"Putri.... putri... selamatkan putri..." gumam seorang pemuda dengan bibirnya yang kering.
Fumime menghentikan kegiatannya, dan duduk bersimpuh disebelah dipan tempat pemuda itu terbaring. "Apa putri sedang dalam bahaya?"
Pemuda itu hanya menatap Fumime lemah, lidahnya kelu tak lagi mampu berucap.
Setelah beberapa detik Fumime memutuskan untuk menyentuh tangan pemuda itu, "Kami akan berusaha." Ucapnya sebelum pergi dan melanjutkan pekerjaannya.
"Bagaimana?" Tanya Sasuru saat mereka berpapasan. Dia mengambil baskom air yang dibawa Fumime untuk mengurangi beban gadis itu.
"Dibandingkan wabah penyakit, ini lebih terlihat seperti keracunan makanan." Fumime memperhatikan orang-orang yang terbaring dalam gubuk itu. "Gejala demam, batuk, dan gatal yang mereka alami tidak berasal dari virus, itu efek racun."
"Jadi isu bahwa penyakit ini menular tidak benar?"
Fumime mengangguk.
"Siapa yang menyebarkan kabar palsu ini..." Sasuru menggigiti ibu jarinya.
"Fumime-chaan~ kami sudah membawa tanaman yang kau mintaa." Natsu datang bersama Moegi sambil berlari kecil.
Gadis yang dipanggil hanya melambaikan tangannya dari pintu masuk gubuk yang terbuka itu.
Dia memastikan lagi isi keranjang yang dibawa oleh kedua temannya.
"Aku lemah pada pengobatan racun, karena belum menguasai elemen air aku tidak bisa mengeluarkan racunnya begitu saja. Tapi, aku akan mencoba membuat penawarnya." Fumime menatap Sasuru lurus. "Urusan yang disini serahkan saja pada ku, setelah Udon dan Konohamaru selesai memberi kompres ke semua pasien, kalian pergilah melanjutkan misi, aku khawatir dengan putri."
Sasuru terdiam, otaknya berpikir keras, yang dikatakan Fumime mungkin benar yang terbaik, hanya saja, meninggalkan gadis itu sendirian sangat tidak menenangkan hati.
"Aku mengerti. Konohamaru akan tetap tinggal untuk membantu mu, tidak apa kan?"
Fumime menoleh pada Konohamaru yang masih sibuk dengan handuk-handuk basah. Dia mengangguk.
"Menurut info yang aku kumpulkan beberapa warga desa akan datang membawa makanan di jam tertentu untuk para pasien. Tapi, mereka hanya mengantar sampai didepan gubuk karena khawatir tertular."
"Ck. Itu yang membuat banyak pasien disini mati pada akhirnya." Fumime menggertakan giginya kesal. Mengingat betapa mengerikannya pemandangan didalam gubuk itu saat dia pertama kali masuk.
Beberapa mayat dibiarkan membusuk di dipannya, beberapa lagi sudah tak sadarkan diri. Orang-orang dengan gejala paling ringan menangis di pojok ruangan menanti kematiannya.
Orang-orang itu berteriak menyuruh Fumime menjauh, sangat histeris, memerintahkan Fumime untuk melakukan tugasnya mencari putri tanpa memperdulikan mereka.
Nampaknya racun itu juga mempengaruhi psikologi mereka, membuat mereka menjadi gila.
Setelah memastikan bahwa penyakit itu tidak menular Fumime dan teman-temannya membersihkan tempat itu. Merawat semua pasien dengan layak. Meminjam beberapa peralatan ke warga desa.
"Kalau begitu kami pergi dulu." Pamit Sasuru setelah Konohamaru dan Udon kembali bergabung dengan mereka. Dia menatap Konohamaru lama, membuat anak laki-laki itu mengira dirinya sedang menantang Konohamaru bertarung.
"Bagaimanapun, Fumime juga ninja, kau tidak bisa menyuruhnya duduk diam saja di desa. Terang-terangan melindunnginya atau meminta orang untuk melindunginya juga akan melukai harga dirinya. Jadi, biar kan saja. Dia pasti akan baik-baik saja. Kemarin pun walau sendirian dia bertahan, dan berhasil kembali ke desa walau babak belur, kan? Jangan meremehkan tekat perempuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uchiha Untold Story
Fanfiction".....karena kita keluarga shinobi, kuatkanlah hati mu." Fumime Uchiha Satu-satunya anak perempuan dalam keluarga inti Fugaku Uchiha. Kehilangan orang tuanya bahkan sebelum dia bisa mengingat dengan baik. Tetap menyayangi dan menjaga kedua kakaknya...