Classic 10

2.4K 366 43
                                    

Kizutsuite kizutsuite naite naite tsuyoku nare subete
[Hurting, hurting, crying, crying all of it makes you strong]
Niji no Sora
『Naruto Ending 34』

Kizutsuite kizutsuite naite naite tsuyoku nare subete[Hurting, hurting, crying, crying all of it makes you strong]Niji no Sora『Naruto Ending 34』

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuatu yang sangat dingin ada di puncak kepalanya. Tubuhnya terasa panas dan menggigil disaat yang bersamaan.

Sepertinya, dia sedang demam.

Aroma lavender tanda dia sedang ada dikamarnya. Fumime membuka matanya yang berat. Mencari tahu apa yang sudah dia lewatkan.

"Sensei..." suara parau menyambut pria yang memasuki ruangan itu.

Yamato duduk disebelah ranjang, meletakan nampan berisi makanan yang dibawanya diatas nakas.

"Kau tau aku tidak bisa ninjutsu medis, kan?" dia mengambil kompres yang ada di dahi Fumime, meletakannya kembali ke ember berisi es batu disebelahnya. "Tapi, tempat ramai seperti rumah sakit pasti tidak nyaman bagi mu saat ini."

Kepala Fumime tidak terasa perih walau dia ingat dengan apa yang dia lakukan terakhir kali, dan tahu luka seperti apa yang seharusnya dia alami.

Fumime menatap senseinya, dibalas dengan tatapan penuh perhatian oleh Yamato. Tubuhnya dibantu duduk dengan sangat hati-hati.

Matanya menangkap sebuah memar ditangan kanan gurunya, memberi jawaban atas kelinglungannya sejak tadi.

Tangan gurunya pasti sudah menjadi bantalan bagi dahinya saat benturan keras terjadi.

"Kamu harus makan sesuatu."

Kepulan asap dari mangkuk yang dipegang Yamato sama sekali tidak menarik bagi Fumime.

Dia tidak lapar.

Sejak orang tuanya meninggal, Fumime benar-benar menjaga tubuhnya, dia bertekad untuk tidak pernah sakit, agar tidak merepotkan kakaknya. Dia menjaga pola makan, pola tidur, tidak terlalu lama berada diluar rumah saat cuaca dingin semua dia lakukan agar kakaknya tidak kesal karena harus merawatnya.

Dia juga menjaga diri dengan baik, agar dia bisa menjaga kakaknya seperti apa yang dia janjikan pada Ibunya.

Tapi semua percuma, keluarga satu-satunya yang tersisa pun meninggalkannya sendiri di Konoha. Dia sudah dibuang, karena tidak berguna, karena merepotkan.

Andaikan dia terlahir sedikit lebih cepat sehingga mampu berdiri sejajar dengan kakaknya.

Andaikan dia terlahir sedikit lebih cepat sehingga kakaknya tidak menganggapnya sebagai anak-anak, dan mau mendengarkan suaranya.

Jemarinya menggenggam erat selimut yang menutupi separuh tubuhnya, terlalu erat sampai noda-noda merah menampakan diri disela-sela perban ditangannya.

Tidak, bukan itu yang sakit. Hatinya yang sakit.

Aku ingin pergi ke tempat ayah dan ibu. Aku tidak ingin sendirian. Tolong aku.

Apa gunanya dia tetap hidup kalau semua orang meninggalkannya, kan?

Uchiha Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang