Jantung Ail berdetak cepat ketika sebuah tangan menarik lengannya dengan keras dan langsung menutup mulutnya yang ingin berteriak. Napasnya memburu melihat pria yang tepat berada di depannya. Dia berpisah dengan teman-temannya ketika mereka berada pada toko pakaian dan Reno yang tiba-tiba menariknya berlari keluar. Tangan Reno tak sengaja terlepas, menyebabkan pria di hadapannya menariknya.
“Tenang Aileen, kamu aman bersama ku." Pria itu melirik kesekeliling, melihat jika masih ada orang-orang berseragam hitam yang tersisa atau telah pergi.
“Kak Reza ngapain di sini?". Ail berbisik. Yah, Reza yang tadi menarik lengannya.
“Nolongin kamu, udah kamu ikut kakak aja".
“Tapi kak—“.
“Keadaan sedang tidak baik Ail, tolong percaya sama kakak”.
Ail menahan langkah Reza. “Temen-temen aku, gimana? Apa mereka baik-baik aja?”.
Reza mengangguk. “Mereka akan baik-baik saja”.
Ail akhirnya mengangguk. Memilih mengikuti Reza.
Mereka meninggalkan Mall menuju parkiran, tangan kekar Reza menggenggam erat tangan Ail, seakan-akan Ail adalah barang berharga miliknya.
***
Denish menatap marah para pengawalnya ketika dia mendengar bahwa Azkia hilang dari pandangan mereka.
“Kenapa sampai kalian lalai pada Azkia, hah!?”. Murka Denish,”jika terjadi apa-apa padanya, kalian semua saya pecat!”.
Para pengawalnya tak mampu menjawab, mereka hanya bisa tertunduk takut.
Denish mencoba untuk menelpon Azkia tapi tak ada jawaban dari kekasihnya itu.”Azkia, tolong lah, angkat telponnya”, gumam Denish. Dia memejamkan matanya ketika mendengar jawaban operator yang terdengar kembali di ponselnya.
Seseorang berlari kecil padanya dengan membawa sebuah slingbag ditangannya.
”Tuan”.
Denish berbalik.
”Sepertinya nona Azkia meninggalkan tasnya”.
“Dimana kamu mendapatkan ini?”. Denish mengambil ahli tas itu dan membuka isinya. Ponselnya ada di dalam.
“Dilantai bawah dekat kedai Ice Cream, Tuan”. Denish terduduk di tempatnya, Ya Tuhan, tolong jaga Azkia. Dia tak mampu mengucapkan apa-apa lagi. Ponselnya tak ia bawa.
Para pengawal memandang bersalah Denish. Dalam kebisuan itu Kia datang dari arah belakang, salah satu pengawal melihatnya.“Nona Azkia”. Celetuknya tertahan. Semua pandangan beralih padanya. Kia mempercepat langkahnya. Mendengar itu Denish mengalihkan tatapannya, di lihatnya Kia yang sedang berlari kecil padanya. Ketika tepat di hadapannya, Denish kemudian berdiri dan memeluk erat Kia. Kia membalas pelukannya, bahu Denish bergetar, Kia mengeratkan pelukannya.
“Kamu dari mana saja? Kenapa menghilang?”. Denish menangkup pipi Kia, menatap Kia dengan mata memerah.
Kia tertawa kecil. “Aku lagi kerjain kamu”.
Denish menatap tepat di manik mata Kia.”Jangan bohong!”.
Kia tersenyum.
“Sekarang aku di sini, di hadapan kamu”.
Denish memeluknya kembali, mencium singkat puncak kepalanya.
“Aku hampir saja pecat mereka semua jika saja kamu tidak datang saat ini”. mereka beranjak pergi di ikuti para pengawal mereka.“Aku sih nggak apa-apa kalau mereka dipecat. Orang ngga becus jagain aku!”, Kia sengaja mengeraskan suaranya dan melirik mereka sekilas. Ada yang meringis tertahan dan ada yang tak bereaksi. Denish menautkan tangan mereka seraya berbisik.”kamu hutang penjelasan sama aku”.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Twin Story
Teen FictionHidup tak bisa ku tebak. Ternyata yang selama ini ku anggap tak ada. Berakhir bersama ku -- Aileen, Azkia. Kenapa kenyataanya begitu menyakitkan untuk ku - Bunda, Mama. Maaf, Bun - Ayah, Alvaro. Maaf, Ma - Papa. Cr pict : ig @_womencity