Part 2 - Pertemuan tak terduga

4 0 0
                                    

Semenjak kejadian satu minggu lalu, Reza tak terlihat lagi, entah dia hilang kemana. Ail pikir Reza hanya tak bisa menjemputnya ketika pulang sekolah ternyata hingga detik ini dia benar-benar tak terlihat, ada apa ini? kenapa aku memikirkannya? Ail tak habis pikir dengan sikapnya satu minggu ini,

“Hey! Melamun menjadi kebiasaan lo akhir-akhir ini keknya”, Ifa—sahabat Ail, membawakan pesanannya, mereka sedang berada di kantin. Ail hanya menghela napas pelan dengan memakan makanannya.

“Ngga ada kabar apapun tentang dia?”, Ifa terus saja membahas dia, ketika Reza membawanya ke sekolah hari itu, Ail menjadi bahan perbincangan siswa se-sekolah. Yah, gimana, pesona loreng memang terlalu kuat.

Ail menggeleng tanpa berniat membahasnya.

Brakk!

Ail kaget bukan main, bakso yang ada di mulutnya sampai terjatuh, ditatapnya Ifa dengan kesal,”apa-apaan sih lo? Jadi jatohkan bakso gue”,

Ifa membalas tatapan Ail sengit, “Ya udahlah, ngga usah pikirin. Cowok mah gitu, habis dia buat fly, yah di jatuhin ke dasar jurang”, Ifa menggerakan tangannya ke atas dan menjatuhkannya ke atas meja.

“Gue ngga pikirin tuh, lo aja yang selalu bahas dia”,

Ifa menoyor kepala sahabatnya itu,”lo bego atau apaan sih? Udah jelas-jelas lo selalu pikirin dia”

“udah ah, jadi ngga nafsu gue”, Ail mengambil minumannya dan beranjak berdiri, Ifa melengos, kenapa gue selalu ditinggal sih, gerutunya dalam hati, “tungguin gue Ail!”, teriaknya dan menyusul sahabatnya itu.

***

Jam pulang sekolah telah tiba, Ail dan siswa lainnya sibuk memasukan buku mereka.

“Di jemput atau nge-grab?”, Tanya Ifa setelah dia memasukan semua buku-bukunya.

“Keknya sih gojek”, jawab Ail seadanya, Ifa melengos.

“Ya udah, gue pulang duluan”, Ifa melambaikan tangan di balas anggukan Ail.

Setelah di rasa semuanya selesai, Ail memakai tasnya dan melangkah keluar. Keadaan sudah mulai sepi, parkiran terlihat lenggang meski masih ada beberapa motor maupun mobil bertengger disana. Belum sampai gerbang, Ail merasa ada yang memanggilnya dari belakang. Dan benar saja, ada yang sedang berlari ke arahnya. Ail menunggu.

“Belum pulang?”, tanyanya ketika sampai didepan Ail.

“Ini baru mau pulang”, pria itu menengok kebelakang, yang dihadiahi tatapan bingung Ail.

”Ngga ada yang jemput?” tanyanya lagi. Ahh, Ail menggeleng.

“Mau gue anter?”,

Ail buru-buru menolak,”Ngga usah kak, aku naik gojek aja”, pria itu terlihat kecewa

“149 kali! Lo nolak gue, 149 kali, sekali ini saja Ail terima, niat gue juga baik, Cuma ngantar lo doang kok, ongkos lo biar buat nabung aja, gimana?”, dia tak berhenti berusaha meski sering di tolak oleh Ail. Angkasa Biru, jika bukan Ail, cewek manapun pasti langsung mengiyakan ajakannya.

Ahhh, gimana yah? Ail masih menimang hingga anggukan kecil membuat Asa bersorak senang, ”Lo tunggu sini bentar, gue ambil motor”,

Asa berlari ke parkiran dan buru-buru dia menyalakan mesin motornya.

“Gue udah ada feeling lo bakalan terima, meski sedikit ada paksaan”, Asa memberikan helm pada Ail, Ail hanya tersenyum sekilas sembari berkata,”Maaf”.

“Ngga apa-apa kok, udah siap?”, Asa melirik Ail melalui kaca spion, Ail mengangguk.

Asa membelah jalanan dengan kecepatan sedang. Terhitung 3 kali dia mengantar Ail, terlalu sedikit untuk orang seperti Asa, pertama kali mengantarnya pulang ketika Asa berhasil memberanikan diri berkenalan dengannya. Ail terlalu cuek meski terkenal periang dan baik terhadap teman-temannya. Ail sebenarnya bisa saja menerima Asa, hanya dia terlalu memikirkan kemungkinan terburuk, mengenal Asa One of The Most Wanted Boy di sekolah, Ail tidak ingin berhubungan dengan fans-fans Asa yang terkenal ganas.

A Twin StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang