Gaiiiss, ampuni aku karena telat upload, aku mengalami writer's block yang luar biasa menyusahkan :'')
Semoga chapter ini tidak mengecewakan kalian.
Selamat membaca! <3****
Hidup manusia yang singkat sering kali membawa penyesalan. Baik bagi orang-orang yang ditinggalkan, mau pun meninggalkan. Entah karena kalimat yang belum sempat terucap, atau keinginan yang belum sempat terwujud. Apapun bentuk penyesalan itu, yang manusia bisa lakukan hanya terus melangkah maju.
Fumime berdiri diantara puluhan ribu shinobi lainnya. Ditengah-tengah barisan prajurit yang siap turun ke medan perang dan menyerahkan nyawanya. Sorak-sorai semangat membuat jantungnya berdebar, dan sekujur tubuhnya merinding.
Kesalahan apapun yang pernah terjadi dimasa lalu, dendam, permusuhan, hari ini semua itu dihapuskan, yang ada hanya saling bahu membahu tanpa pandang latar belakang. Pidato dari Kazekageーbukan, dari komandan perang, Garaa, membuat semua semakin bersorak satu suara.
Ditataplah oleh Fumime orang-orang yang berdiri gagah diatas podium itu yang dikenal sebagai pemimpin masing-masing pasukan. Salah satu diantara mereka berambut putih sangat tak asing, laki-laki arogan yang Fumime benci sifatnya.
Sosok yang terlihat sangat tidak serius. Selalu membaca buku tidak senonoh dihadapan semua orang, datang terlambat disetiap pertemuan. Walau begitu, dibalik semua sikap santai dan acuhnya, dia memendam penyesalan yang besar.
Fumime menyentuh punggung Kakashi, dengan panik bertanya "Sensei, baik-baik saja?"
Laki-laki itu tak menjawab, keringat mengalir deras di pelipis, napasnya berat tak beraturan.
Itu terjadi tiba-tiba saja, tidak ada musuh yang menyerang, tidak juga sedang melakukan latihan berat, Kakashi hanya sedang berdiri di depan monumen pahlawan dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya meringkuk dan terlihat sangat kesakitan.
Fumime menggunakan ninjutsu medis, mencari sumber sakit itu, namun tidak menemukan apapun. Yang gadis itu bisa lalukan pada akhirnya hanya mengalirkan cakra untuk membuat guru sharingannya itu merasa lebih relax.
"Terima kasih." Ucap Kakashi setelah berhasil mengusai dirinya kembali. Kerutan di dahinya terlihat lelah dan tak nyaman, "Kenapa kau ada disini?"
Fumime terperanjat, dia baru teringat kalau keberadaannya seharusnya disembunyikan. "A-AHAHAHA-I-IYA YA, KENAPA YA?" Tawanya canggung.
Kakashi terlihat tak terlalu peduli, dia berdiri dan pandangannya kembali kosong menatap nama-nama yang ada di monumen itu.
"Aku mengikuti sensei sejak pagi." Fumime heran sikap Kakashi yang pertama kali dilihatnya. "Karena sensei selalu terlambat, aku jadi penasaran apa yang sebenarnya sensei lakukan. Maksud ku, sensei selalu saja berdalih ada nenek-nenek tua yang butuh bantuan, jam beker yang rusak, bahkan sampai tersesat dijalan, apa sharingan sensei menyebabkan buta arah?!" Keluh Uchiha itu panjang lebar.
Diliriknya laki-laki yang masih tak merespon itu. "Aku terkejut saat pagi tadi melihat sensei sudah keluar dari mansion jounin, aku pikir, hari dimana seorang Hatake Kakashi tidak terlambat sudah tiba, ternyata sensei malah berdiri sangat lama disini dan tiba-tiba kesakitan."
"Dengan kata lain, kau menguntit ku selama empat jam kebelakang?"
Fumime tergagap, sesantai-santainya Kakashi, beliau juga bisa saja marah, padahal sudah diajari macam-macam tapi Fumime selalu bersikap tak sopan.
"Aku sama sekali tak menyadarinya, kau semakin mahir sebagai shinobi." Ujung kepala Fumime ditepuk pelan. Sebuah gestur yang tidak pernah Fumime bayangkan dari Kakashi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uchiha Untold Story
Fanfiction".....karena kita keluarga shinobi, kuatkanlah hati mu." Fumime Uchiha Satu-satunya anak perempuan dalam keluarga inti Fugaku Uchiha. Kehilangan orang tuanya bahkan sebelum dia bisa mengingat dengan baik. Tetap menyayangi dan menjaga kedua kakaknya...