Sudah dua minggu Ail sekolah dan dua minggu itu juga Ail tak semangat menjalani harinya. Sahabatnya paham akan hal itu, tapi tidak dengan Asa yang selalu menatap khawatir Ail. Ingin sekali dia bertanya pada Ail tapi selalu dia urungkan, mengingat perlakuan Reli terakhir kali pada Ail ketika dia bertemu dengannya. Sebenarnya, dia tidak masalah akan hal itu hanya saja kabar yg diberikan orang tuanya mengguncang batinnya. Dia serasa terhimpit dalam batu besar tak bercela.
"Basket yukh, Sa." Bastian-sahabat Asa, mengajaknya ketika melihat Asa duduk termenung menatap lapangan.
"Lain kali aja, tangan gue masih rada sakit." Asa menjawab seadanya seraya menampilkan senyum tipisnya.
Bastian duduk disampingnya masih dengan Bola Basket ditangannya, "Gue nggak tau masalah lo kali ini apa. Gue hanya berharap, lo bisa lewati masa itu dengan baik. Gue selalu ada saat lo butuh."
Asa tersenyum kali ini lebih tulus, saudara tak sedarah terkadang lebih paham apa yg kita rasakan. "Thanks, Bas"
"Nggak usah mewek. Ntar gue digebukin sama fans lo."
Asa terkekeh.
"Gue ke lapangan."Pamitnya. Asa mengangguk mengiyakan. Dan Asa kembali sendiri.
Notifikasi pesan masuk diponsel Asa.
Bang Za
Apa kabar lo? Tumben banget ngga
hubungi gue.
Buruk bang.
Gue takut ganggu kegiatan lo.
Bang Za
Lah? Ada apa nih? Keknya gue ketinggalan
sesuatu. Kan biasanya lo suka gangguin gue :)
Cepet pulang makanya. Ngga enak cerita lewat chat.
Bang Za
Gue masih lama pulangnya. Orang baru dua minggu disini.
Emang ngga bisa lewat telpon apa?
dan lo harus manjat pohon gitu?
Btw, lo lagi santuy nih?
Bang Za
Gue spesialis manjat pohon loh, Bi.
kalo lo lupa. Gue lagi ada istrahat bentar, entar mau lanjut lagi.
Sori, tapi gue emang lupa.
Yaudah, fokus ajalah, Bang.
Sehat selalu disana.
Bang Za
Gue ngga bilang mau lanjut -_-
Iyaa, gue tau. Tapi gue udah bell nih.
Bang Za
Ehh, iya lupa. Lo lagi disekolah.
Yaudah, semangat!
Bukan bell tapi Asa sedang tak ingin menceritakan masalahnya ke Abangnya itu. Dia sedang jauh dan tak ingin membuatnya khawatir.
Notifikasi pesan kembali masuk.
Bang Za
Gue tau lo ngga ingin kasih tau gue
Tp lo harus inget, lo utang penjelasan sama gue, Bi. Tunggu gue balik.
Apapun itu, tetap jadi langit Biru yang cerah untuk siapapun.
Asa tak berniat membalas, cukup membacanya. Ahhh,kenapa gue menolak waktu nganter dia ke bandara. Untuk saat ini dia merindukan Abangnya, Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Twin Story
Teen FictionHidup tak bisa ku tebak. Ternyata yang selama ini ku anggap tak ada. Berakhir bersama ku -- Aileen, Azkia. Kenapa kenyataanya begitu menyakitkan untuk ku - Bunda, Mama. Maaf, Bun - Ayah, Alvaro. Maaf, Ma - Papa. Cr pict : ig @_womencity