makan dan minum sampai tujuh hari, kau tak tahu itu?!"
"Tapi, ini sudah dua hari."
"Baru dua hari!"
"Ini tidak baik untuk putri, aku sangat kahawatir." pria itu mulai meringkuk resah.
Natsu sekarang mengerti kenapa Sasuru selalu marah saat dirinya mulai tak sabaran dan tidak bisa mendengarkan instruksinya. Dia mengacak rambutnya sendiri frustasi.
Jauh dalam dirinya, dia juga merasa resah karena hanya bisa menunggu. Tapi, kalau dia tidak tenang, dua orang yang saat ini bergantung padanya akan lebih kacau lagi.
Diliriknya Moegi yang akhirnya sudah menangis tersedu-sedu beberapa saat lalu, kemudian menghela napas.
Sebuah sapu tangan diulurkannya, "Ini, jangan mengotori baju mu dengan air mata."
Moegi terdiam sejenak dan menerima benda itu, dia mulai menyapu pipinya yang basah.
Pemuda musim panas dihadapannya kembali memandangi bagian luar jeruji. Moegi sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkannya.
Sejak awal tertangkap Natsu sudah melepaskan borgol rantai yang mengikat mereka dengan mudah. Dia bahkan membuka kunci pintu jeruji yang menahan mereka.
Tapi, alih-alih pergi keluar dan melarikan diri. Anak laki-laki itu malah melumurkan cairan tak jelas di sel mereka. Dan, meminta semua orang untuk tetap berpura-pura terikat.
Walau akting itu sepertinya tidak diperlukan lagi, karena sekarang pria berhakama itu sibuk memegangi kepalanya, Moegi sibuk menghapus air mata, dan Natsu bertopang dagu terlihat bosan menunggu.
"Hei, Panda."
Julukan yang tiba-tiba terlintas dikepala Natsu karena melihat kantung mata hitam dari lawan bicaranya mengundang protes. "Shigeru! Sudah ku bilang nama ku Shigeru, kan!"
"Ya, terserah. Kau bilang kau melihat sel tempat putri di sekap saat mereka membawa kita kemari, kan?"
Walau masih kesal, pria berambut cerah itu mengangguk.
"Ada dimana?"
"Dua sel diarah timur." pemuda itu menunjuk arahnya.
"Kalau begitu, bersiaplah mengantar ku kesana." Natsu berdiri, dia mengulurkan tangannya ke arah Moegi dan berkata "Kau juga. Masih sanggup berlari, kan?"
"Ba-bagaimana dengan penjaganya?" Moegi meraih tangan itu untuk bangkit, dia masih memandangi Natsu tidak mengerti.
Natsu hanya tersenyum, lalu berucap "Sudah dibereskan."
"Eh?"
"Natsu-kun." Fumime mendarat di depan sel mereka. "Putri?"
Natsu membuka pintu sel, dengan satu jari memberi isyarat untuk orang-orang didalam sana keluar. "Waktunya bekerja, panda."
"Shigeru!"
Pemuda itu keluar dan mulai berlari, Natsu mengikuti.
"Moegi!"
"Konohamaru-chan.." Moegi menghambur kepelukan Konohamaru, anak laki-laki itu menepuk kepala Moegi pelan, "Yosh yosh."
Baru saja Fumime ingin bergabung dengan mereka, suara alarm terdengar lantang.
Cahaya lampu yang menerangi mereka berubah menjadi merah, hidup mati seirama dengan nada alarm.
"Si-siapa yang memicu alarmnya??" Konohamaru mulai panik, berpikir rencana mereka ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uchiha Untold Story
Fanfiction".....karena kita keluarga shinobi, kuatkanlah hati mu." Fumime Uchiha Satu-satunya anak perempuan dalam keluarga inti Fugaku Uchiha. Kehilangan orang tuanya bahkan sebelum dia bisa mengingat dengan baik. Tetap menyayangi dan menjaga kedua kakaknya...